Part 1. First Flight

23.7K 2K 461
                                    

🌏

Sejauh ini, aku sangat mencintai pekerjaanku. Ya, aku tak sekedar suka, tapi sudah ke taraf sayang bahkan cinta dengan dunia yang sedang aku tekuni.

Flight attendant.

Jangan tanya siapa yang menginspirasiku untuk menjadi seorang pramugari. Jelas saja ibuku yang dulunya pramugari, juga Miss Korea itu adalah sumber inspirasiku.

Lalu yang kedua, kakak satu-satunya yang aku miliki. Ia juga yang mengajakku pindah ke sini. Itu terjadi setelah maskapai tempat aku bekerja sebelumnya harus gulung tikar. Kakak laki-lakiku seorang pilot. Nanti jika ia muncul, aku akan segera mengenalkannya. Saat ini, biar itu jadi rahasiaku sendiri dulu.

Aku tak mau dianggap masuk ke maskapai paling bergengsi ini karena bantuan kakakku. Well, setidaknya jika aku terpaksa berada dalam 1 penerbangan, aku sudah janji padanya untuk tidak berpura-pura tak mengenalnya.

Hari ini yang paling aku tunggu. Ini adalah penerbangan dinas pertamaku di maskapai baru. Skywalk Air, yeah, siapa tak mengenal maskapai swasta yang punya cap terbaik di negeri ini.

Namun, semangatku tiba-tiba menguap hilang begitu saja.

Pagi sekali aku datang ke kantor Skywalk Air di bandara Gimpo. Aku yang sudah rapi serta full make-up dan hairdo, menunggu dengan manis di ruang tunggu kru kabin.

Sampai akhirnya insiden itu terjadi.

Lelaki berseragam pilot dengan kondisi setengah berantakan itu menabrakku dari arah depan, dengan kekuatan yang tak pernah kuduga. Bagian yang paling menyebalkan adalah, ia sama sekali tak merasa bersalah padaku.

Sulli, pramugari senior yang akan menjadi atasanku di penerbangan pertamaku bahkan sudah menyemprotku.

Aku menggembungkan pipi karena kesal. Lalu menghela napas panjang untuk meredakannya.

"Jinae-ya, kau tak apa? Ada yang sakit?" ucap seseorang yang juga akan melakukan penerbangan pertamanya.

Dia sahabatku sejak di maskapai sebelumnya, dan kami sama-sama pindah ke maskapai ini. Keberuntungan sedang berpihak pada kami untuk diterima di Skywalk Air. Jadi aku tak terlalu gugup karena aku punya Eunseo di sisiku.

"Eunseo-ya, terima kasih. Jadi, kemana rute pertamamu?" Aku meraih tangan Eunseo yang terulur padaku. Ah, sial, kakiku sakit. Pasti ini gara-gara pilot sialan tadi.

Eunseo terkekeh dan menjawab, "Jeju-do transit di Busan, dan kau?"

"Ah, ternyata kita sama."

"Kau penerbangan pertama kan? Berarti aku setelahmu."

Aku mengangguk paham. Lalu aku mengusap pinggangku, rasanya lumayan nyeri. "Eunseo-ya, sampai bertemu lagi. Daaah..."

Aku melangkah menuju ruang briefing, seperti yang diinstruksikan oleh Sulli Eonni tadi. Argh, sepertinya kakiku benar-benar terkilir.

Sudahlah, mungkin akan aku periksa nanti saat on-board. Yang terpenting, aku tidak melewatkan sesi briefing.

Aku melihat Sulli Eonni setengah berlari ke arahku. Ia terlihat panik dan tatapan horor itu ditujukan padaku.

"Jinae-ssi, mana id-card cabin crew milikmu?" Tatapan Sulli Eonni makin menyalang, tapi aku tetap berusaha untuk tak terpengaruh.

Aku sudah punya pengalaman menghadapi senior dengan watak seperti dia. Semoga saja aku bisa mendekatinya nanti.

Buru-buru aku menyerahkan id-card yang tersemat di dalam jas seragamku. "Ini Sunbae. Ada apa---"

"Ya Tuhan. Cepat urus segera. Namamu tidak ada di dalam sistem perusahaan. Ceroboh sekali kau ini! Jika dalam 10 menit belum beres, maka kau tak boleh ikut dalam penerbangan ini. Lebih dari itu, aku akan cari awak kabin serep lainnya. Mengerti?!"

Final Approach (✔) [TERBIT]Where stories live. Discover now