Part 43. Still Wobbly

15.4K 1.4K 775
                                    


SIAPA YANG BACA FINAL APPROACH, JADI SERING BUKA GOOGLE? HAYO NGAKU!!!

.

.

(Slide for mulmed)

.

.

.

.

"Being insanely happy, I was a fool addicted to your sweetness," by J-Hope.

.

🌏

Sudah tak terhitung berapa kali tangisku meledak di dalam lavatory sempit yang masih saja menjadi momok untukku. Terisak hebat menepuk dadaku sendiri, berharap rasa nyeri itu mereda. Sedikit saja.

Namun nyatanya, eranganku semakin menjadi-jadi saat ungkapan cinta dari Taehyung itu teringat jelas, menggema keras di telingaku. Aku masih hapal intonasi nada Taehyung yang hangat, cara pengucapan kesal bercampur gemasnya, hingga berapa kali ia tulus menyatakan rasa cintanya. Tapi sayang, itu bukan ditujukan padaku.

Tadinya aku sempat menebak jika kemungkinan besar, video yang diputar oleh Jennie adalah koleksi lama mereka berdua. Namun asumsiku mendadak jadi liar. Bagaimana jika itu direkam baru-baru ini saja?

Ah, tentu saja tidak benar kan? Ya, aku yakin kecemasanku itu salah.

Di tengah membekap mulutku sendiri, seseorang mengetuk pintu, memberi instruksi agar aku bisa segera keluar dari ruang terkutuk itu. Sebentar lagi sudah akan memasuki persiapan mendaratnya pesawat.

Suara Joohyun Eonni rupanya. Jangan sampai ia membuka kunci lavatory dari luar dan memergoki kondisi mengenaskanku di dalam sini. Buru-buru aku membuang tisu di tanganku serta merapikan kusut di sebagian seragamku yang sempat kuremas keras.

Kali ini aku berusaha keras memusnahkan gejolak di dadaku, lalu memaksa sebuah senyuman. Kepalaku sedikit menunduk saat melewati Joohyun Eonni. Semoga saja ia tak menyadari ada yang aneh dengan wajahku.

Sudah jatuh lalu harus tertimpa tangga, aku diminta Joohyun Eonni untuk greetings tepat di pintu bagian depan sebagai pengiring keluarnya penumpang bisnis dari kabin. Berlaku sopan sesuai SOP, tubuhku berkali-kali membungkuk serta berucap terina kasih pada setiap penumpang. Menyembunyikan wajahku, aku tak berani menatap satu per satu penumpang yang melewatiku. (mengucap salam perpisahan)

"Maaf, permisi."

Aku tersentak mendongak pada seorang penumpang terakhir, hanya mampu memasang wajah terkejut. Lalu ia pun mengucap, "Aku melihatmu di iklan maskapai. Ternyata aslinya, jauh lebih cantik."

"Ah, tidak kok. Kau salah, Tuan," responku canggung.

Sama seperti kekagetanku, ia mendeteksi sisa-sisa wajahku yang bengkak dan memerah akibat terlalu banyak menangis. Tak begitu heran saat ia bertanya, "Hm, Nona Kim Jinae, apa kau baik-baik saja?"

Baru saja, ia membaca pelat namaku ya?

Langsung saja aku mengusahakan senyum---palsu--- terbaikku. "Tentu saja aku baik-baik saja. Oh, pintunya di sebelah sana, Tuan," jawabku sekaligus mengusirnya secara halus.

Ia menggaruk belakang telinganya lalu menyerahkan sebuah kertas, boarding passnya. Dahiku bahkan sudah mengerut kebingungan, apa maksud pria itu sih? "Baik, aku mengerti. Nanti akan saya buangkan untuk Anda."

Final Approach (✔) [TERBIT]Where stories live. Discover now