26. Pulang

1.6K 143 2
                                    

Sesampainya di Jakarta, tim disambut hangat oleh beberapa masyarakat yang tidak sengaja melintas.

Wajar, mereka sudah membawa nama baik negara.

Aku sangat kerepotan dengan bawaanku, sampai-sampai tidak terlalu memperhatikan apa saja yang terjadi.

"Pulang sama mas." Aku tersentak karena Mas Kevin dadakan mengambil beberapa tentenganku. Aku terdiam sebentar, bukannya dia nanti harus pergi ke kementrian?

"Nggak ke kementrian?" Tanyaku akhirnya. Mas Kevin hanya menggeleng, lalu merangkulku dan menuntun ke arah mobil vellfire plat kuning yang terparkir di pinggir jalan.

Usai pamit, kami mengarah pada rumah Mas Kevin di daerah Jakarta Selatan.

Sesampainya di rumah Mas Kevin, aku tertegun melihat betapa memanjakan sekali desain eksterior rumah ini. Aku akhirnya membayangkan, pasti interiornya indah sekali.

Ini kali pertama aku ke sini. Rumahnya bergaya vintage eropa, benar-benar tidak seperti rumah Indonesia yang rata-rata didesain pemilik sendiri.

Saat pintu terbuka, ruang tamu berukuran kecil yang didesain dengan warna netral membuatku tersenyum karena terlihat memanjakan mata. Diteruskan lagi, langsung memasuki ruang keluarga yang luas dengan sofa berbentuk U menghadap pada televisi dan lemari-lemari besar berisi piala Mas Kevin.

Terdapat mini bar juga beberapa jarak di belakang sofa.

"Ngapain non?" Tanya Mas Kevin mendapatkanku yang sedang pelanga-pelongo memperhatikan desain rumahnya.

"Bagus, mas!" Seruku sambil tersenyum. Mas Kevin hanya terkekeh sambil menjatuhkan tasnya di belakang sofa dan menaruh kopernya begitu saja.

Aku iseng menyusuri lorong di sebelah mini bar, ada dua pintu di sebelah kiri dan dapur di kanan. Kuteruskan lagi berjalan lurus, ternyata ruang cuci pakaian yang keranjangnya sudah dipenuhi banyak sekali baju kotor.

Mataku melotot melihat banyaknya baju yang ditumpuk, belum lagi ditumpuk dengan sembarangan.

"Mas Kevin!" Aku teriak begitu saja, lalu Mas Kevin datang tergopoh-gopoh.

"Kenapa?" Tanyanya dengan wajah panik.

"Ini kenapa begini?!" Tanyaku sambil menunjuk seisi ruangan yang berantakan.

Mas Kevin tersenyum kikuk,"Gak sempet nyuci non.." Jawabnya dengan nada merayu.

"Kan bisa ngelaundry toh?" Tanyaku lagi. Mas Kevin mendecak, lalu bersender pada pintu.

"Ah, jangan marah.." Mas Kevin menatapku penuh harap, dan aku semakin kesal karena aku harus membersihkan pakaiannya.

"Ambil baju kotor dari koper mas." Suruhku pada Mas Kevin, lalu segera memilah pakaian berwarna dengan yang warna putih di keranjang pakaian. Mas Kevin segera lari mengambil koper dan memberiku pakaian kotornya.

Kembali menjadi ijah setelah dari Hong Kong, baiklah tidak masalah.

***

"Makasih ya udah dicuciin." Ucap Mas Kevin tiba-tiba. Saat ini aku sedang leyeh-leyeh di sofa ruang keluarga sambil menonton televisi.

"Jangan ditumpukin kaya gitu lagi, awas aja!" Omelku sambil melotot.

"Cocok banget jadi mamanya anak-anak..." Celetuk Mas Kevin yang akhirnya membungkamku.

Sial.

***

Aku membuka mataku, tiba-tiba sudah ada wajah Mas Kevin yang tertidur pulas.

