Beberapa tahun kemudian
"Dek koas Sinta mana?" Suara lantang itu mengisi ruang koas. Aku yang awalnya sedang setengah-setengah tidur dengan Sera segera bangun meskipun tidak nikmat rasanya.
"Iya dok?" Aku terkejut mendapatkan Dokter Ellen, spesialis orthopaedi, tiba-tiba mencariku sampai ke ruangan koas.
"Cepat siap-siap, ikut saya operasi sepuluh menit lagi!" Sumpah demi apapun padahal aku baru saja selesai ikut tindakan 15 menit yang lalu, kini aku kocar-kacir membersihkan diri ulang dan menyiapkan segala peralatanku.
"Produktif banget ya hari ini.." Gumamku, sambil berlari menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang operasi.
***
"Pasien harus mendapatkan fiksasi internal* karena ditemukan adanya fraktur tertutup di tungkai kiri." Jelas perawat, lalu aku mengikuti Dokter Ellen yang mulai memasuki ruangan bersamaan dengan spesialis anestesi.
"Dengan pasien atas nama Kevin Sanjaya, 24 tahun."
Aku yang awalnya rileks benar-benar tidak fokus saat itu. Aku sempat terdiam sesaat sampai akhirnya para perawat menegurku untuk kembali fokus yang nyatanya aku tidak fokus sama sekali.Isi kepalaku hanya seputar kenapa bisa terjadi, apa yang dia lakukan sebelumnya dan yang lain-lain.
***
Operasi telah usai dilaksanakan, memakan waktu yang tidak sebentar apalagi aku tiba-tiba tremor. Sungguh bukan suatu hal yang kuinginkan. Hampir dua tahun tidak berjumpa, lalu aku dihadapkan dengan kondisi Mas Kevin yang patah kakinya.
Usai menyelesaikan segala tugas di rumah sakit malam ini, aku memutuskan untuk menengok Mas Kevin sebentar walau hanya lewat.
Melintasi lorong kelas VVIP, sampai akhirnya bertemu Dokter Ellen lagi.
"Sinta, ikut saya visit yuk. Sisa satu nih!" Belum sempat kujawab, Dokter Ellen langsung menarikku begitu saja memasuki kamar VVIP 8 yang nyatanya kamar di mana Mas Kevin dirawat inap.
Celaka.
Mas Kevin ditemani beberapa kerabatnya yang terlihat jelas terkejut saat melihatku, juga aku yang tidak bisa mengontrol wajah tegangku.
Tiba-tiba saja mereka memiliki banyak alasan untuk keluar dari kamar, menyisakanku bertiga saja di sini. Aku berusaha tidak melihatnya sama sekali, aku hanya menyatat apa yang Dokter Ellen ucapkan sambil menutup mataku karena takut tidak fokus.
"Dek, tolong di sini sebentar ya. Saya lupa bawa catatan, ada di mobil ternyata." Dan seperti kebiasaan sebelumnya, Dokter Ellen pergi begitu saja menyisakan aku dan Mas Kevin berduaan.
Aku hanya berdiri di sudut kasur, tidak berani menatap matanya. Entahlah, padahal tidak ada yang berbuat salah.
"Sinta.." Aku menoleh dan berusaha tersenyum, meresponnya dengan sepantasnya.
"Iya?" Sumpah, sebenarnya jantungku ingin keluar saat ini. Aku gugup dan bingung sekali harus bagaimana, padahal aku yang mengakhiri semua hal ini.
"I miss you.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Kevin
Teen FictionDia tetanggaku yang sangat kurindukan. Yang mengajariku bermain bulu tangkis pertama kali dan membuatku lupa dengan rak boneka barbieku, dan menjadi ingatan abadi untukku tentang kasih pertama yang berbeda kurasakan. Tentang Mas Kevin, si pemain gan...