Part 13. Hello Again

12.9K 1.5K 528
                                    

🌏

Sudah beberapa tahun belakangan, aku berhasil menghindari lelaki yang ada di depanku sekarang ini. Memutus hubungan dengan dunia sekolahku, tak pernah datang ke acara berbentuk reuni atau apapun itu. Tapi kenapa aku harus bertemu dengannya lagi di sini, di penerbangan hectic ini? Sama sekali tak pernah terpikir bisa bertemu lagi dengannya, menatapnya dengan cara seperti ini. Di saat aku harus on duty, sebagai FA yang tengah melakukan tugas utamaku.

Aku meyakinkan diriku sendiri, ini semua pasti hanya kebetulan belaka.

Ia duduk di kelas bisnis, menekan tombol panggilan untuk bantuan awak kabin. Dan kesialan berada di pihakku. Akulah yang diminta purser untuk membantu dirinya.

"Jeon Junggo, lama tak berjumpa...." lirihku sedikit gugup.

Sebuah senyuman yang menunjukkan deretan giginya yang manis mulai mengembangdi wajahnya. Aku pun langsung mengingat jelas, cara ia tersenyum jauh di masa lampau.

Ia menyeringai tipis dengan kepala terangguk pelan. "Jung-go. Hanya kau yang memanggilku seperti itu," lirihnya.

"Ma--- maksudku Jeon Jungkook-ssi." Buru-buru aku merutuki kebodohanku yang menyebut namanya begitu. Kulihat Luna Eonni sudah memberi kode dari kejauhan, yang intinya menanyakan apakah aku perlu bantuan. Aku menggeleng pelan padanya, serta memastikan semua akan baik-baik saja.

Ternyata Jungkook menyadarinya, dan bertanya, "itu bosmu? Apa kau dimarahi olehnya?"

"Tidak kok. Jadi, ada apa memanggilku?" desakku lagi.

Ia tersadar akan tujuan awalnya. "Ah, iya... Hmm, bagaimana mengatakannya ya."

Dahiku berkerut bingung karena ia tak kunjung mengungkapkan keperluannya. "Sebenarnya ada apa?" Tak sengaja, aku melihat layar monitor miliknya mati. "Apa fasilitas entertainment-nya terganggu?"

"Bukan, bukan itu." Ia mengibaskan tangannya. "Jinae-ya, apa kau lihat seorang ibu yang menggendong balita di kelas ekonomi?"

"Hmm, ada banyak. Maksudmu yang mana?" tanyaku bingung.

Ia terkekeh sendiri. "Benar juga... Itu, maksudku yang anaknya mengenakan selang oksigen, dan si ibu membawa sebuah tabung oksigen berukuran besar di tasnya."

Netraku menatap tajam ke arah Jungkook untuk mengingat penumpang yang ia maksud. "Ah, sepertinya aku tahu. Apa kau mengenalnya?"

Ia menggeleng kecil. "Tidak, aku tak kenal mereka. Tapi bisakah kau membantuku bertukar kursi dengannya?"

"Hmm, apa maksudmu kau ingin pindah ke kelas ekonomi dan membiarkan ibu dan anak itu menempati kursi bisnis ini?" Aku berusaha memperjelas sekaligus menekankan maksud dan tujuan Jungkook.

Air mukanya berubah menjadi sangat serius. "Iya, aku mau itu. Kulihat keduanya hanya memesan 1 seat di belakang sana. Anak itu pasti tak nyaman berada di kursi ekonomi bersama ibunya. Kalau aku tak salah, pesawat ini baru akan mendarat sekitar 5 jam lagi. Sedangkan ukuran kursi kelas ekonomi itu kan ---- yah you know?"

"Sempit? Ah I see, sebentar kalau begitu. Aku akan mengabarimu secepat yang aku bisa," potongku paham.

Aku berjalan ke kursi ibu dan balita yang Jungkook maksud. Dan benar saja, mereka berdua duduk di dekat lorong. Balita itu tampak tertidur di pangkuan ibunya, lengkap dengan tabung oksigen yang tergeletak di bawah, ditahan oleh bagian kaki ibunya.

Final Approach (✔) [TERBIT]Where stories live. Discover now