Warning:
TMI (too much information) about aviation technical term.
If you don't like, just skip it 😊🌏
Tadi malam saat berada di kafe Vlaamse, jantungku hampir saja copot mengira Taehyung akan menciumku--- lagi. Sampai pada akhirnya ia tiba-tiba keluar dari kafe, lalu aku mendapati lelaki itu terduduk bersama e-cigarette-nya di luar.
Calm down, Kim Jinae! Si demon terkutuk itu selalu saja membuat jantungku bekerja ekstra.
Setelah hampir seharian penuh kami beristirahat, sore ini juga timku sudah harus kembali bersiap on-duty. Penerbangan dari Schiphol menuju Incheon hari ini akan memiliki satu transit di bandara Frankfrut, Jerman.
Namun sialnya, aku malah terserang gejala flu. Hidungku sedikit tak berfungsi dengan baik ditandai oleh beberapa kali aku bersin. Eunseo pun langsung memarahiku dan menuduh kondisi kesehatanku yang drop ini gara-gara aku terlalu lama berada di luar ruangan semalaman tadi.
Pukul 5 sore waktu setempat, pesawat melakukan landing pertama di Frankfrut, Jerman. Kami hanya transit sebentar di sini, barusan saja Taehyung memberi kode turn untuk kami. (pramugari tidak turun dari pesawat)
Kali ini aku dan Eunseo berada di galley bagian tengah. Gadis itu terus menanyakan apa yang terjadi semalam saat aku hanya berdua saja dengan pilot kami. Sejak semalam, aku memang menghindari topik yang masih berhubungan dengan Kim Taehyung. Kecanggungan yang tercipta di penghujung malam benar-benar membuatku merasakan sebuah kegamangan.
"Tak ada yang terjadi di antara kami," responku datar.
Ia menelisik kedua mataku. "Benarkah? Kau yakin? Hm, apa dia tak berbuat sesuatu yang--- kau tahu, merugikanmu?"
"Kim Taehyung tidak seperti itu."
"Oke oke, baiklah aku percaya." Ia bersandar di pintu salah satu lavatory. "Lalu kenapa kau terlihat murung seharian ini? Bahkan kau tidak tersenyum saat menghadapi pax yang tadi?"
"Maksudmu pax yang meminta pindah duduk ke window tadi?" tanyaku. "Ayolah, akui saja ia memang menyebalkan dan sangat merepotkan."
Eunseo terkekeh kecil. "Aku tahu."
Aku membuka penutup cabin compartment untuk seluruh kelas ekonomi itu satu per satu. Penutup bagasi yang terbuka akan memudahkan pax untuk segera meletakkan barang mereka di tempat yang masih kosong.
Saat membuka penutup terakhir, aku tertegun sesaat. Dari kabin pesawat melalui jendela, aku bisa melihat Taehyung berada di luar pesawat. Pria itu tengah berbincang serius dengan dua orang staf darat.
Taehyung tengah mengenakan kacamata hitamnya. Ia tampak mengernyit, dengan tangan yang terlipat di depan dadanya. Sesekali ia juga mengangkat tangannya seperti melayangkan sebuah protes pada beberapa staf yang kuyakini adalah mekanik pesawat yang bertanggung jawab atas kelayakan terbang kami.
Entahlah, aku tidak bisa mendengar pembicaraan mereka. Namun aku jelas melihat kerasnya Taehyung di bawah sana.
Apa suasana hatinya sedang buruk?
Awalnya kupikir ia memperlakukanku dengan cara berbeda. Tapi tadi siang saat masih berada di Schiphol, ia hanya membalas sapaanku dengan sekenanya. Jangan bilang kalau ia marah padaku karena aku telah berbuat suatu kesalahan?
Berpaling melanjutkan persiapan boarding, aku terkekeh menertawai diri sendiri. Sepertinya hanya aku saja yang terlalu percaya diri. Untuk apa juga ia marah padaku?
YOU ARE READING
Final Approach (✔) [TERBIT]
Fiksi Penggemar[PRIVATE] FOLLOW ME FIRST ✈ Kim Jinae, si pramugari kroco yang tiba-tiba menjadi target sasaran seorang pilot beken di maskapai tempatnya bekerja. Jinae tak sadar, sejak penerbangan pertamanya itu, hidupnya akan berubah. Final Approach (aeronautics...