🌏
Tiga hari setelah hari pernikahan kakakku, aku diam-diam pindah dari apartemennya. Memanfaatkan waktu honeymoon-nya, aku menemukan sebuah apartemen dengan tipe studio untuk diriku sendiri. Namun letaknya masih di Bucheon dan tak jauh dari letak apartemen milik Jin Oppa.
Kuharap tidak akan ada drama Perang Korea setelah ia mengetahui kepindahanku ini. Kemungkinan terparah, ia akan menyeretku kembali ke apartemennya. Namun aku sudah mendapat dukungan penuh dari ayah dan ibuku jika hal itu sampai terjadi.
Aku masih sibuk bersiap-siap untuk ke bandara. Namun aku masih belum tahu jam berapa atau kemana penerbanganku hari ini.
Berhubung aku baru saja selesai mandi di waktu yang sudah mepet, aku segera menyelesaikan make-up dan memakai seragamku dengan secepat kilat.
Sarapan? Nanti saja lah setelah absen.
Tepat pukul 6 pagi aku tiba di komputer absen, setelah itu aku bertemu dengan beberapa FA senior yang juga mendapat jadwal reserve-nya pagi ini. Aku pun mengalah dan mempersilakan mereka untuk absen terlebih dulu.
Aku mendapat nomor antrian ke-11 di sistem reserve pagi ini. Itu artinya aku tak akan mungkin mendapat penerbangan paling awal.
Hari ini adalah jadwal reserve-ku, dimana aku diharuskan stand-by di kantor maskapai dalam kondisi siap terbang. Pada shift pagi kali ini, aku akan ditempatkan oleh sistem maskapai sebagai FA cadangan atau serep. FA disesuaikan oleh urutan nomor absen itu sewaktu-waktu dapat dipakai---- emh, maksudku dipanggil jika ada seorang FA on-duty yang mendadak berhalangan hadir. Jadi semua penerbangan hari ini tidak akan terganggu hanya karena salah satu tim kekurangan anggotanya.
Dan bagian yang paling menyebalkan adalah aku harus menunggu dengan manis di dalam kantor maskapai selama satu shift atau dalam kurun waktu 6 jam ke depan. Lebih dari itu, aku baru boleh pulang. Itu sudah menjadi aturan main seorang pramugari dalam menjalani jadwal reserve.
Setelah masuk ke ruang tunggu yang dikhususkan untuk FA reserve atau yang sering disebut sebagai FA serep, aku menaruh troli bag-ku di salah satu sofa. Oh, rupanya Sulli Eonni juga sedang mendapat jadwal reserve bersamaku.
Mungkin aku bisa kabur sebentar ke kantin bandara?
Perutku yang kosong membuat kepalaku ikut kopong dan tak bisa digunakan untuk berpikir.
"Jinae-ssi, mau ke mana?" tanya salah seorang senior yang duduk bersama Sulli Eonni.
"Aku mau ke kantin basement. Apa Sunbae ingin menitip sesuatu padaku?"
Ia mengangguk kecil dengan tersenyum. "Boleh-boleh. Tolong belikan aku satu porsi kimbap dan es americano ya. Nomor urutku 2, jadi aku tak bisa meninggalkan ruangan ini."
"Oke, Sunbae."
"Jinae-ssi, kalau aku sudah berangkat, berikan pada Sulli saja ya?"
Wanita yang disebut namanya itu langsung menatapku jengah. "Tak perlu. Aku sudah sarapan."
Aku meringis sedikit canggung. "Ah, iya, tenang saja Sunbae.
Tak perlu cemas, perutku masih muat menampung 2 kimbap dan 2 cup kopi. Aku pun melangkah keluar dari ruang tunggu.
Sesampainya di kantin, aku langsung memesan makanan dan minuman di salah satu kios. Lalu meminta ibu penjual untuk membungkus pesananku.
"Imo, apa aku bisa minta tolong untuk cepat sedikit?" ucapku sopan yang dibalas anggukan olehnya.
YOU ARE READING
Final Approach (✔) [TERBIT]
Fiksi Penggemar[PRIVATE] FOLLOW ME FIRST ✈ Kim Jinae, si pramugari kroco yang tiba-tiba menjadi target sasaran seorang pilot beken di maskapai tempatnya bekerja. Jinae tak sadar, sejak penerbangan pertamanya itu, hidupnya akan berubah. Final Approach (aeronautics...