Insiden

4K 232 3
                                    

Halloooooooo
Jangan bosen-bosen ya dengan cerita ini
So, langsung aja yuk

###

Hizam dan Rafif saling menatap, mereka penasaran dengan apa yang ditulis Arshad.

Ketiganya kini berada di rumah Hizam. Kemarin Arshad dan Rafif sepakat untuk tinggal di rumah Hizam selama orang tua Hizam melakukan perjalanan bisnis.

Toh mereka sudah menganggap rumah Hizam sebagai rumah sendiri. Jadi ya Arshad dan Rafif nyaman dan betah tinggal di rumah sahabatnya itu.

"Loe nulis apa sih, Sad?" tanya Rafif penasaran.

Arshad mengangkat kepalanya. Ia kemudian kembali menulis lagi. "Kepo".

"Ck, nggak lagi deh gue tanya loe" dumel Rafif. Sementara Hizam malah terkekeh melihat Rafif dicuekin Arshad.

Tapi Rafif ialah orang yang sangat penasaran dengan hal apapun. Makin dirahasiakan, ia makin penasaran.

Dengan berjalan tanpa suara, Rafif segera menghampiri Arshad. Ia hendak mengambil paksa kertas yang ditulis Arshad sedari tadi.

Srek!

"Woyyyy balikin, Raf" pekik Arshad.

Ia segera mengambil kertas miliknya kembali, namun Hizam ternyata mendukung tim lawan dengan menghalangi Arshad.

"Baca, Sad! Bacaaaa".

"Raf! Balikin nggak? Zam, lepasin gue sekarang".

"Nggak. Nanti gue lepasin kalau Rafif udah baca".

Arshad mendesis. Ia memberontak dalam cengkraman Hizam.

Rafif membuka catatan Arshad. "Apa'an nihhhh.... Sebulan lagi ngenalin Meira ke abah dan ummi. Setelah lulus SMA ngajak Meira bertunangan. Dan setelah kerja,ngajak Meira.... Sad, loe serius?".

Arshad langsung terbebas dari Hizam begitu cengkraman sahabatnya itu melonggar. Ia segera mengambil kertasnya.

"Loe serius sama Meira?" tanya Hizam seolah tidak percaya.

"Gue nggak pernah sekalipun bermain-main dengan Meira".

"Hubungan loe sama Meira itu cuman dua bulanan. Kok loe udah mikir segitunya sih".

"Ya, terus?".

"Sad, ayolah, kita itu masih muda. Masih menata masa depan. Biar sukses. Baru deh mikir yang kayak gitu".

Arshad menghela nafas. Ia menyelipkan catatannya dibuku agenda. Lalu duduk di kasur bersama kedua sahabatnya.

"Mana Arshad yang selalu belajar demi jadi dokter? Katanya loe pengen jadi dokter".

"Iya. Gue emang pengen jadi dokter. Tapi cita-cita terbesar gue sekarang adalah menjadikan Meira sebagai bidadari surga gue" jelas Arshad.

"Dari awal gue serius memulai hubungan, bukan hubunga berjalan lama baru serius. Meira bukan permainan. Dia orang yang gue suka, gue pengen menata masa depan dengan dia" lanjutnya.

"Loe yakin? Loe nggak ingat kemarin dia ketemu sama mantannya?" tanya Rafif.

"Justru karena kejadian kemarin gue jadi makin yakin sama Meira".

Hizam dan Yuda saling menatap. Tidak mengerti maksud Arshad.

"Kemarin, Meira bisa aja milih Rehan dibelakang gue. Bahkan dia bisa mudah akhirin hubungan kami. Tapi dia nggak ngelakuin itu. Meira dengan tegas milih gue dan gue salut akan hal itu. Gue nggak bisa kehilangan orang seperti Meira" paparnya. Arshad tersenyum meyakinkan.

Remaja Masa Kini (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang