Saat di depan lobby asrama, beberapa orang baru turun dari mobil dan berjalan ke arah Mas Kevin. Mereka rata-rata memberikan senyuman mengejek dan sesekali melihat ke arahku. Ah, ada Jojo dan Fajar juga di sana.
"Yang itu Jojo, itu Fajar, itu Ginting, belakangnya Ihsan." Kata Mas Kevin menjelaskan lebih dulu sebelum mereka mendekat, dan aku mengangguk-angguk.
"Siapa nih?" Tanya si Fajar sambil menjulurkan tangannya padaku.
Saat aku menjulurkan tangan balik untuk menjabat tangannya dan ingin memperkenalkan namaku, Mas Kevin sudah memotong duluan.
"Punyaku, jangan diganggu." Lalu Mas Kevin memukul pelan tangan Fajar seperti bermaksud 'Jangan lama-lama salamannya.'
"Kan cuma mau tau namanya, Vin. Ga seru ah." Protes Fajar. "Neng, siapa namanya?" Tanyanya lagi sambil menoleh padaku.
"Eh, Sinta." Jawabku sambil tersenyum padanya. Ekspresi Fajar sama seperti Rian tadi, menutup terkejutnya namun ketahuan, tambah Mas Kevin yang menggeleng lagi.
Lalu aku juga berkenalan dengan Jojo, Ginting dan Ihsan. Aku hampir freakout karena aku tahu yang berkenalan denganku ini pemain bulutangkis kualitas dunia!
Tapi berhasil kok kutahan, hehe.
"Ayok, Ta. Nanti kemaleman." Kata Mas Kevin sambil menarik tanganku. Aku manut-manut saja mengikuti dia, daripada aku tersesat di asrama pelatnas dan berakhir gangguan jiwa karena freakout.
***
"Mas.." "Ta.."
Aku dan Mas Kevin tatap-tatapan karena situasi menjadi canggung sesaat, aku juga terkejut kenapa tiba-tiba bersamaan memanggil.
"Mas aja duluan." "Kamu aja duluan."
Lagi, aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal sambil tersenyum canggung padanya.
Mas Kevin membuang napas panjang, lalu menatapku lagi.
"Minggu depan saya ke Jepang, ada turnamen lagi." Katanya sambil menyandarkan kepala di headrest jok dan menatapku.
"Iya.." Jawabku tenang.
"Saya mau ketemu terus sama kamu sebelum saya pergi." Katanya lalu tersenyum takut-takut.
"Kalau nggak bisa jalan, saya mau jemput kamu aja pulang kampus sampai kos." Tambahnya lagi, seakan-akan berharap penuh.
"Mas.. Aku kalau kuliah sampai jam 3 terus kok, itu juga sampai hari Kamis." Jelasku sambil ikut-ikut menyenderkan kepalaku di headrest jok.
"Lagian, aku masuk kuliah pertengahan bulan kok, mas." Tambahku sambil tersenyum jahil padanya.
Astaga, romantis sekali. Aku ingin meledak.
"Jadi?" Tanyanya sambil tersenyum jahil.
"Iya, gitu.." Jawabku malu-malu.
"Iya, nanti saya jemput terus kita jalan ya. Bahkan kalau cuma keliling-keliling, gapapa." Katanya kembali menyetir.
"Saya seneng asal sama kamu." Tambahnya sambil menatap jalan lurus.
Aku tidak bisa menahan senyumanku. Rasanya otot-otot di wajahku menarik diri ke atas semua sekarang.
"Eh, tadi mau ngomong apa, Ta?" Aku teringat tadi sebetulnya ingin bertanya mengapa Fajar dan Rian terkejut saat mendengar namaku, tapi sepertinya suasananya tidak mendukung untuk menerima jawaban itu.
"Mau ucapin selamat mas, hehe." Kataku sambil tersenyum. Semoga dia tidak menyadari aku berbohong. "Semoga bisa dipertahankan terus ya mas. Aku bangga lho lihatnya." Tambahku.
"Makasih, calon bu dokter-ku." Jawabnya sambil tersenyum.
Malam ini sama indahnya dengan malam kemarin, rasanya seperti ditembakan beribu dopamin yang membuatku hampir gila.
Terimakasih Tuhan. Terimakasih Mas Kevin. Sinta senang sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Kevin
Teen FictionDia tetanggaku yang sangat kurindukan. Yang mengajariku bermain bulu tangkis pertama kali dan membuatku lupa dengan rak boneka barbieku, dan menjadi ingatan abadi untukku tentang kasih pertama yang berbeda kurasakan. Tentang Mas Kevin, si pemain gan...