Kami masih di ruang keluarga. Aku tertidur di sofa, Mas Kevin bersimpuh di lantai dengan wajahnya tertidur di sofa dan lengan yang melingkari leher hingga kepalaku.

Sejenak aku tersenyum menatap wajah lelahnya, mengelus pipinya yang lembut tanpa harus mengaplikasikan beberapa lapis skincare dan mengecup keningnya dengan sayang.

"Mas, bangun." Aku tidak tega membiarkan dia tidur bersimpuh begini. Bisa-bisa besok kakinya kesemutan bahkan mati rasa.

"Mas, bangun.. Pindah ke kamar." Ucapku lagi, menepuk-nepuk wajahnya.

"Mas Keviiiiiiin."

"Bangun dong mas."

"Heiiii."

Aku jadi ingat, keluhan banyak orang adalah Mas Kevin paling susah bangun jika sudah tertidur.

Aku jadi berpikir, apakah harus kusiram wajahnya? Tapi kasihan.

Akhirnya, kuputuskan untuk menoel ketiaknya.

Seketika Mas Kevin terkesiap, membuka matanya yang terlihat memerah dengan paksa. Tadinya sudah siap marah, akupun siap jika dia marah, namun dia tiba-tiba tersenyum lebar.

Aku jadi takut dia kesurupan..

"Kenapa sayang?" Tanyanya dengan suara serak dan mata yang siap untuk tidur kembali. Buru-buru kutahan kepalanya supaya tidak kembali tidur,"Pindah mas. Tidur di kamar, jangan di sini."

Pelan-pelan Mas Kevin berdiri, menarik tanganku. Kami berjalan menaiki tangga yang berada di balik dinding tempat televisi menempel. Dari tangga langsung belok ke lorong di kiri dan pintu yang tepat berada di sebelahnya.

"Eh, jangan tidur dulu!" Aku menarik Mas Kevin yang ingin menjatuhkan badannya ke tempat tidur. Wajahnya terlihat memberikan protes, namun mulutnya diam tanpa suara.

"Itu kamar mandi?" Tunjukku pada pintu di sudut kamar. Mas Kevin mengangguk, segera kutarik dirinya ke dalam sana.

Persis kamar mandi hotel, memang crazy rich ciumbrella.

"Cuci muka dulu sama sikat gigi!" Seruku sambil menyerahkan kotak berisi peralatan mandinya.

"Cuciin.." Katanya tiba-tiba dengan suara manja.

Aku terdiam sebentar, lalu segera saja membasuh wajahnya perlahan. Mas Kevin seperti anak kecil yang diam dan menunggu saja sampai selesai.

"Mas, iiiii." Kataku, dengan sikat gigi yang sudah siap dengan pastanya. Mas Kevin menurut, benar-benar seperti anak kecil.

"Mas, aaaaa." Kataku lagi, lalu terkekeh saat Mas Kevin mengikutinya lagi.

Usai bersih-bersih, kubiarkan Mas Kevin duluan ke tempat tidur. Sementara aku baru mendapatkan kesempatan untuk menyuci wajah dan sikat gigi, sekaligus memakaikan skincare.

Sesaat ingin keluar kamar, Mas Kevin tiba-tiba bersuara lagi.

"Ngapain keluar?" Tanyanya.

"Ada kamar tamu nggak? Kalo ngga aku tidur di bawah aja." Kataku sambil menatap Mas Kevin dengan wajah ngantuknya.

Seketika Mas Kevin berdiri, membuka bajunya dan mengganti celana ke kamar mandi. Aku masih diam terpaku karena pertanyaanku belum dijawab.

"Sejak kapan kamu tamu? Udah, tidur sini aja." Katanya, lalu menarik tanganku.

"Kemarin malam tidurnya sambil mas peluk juga doyan, gausah sok-sokan jadi tamu deh.." Bisiknya, membuat bulu kudukku merinding.

Astaga, benar-benar..

Mas KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang