Retak

5.2K 317 2
                                    

Halloooooooo
Makasih ya udah baca cerita aku
Apalagi yang vote dan komen
Makasihhhh banget!
Oke, yuk langsung baca ⬇👇

###

"Yu-yumna..." lirih Farzan membuat Yumna terkejut. Bahkan sedetik kemudian Farzan membuka matanya dan menatap Yumna.
.
.
.
.
.
Yumna terkejut. Ia menutup mulutnya seolah tidak percaya.

"Jadi, Mas Farzan dari tadi dengerin semua perkataanku?" pikirnya.

Farzan menutup matanya kembali. Namun terus saja menyebut nama Yumna.

Yumna menggoyang-goyangkan tangannya di depan mata Farzan. Tapi Farzan tidak bergerak. Hanya sesekali menyebut namanya.

"Untung aja" ujarnya sambil menghela nafas lega.

Perlahan-lahan Yumna melepas tangannya yang tadi menggenggam tangan Farzan. "Aku harus segera pergi, sebelum Mas Farzan bangun" pintahnya pada diri sendiri.

Tapi sebelum Yumna benar-benar pergi, ia menatap Farzan lama. Kemudian mencium keningnya.

"Selamat tinggal mas".

***

Bel pulang berbunyi. Meira segera memasukkan barang-barang yang ada di atas meja ke dalam tas ransel miliknya.

Setelah usai, ia segera berdiri dan pamit kepada Husna sebelum akhirnya pergi. "Na, duluan ya!".

Husna hanya tersenyun simpul dan mengangguk.

Entah kenapa, Meira merasa Husna akhir-akhir ini menjadi pendiam dan terkesan menjaga jarak padanya. Padahal setahu Meira, ia tidak ada masalah apa-apa dengan sahabatnya itu.

Meira menghela nafas. Ia tak mau ambil pusing. Ia lebih memilih memikirkan keadaan papanya saja.

***

Ketika Meira pergi, Arshad segera mendekati Husna. Bukan bermaksud apa-apa. Ia hanya ingin menanyakan perihal ucapan Husna di rumah sakit terakhir kali.

Bagaimanapun, ia merasa penasaran, apalagi hal ini menyangkut Meira.

"Na" panggil Arshad.

Husna mendongak. Begitu tahu bahwa Arshad yang memanggilnya, ia langsung berdiri dan pergi.

Namun Arshad tak tinggal diam. Ia ikut pergi dan menyamai langkah Husna.

"Kenapa loe jadi ngehindar gini sih, Na? Gue kan cuman mau tanya tentang yang di rumah sakit itu".

"Nggak tau. Gue lupa" ketus Husna. Ia makin melebarkan langkahnya. Begitu juga Arshad. Cowok itu tidak pantang menyerah.

Husna yang merasa capek, segera menghentikan langkahnya. Hal itu pun dilakukan Arshad. Keduanya berdiri saling berhadapan.

"Sekarang jelasin ke gue" pintah Arshad.

"Oke. Tapi ingat, loe yang nyuruh. Dan jangan pernah menyesal" titah Husna.

Arshad mengangguk. Merasa yakin. Apapun konsekuensinya, ia terima. Meskipun itu sangat pahit.

Husna menghela nafas. Merasa sangat gugup. Ia takut Arshad akan marah kepadanya.

"Se-sebenarnya... Sebenarnya surat yang terakhir kali gue kasih ke elo, itu bukan surat yang asli" ujar Husna pada akhirnya.

Remaja Masa Kini (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang