🌏
Percayalah, hari ini adalah hari Minggu yang cukup berat untukku. Tadi sekitar menjelang subuh, aku dijemput paksa dan diomeli habis-habisan oleh Jin Oppa di lobby rumah sakit. Kemudian setelah sampai apartemen, hanya selang 3 jam saja aku sudah harus kembali bersiap-siap mengemban tugas.
Jin Oppa mendapat day-off per hari ini, jadi ia mengantarku ke bandara Incheon. Namun anehnya kakakku itu ikut turun dari mobil lalu ia mengambil trolley bag-ku dari bagasi. Wajahnya masih sangat bengkak, disamping itu ia hanya mengenakan kaus oblong kusut dan celana jeans pendek kusam. Penampilan Jin Oppa lebih mirip seperti seorang gelandangan, bukannya pilot.
Aku hampir tak percaya saat beberapa ground crew maskapai yang lewat di depan kami, terlihat sangat jelas mencari perhatian kakakku. Dari kemeja dan celananya yang putih-biru, kutebak mereka semua adalah staf check in bandara khusus maskapai Skywalk Air. Para gadis itu tersenyum padanya, lalu kakakku membalas dengan sebuah senyum seringai tipis. Seketika itu juga, mereka saling berbisik dan saling klaim atas senyuman menjijikkan itu.
Aku hanya mampu menggeleng atas kelakuan kakakku itu. Tunggu sampai Sojung Eonni tahu, kupastikan pernikahan mereka akan batal.
Langkah kakiku terhenti dan aku menatap bingung ke arahnya yang terus menyeret koperku. "Oppa, apa yang kau lakukan? Kenapa tak langsung pulang?"
"Sarapan dulu. Aku malas masak kalau hanya untuk seorang diri. Itu sama saja dengan memasak untuk 100 orang."
Aku meringis ganjil atas analoginya yang berlebihan. "Ya sudah kalau begitu, aku duluan saja. Kemarikan trolley-ku."
Namun tiba-tiba lengannya itu melingkari leherku dengan sangat erat, membuatku sedikit tercekik. "Kau juga ikut sarapan. Memangnya kau sempat makan di atas nanti?" ucapnya.
Ia sangat paham kalau awak kabin sering melewatkan crew's meal. Di setiap jangka waktu 15 menit, selalu ada saja yang kami kerjakan. Belum lagi ditambah panggilan bantuan dari penumpang.
Aku berusaha melepaskan lengan yang terbelit di leherku, tapi ternyata ia malah semakin mengeratkannya. "Uhuk... Oppa, lepas! Aishhh, jangan begini! Rambutku!!! Aku belum memakai hair spray. Haaaah, kau ini!"
Keningnya sendiri ia sentuhkan ke pelipisku. "Aku tak suka dibantah olehmu, anak kecil!" Lalu ia kembali melangkah ke arah sebuah kafe bandara yang terletak di dekat kantor maskapai.
Sebenarnya penerbanganku hari ini masih nanti siang, tapi aku sengaja datang lebih awal. Dan sepertinya Jin Oppa tahu itu. Seperti yang sudah-sudah, pasti ia memeriksa jadwalku lewat aplikasi jadwal terbang kru Skywalk Air dengan menggunakan id-ku.
Yep, ia memang seorang kakak yang sangat-sangat menyebalkan.
Tanpa menunggu persetujuanku, ia memesan dua porsi bibimbap dan dua susu hangat. Aku buru-buru menginterupsi seorang waitress yang sedang sibuk mencatat pesanan kami. "Maaf, satu susunya tolong diganti americano."
"Kenapa kopi sih?" tanya kakakku dengan wajah yang menegang.
"Aku belum cukup tidur, Oppa. Bagaimana kalau tekanan darahku kurang saat crew med-check nanti? Apa kau mau tanggung jawab, hm?" omelku tak mau kalah. (pemeriksaan kesehatan kru tiap sebelum penerbangan)
YOU ARE READING
Final Approach (✔) [TERBIT]
Fanfiction[PRIVATE] FOLLOW ME FIRST ✈ Kim Jinae, si pramugari kroco yang tiba-tiba menjadi target sasaran seorang pilot beken di maskapai tempatnya bekerja. Jinae tak sadar, sejak penerbangan pertamanya itu, hidupnya akan berubah. Final Approach (aeronautics...