Part 21. Sasaeng Fans Problem

12.3K 1.4K 594
                                    

🌏

Fisik rasanya seakan sudah akan tumbang. Di jam-jam terakhir, setiap satu jamnya, aku dan Amber Eonni beredar mengawasi kondisi first class. Beberapa kali FA dari kabin tengah, dan juga bahkan Luna Eonni ikut membantu jika kami berdua terpaksa meninggalkan bagian kabin. Walau hanya sebentar saja.

Kebetulan sekarang adalah giliranku untuk berkeliling. Sekat-sekat di tiap ruang kursi mereka membuat jangkauan mataku jadi terbatas, jadi lampu kabin sengaja tak kumatikan. Aku terlalu ngeri membayangkan adanya penyusup di saat kondisi kabin menggelap. Manajer anggota Bangtan pun sudah menyetujuinya, jadi mereka beristirahat menggunakan eye-patch yang tersedia khusus untuk first class.

"Noona...." bisik seseorang di deretan depan.

Ah, itu V. Aku segera ke tempatnya dan langsung menyadari wajahnya terlihat tidak baik-baik saja.

"Ada yang bisa kubantu, V-ssi?"

"Hmm, bisakah aku mendapat bantal atau guling tambahan?" Bandana di kepalanya sudah menghilang, ia mengacak poni rambutnya sendiri. "Aku tidak bisa tidur."

"Hah? Sejak tadi kau tidak istirahat?" Ia mengangguk, wajahnya terlihat sangat letih.

"Aigo, kenapa baru bilang sekarang? Sebentar lagi kita sudah akan tiba di Amsterdam," keluhku.

Ia memaksakan diri untuk tersenyum, "tidak apa-apa. Aku tak enak padamu yang sudah menjaga kami selama penerbangan ini. Noona dan yang lainnya juga belum sempat istirahat kan semenjak insiden tadi?"

Napasku tertahan sejenak. Ternyata ia mengamati kami semua dengan cara diam. Aku terharu karena ia sama sekali tak menyusahkan ataupun rewel selama penerbangan. "Sebentar kuambilkan."

Aku memberikan satu bantal tambahan untuk V, kemudian ia bilang akan mencoba tidur walau hanya untuk satu jam saja.

***

Dari sini, aku melihat lampu kecil di telepon interkom pesawat menyala. Amber Eonni memintaku untuk mengangkat telepon itu. Ia terlihat sibuk mengantar secangkir minuman hangat.

Sepertinya RM, leader mereka sedang tidak enak badan. Padahal ketujuhnya akan punya jadwal konser esok hari.

Aku berjalan gontai menuju ke telepon interkom.

"Jinae's speaking," ucapku begitu mengangkat telepon.

"Lama sekali? Kau ketiduran lagi?"

Menurut dia saja bagaimana? Ingin sekali rasanya aku mengumpat padanya, tapi tidak mungkin kan?

"Maaf, Capt, aku baru saja mengambilkan barang untuk V-ssi."

"Bocah tengik itu lagi? Ya ampun, ia benar-benar pembuat onar!"

Aku mengernyit tidak suka dengan nada bicaranya. "Bukan begitu, Capt, ia tidak menyusahkanku. Bahkan ia sangat pengertian----"

"Tsk... Tsk... Kau membelanya? Dari matanya aku tau ia seorang oedipus complex. Berhati-hatilah dengannya."

Pikiranku tidak sejernih sebelum belasan jam yang lalu. Kata-katanya sama sekali tidak bermanfaat untukku, malah sebaliknya. Menyebalkan sekali!

"Capt, kalau tak ada yang penting aku akan menutup teleponmu."

"Wah, kau marah padaku? Apa kau sudah jatuh pada pesona anak kecil aneh itu?"

Aku menutup mata sembari menghela napas panjang. "Untuk apa aku marah padamu? Buang-buang energi saja! Oh iya, perbedaan umur kami tak lebih dari 5 tahun, Capt. Jadi kutegaskan sekali lagi, dia bukan anak kecil. Terima kasih," tutupku.

Final Approach (✔) [TERBIT]Where stories live. Discover now