Dua sisi

3.6K 224 22
                                    

Hai haiiiiiiiii
Maafkan author yang sok sibuk sendiri yaaaa
Jangan bosan menantikan cerita ini 😉

###

Meira keluar dari rumah. Dilihatnya Arshad sudah berdiri di depan pintu.

Arshad, lelaki itu menyambutnya dengan senyum khas yang menawan. Sampai-sampai Meira yang tadi sudah mempersiapkan diri untuk pura-pura kesal malah ikut tersenyum.

"Assalamualaikum, Humaira".

"Waalaikumsalam" jawab Meira sambil menundukkan kepala. Ia ingin menyembunyikannya matanya yang mengerikan itu.

"Eh, mata kamu kenapa bengkak kayak gitu, Ra? Kamu habis nangis semalam?".

"Ya".

Senyum diwajah Arshad berubah seketika. "Kenapa?".

"Karena semalam ada orang iseng yang buat aku sakit hati".

"Siapa? Siapa orang yang berani nyakitin kamu, Ra? Kamu bilang ke aku. Bair aku jadiin dia bergedel".

"Dia ada dihadapan aku sekarang" ujar Meira sambil menatap Arshad lekat.

Arshad menunjuk dirinya sendiri. "Aku?".

"Ya, kamu. Arshad Maulana Rafisqy!".

"Tapi semalam aku nggak ngapa-ngapain".

"Masih belum ingat? Yang kamu bilang udah nggak suka sama aku lagi..... ".

Arshad diam sejenak. Ia tentu ingat kejutan yang ia buat kemarin.

"Aku tidak tahu sejak kapan. Rasa suka itu perlahan hilang.... Maaf Humaira, aku sudah tidak menyukaimu lagi........".

Jeda sesaat. Arshad memberanikan diri untuk meneruskan perkataannya.

"Karena mulai detik ini, aku menyayangimu, Humaira".

Meira yang terkejut hanya diam. Ia membiarkan Arshad meneruskan kalimatnya.

"Aku serius, Ra. Hari ini aku sadar, ketika kamu terluka, aku begitu khawatir. Ketika Rehan yang menolong kamu, aku tidak suka dan menyalahkan diri sendiri. Juga ketika orang lain ingin menyentuhmu, aku langsung mencegahnya".

"Semua itu bukan hanya sebatas suka, tapi lebih".

Arshad menghela nafas panjang "Humaira Mecca Almaqhvira.... Izinkan aku untuk menyayangimu".

Tanpa sadar air mata Meira menetes. Ia sangat terharu hingga tak bisa berucap lagi.

Bila ada alat pengukur kebahagiaan. Mungkin alat itu sudah rusak. Karena batas kebahagiaan Meira tak terukur sekarang.

Arshad....

Lelaki itu,

Begitu lembut dan manis

Membuat Meira merasa bahwa ia orang paling berharga.

"Bolehkah Humaira?" tanya Arshad memastikan. Ia harap-harap cemas hingga salah satu tangannya tergenggam erat.

"Tentu. Tentu aja boleh Arshad".

Perasaan cemas Arshad menguap seketika. Tergantikan oleh rasa bahagia.

Sebenarnya Arshad sempat ragu, mengingat awal ia menyatakan perasaannya dulu, Meira langsung menolaknya.

Tapi sekarang Arshad yakin.

Yakin seyakin yakinnya, bahwa Meira memang tambatan hatinya.

Dan Arshad berjanji, ia tidak akan pernah mengecewakan hati Meira. Apapun keadannya.

Remaja Masa Kini (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang