Part 6. Uncontrolled Fight

13.3K 1.5K 267
                                    

🌏

Kim Taehyung membuatku dimarahi oleh kakakku. Semua itu hanya gara-gara permintaan satu porsi salmon sushi roll-nya yang baru. Kakakku yang sedang melakukan inspeksi dapur atas restorannya sendiri pun langsung memarahi chef yang sedang bertugas.

Namun ia tak bisa tenang jika tak menangani permintaan customer dengan tangannya sendiri. Errgh, tentu saja aku tak menyebut jika pelanggan yang bermasalah itu adalah Kim Taehyung.

Sejak pertemuan mereka di saat penerbangan pertamaku itu, aku dapat mengendus adanya masalah di antara kedua pria dewasa itu. Semoga saja kakakku tak dibuat sulit oleh Kim Taehyung. Sungguh aku tak rela jika itu sampai terjadi.

"Kau juga!" teriaknya ke arahku. "Lain kali, jangan semudah itu mengiyakan permintaan tamu. Apa kau tak tau, harga ikan salmon ini sangat mahal. Jangan-jangan itu hanya akal-akalannya saja?"

Aku menyengir saja. "Aku sudah melihat daftar order meja itu dan kesalahan memang pada kita."

"Yang benar?" Ia menunduk dan terlihat kecewa.

Aku paham ia selalu ingin sempurna. Seorang perfeksionis sepertinya, tak mudah menerima kesalahan. Apalagi dengan profesinya yang sekarang ini.

Seorang pilot tak boleh melakulan satu kesalahan sedikit pun untuk siap terbang. Atau semua akan berakibat fatal selama di udara. Begitu menurutnya.

"Oppa, jangan memarahi pegawaimu dengan begitu keras. Aku mohon," ucapku cemas.

Ia menggeleng pelan. "Aku tak sesadis yang kau pikir, bodoh." Lalu ia pun mengangkat piring yang berisi sushi baru itu.

"Oppa, ka---- kau mau kemana?" Aku berusaha mencegahnya, jangan sampai ia bertemu dengan Kim Taehyung.

"Mengantar ini. Apa lagi memangnya?" tanyanya bingung.

Langsung saja aku menyambar piring itu dari tangannya dan berjalan menuju pintu penghubung dapur dan ruang tengah restoran. "Jangan, biar aku saja."

"Yaak! Berhati-hatilah, jangan ceroboh. Ingat, ikan itu mahal!" pekiknya.

Aku menggeleng kesal sekaligus tertawa. "Baiklah, sajangnim," ucapku dengan nada mengejek. Aku pun keluar dari dapur resto. (presdir)

Langkahku semakin cepat menuju ke meja 12. Aku segera menyajikan satu porsi baru seperti yang Taehyung minta. Lalu aku segera kabur kembali dari situ.

***

Terlalu lelah menjadi gasing di restoran milik kakakku ini, akhirnya Jung Oppa memintaku untuk beristirahat sejenak. Hei, jangan salah paham, aku bukannya mengeluh. Tapi bahkan di pesawat saja mobilitasku tak sepadat ini. Sampai-sampai keringatku bercucuran tanpa henti dari tadi.

Lihat saja nanti, sepulang dari sini aku akan menodong upah kerja pada si sajangnim terhormat yang merasa dirinya tampan itu. Tapi otak licikku bekerja, aku tak mau jika harus makan makanan ala Jepang di Seiromushi ini. Minimal aku harus berhasil menyeretnya ke Boccalino, restoran Italia di Myeongdong yang belum pernah kucoba sebelumnya.

Saat di tengah-tengah membayangkan satu porsi ravioli dengan gelato sebagai dessert, Park Seojoon ternyata sudah berdiri di depan meja kasir. Tanpa sadar aku merapihkan kemejaku sendiri. Padahal pria itu tak memperhatikan aku.

"Hyung, aku saja. Kau terlalu sering seperti ini," ucap seseorang yang menarik pakaian Seojoon Oppa.

"Diamlah. Kau sangat cerewet." Lalu Seojoon Oppa tak sengaja melihatku yang berdiri tak jauh dari meja kasir. "Oh, kita bertemu lagi, Jinae-ssi?"

Final Approach (✔) [TERBIT]Where stories live. Discover now