Dua pengawal

6.2K 389 0
                                    

Assalamualaikum guys,
Makasih banget udah mau menyisahkan waktu buat baca karya abal-abalku 😇
Selamat membaca....

###

Farzan menyesap kopinya dengan santai. Dihadapannya sudah ada Yumna yang hanya diam sedari tadi.

Sepertinya Yumna dalam mode gelisah. Bisa dilihat dari kedua tangannya yang saling menggenggam erat.

"Jangan gugup. Aku ga bakalan macam-macam kok sama kamu" tegas Farzan berusaha mencairkan suasana.

Yumna menghela nafas, berusaha terlihat serileks mungkin.

"Bagaiman kabar kamu, Na?".

Yumna meneguk jus buah naganya dulu sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari Farzan.

"Baik. Kamu sama Humaira gimana?".

"Seperti yang kamu lihat. Kami baik-baik saja" jawab Farzan.

Yumna tersenyum tipis "Syukurlah".

"Apa hanya itu yang ingin kamu tanyakan setelah pergi selama lima tahun?".

"Ya".

Farzan tertawa sumbang. Ia kecewa, sungguh...

Yumna menatap Farzan dengan penuh arti. Bagaimanapun ia sudah sejauh ini. Ia tak ingin kembali terjerat lagi karena perasaannya.

"Apa kamu sudah menikah dengan lelaki pilihan ibumu?" tanya Farzan. "Ah, pasti sudah. Bukankah setelah bercerai kamu langsung menikah dengannya?".

"Kamu nggak perlu tahu urusan pribadiku".

Kedua tangan Farzan terkepal. Hanya dengan satu kalimat yang keluar dari bibir Yumna, sudah membuatnya tertampar.

"Benar juga" lirihnya.

"Lelaki itu urusan pribadimu dan Meira adalah urusan pribadiku bukan? Kalo begitu, jangan temui Meira lagi" tandas Farzan.

Mata Yumna membulat. "Meira adalah putriku, Zan".

"Tidak setelah kamu meninggalkan aku dan Meira".

"Tapi aku adalah ibu kandungnya".

"Mana ada ibu kandung yang tega ninggalin anaknya demi lelaki pilihan ibunya!".

Yumna tercekat. Ia tidak menyangkal.

Benar kata Farzan. Ia memang bukan seorang ibu yang baik untuk Meira. Ia meninggalkan Meira begitu saja. Bahkan tanpa ucapan selamat tinggal.

Tapi Yumna melakukan hal itu karena terpaksa.

Demi ibunya yang waktu itu sakit keras.

"Pergilah, jangan datang lagi. Seperti yang kamu lakukan lima tahun ini" pintah Farzan. "Kami hidup baik tanpa kamu. Dan selamanya akan seperti itu".

Setelah berkata seperti itu Farzan langsung pergi. Ia tak ingin berlama-lama. Apalagi jika melihat air mata Yumna. Farzan tak yakin bisa menahan diri.

Kepala Yumna tertunduk. Perlahan genangan air mata memenuhi pelupuk matanya.

Bukan hanya Meira, tapi lelaki yang amat ia cintai juga menyuruhnya pergi.

***

"Waalaikumsalam" pekik Hizam dan Rafif ketika mendengar salam dari Arshad.

Arshad yang baru saja datang langsung melemparkan tubuhnya di kasur empuk milik Hizam.

Remaja Masa Kini (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang