Part 41. The Special One

13.4K 1.4K 815
                                    

(Slide for mulmed)

Nggak mau tau, vote + komennya gak boleh tunggal, harus jamak....

.

.

.

"Don't you worry about a thing no, no, no...." by Bruno Mars.

🌏

Keheningan berangsur-angsur menyelimuti ruang kamar tidur ini. Aroma bunga lembut berasal dari tubuh pria di sampingku belum mampu menjernihkan otakku yang sedari tadi liar tak terkendali. Tapi setidaknya, kecamuk emosi yang kurasakan sejak awal sudah tidak menggebu lagi.

Kedua kelopak mataku berkedip lambat, seluruh tangan ini memeluk wajah sesosok pria yang kutebak sudah berpindah ke alam mimpi lebih dulu, meninggalkan presensiku seorang diri. Makhluk adam yang satu itu memang paling bisa membuatku kesal, tapi juga dicintai secara bersamaan.

Dicintai oleh Taehyung? Lagi-lagi masih pertanyaan yang sama.

It might be untrue, and seriously I'm scared.

Gelisah menggigiti bibirku sendiri, sadar jika aku tak bisa menemukan jawaban itu pada dirinya. Kepala Taehyung yang tengah kudekap itu bergerak sedikit menengadah, setelah semenjak tadi terbenam seutuhnya di antara kedua dadaku. Netra terjaga ini pun dapat melihat wajah damainya yang mendengus halus, seolah baru saja mendapat pasok oksigennya kembali.

Sejak tadi Taehyung hanya mengenakan celana dalam saja, memeluk erat pada bagian pinggulku yang terbuka. Aku mencoba memindahkan tangan milik pria itu, setelahnya aku menarik turun ujung pakaianku yang disingkapnya terlalu banyak. Di tubuhku, saat ini melekat sebuah kemeja putih bertanda pangkat empat buah balok emas di pundak --- seragam pilotnya --- yang kubiarkan terkancing asal begitu saja.

Aku mengamati raut tenangnya, memastikan apakah Taehyung masih terjaga? Ah, rupanya ia sudah tertidur pulas. Helaan napas panjangku pun menyiratkan seluruh beban yang kumiliki untuk mencintai Kim Taehyung. Ia benar-benar tak memberi aku kemudahan, bahkan sampai detik ini.

"Oppa, kau tak akan paham, seberapa besar aku mencintaimu," ucapku sepertiga berbisik. Sementara itu sebelah tanganku menyeka sebagian garis rambut di keningnya. Ternyata aku mendapati adanya helaian-helaian yang masih setengah basah, setelah tadi ia memutuskan untuk membasuh tubuhnya secara singkat.

Pasti sudah sangat lelah di sepanjang menghadapi perangaiku yang meledak-ledak. Ya kuakui, aku pun sudah tak lagi memahami diriku sendiri saat berada di bawah kendali pilot itu. Membuatku terkekeh miris nan menyedihkan.

Apakah sekarang, aku sudah menang telak? Ternyata belum juga.

"Mengapa kau sangat kejam sampai-sampai rasanya aku ingin mati saja. Taengi Oppa, kau tahu itu, huh?" Bibirku tak sadar mengerucut gemas padanya.

Bagaimana pun, pria itu tetaplah bergeming tanpa reaksi. Kemudian tanganku mengusap lembut garis rahangnya, juga membelai lekumnya perlahan. Rasa kantuk belum juga terasa, tapi aku tetap memilih untuk memaksa tidur dengan semakin menarik bagian samping dari wajah bergaris tegas itu ke dadaku. Setidaknya, itu bisa meredakan sedikit kecemasanku. Mungkin esok fajar, tingkat perasaanku ini bisa kembali normal mencintai Taehyung seperti biasanya.

Walaupun aku tahu itu sangatlah mustahil. Mirisnya, cinta yang kupunya ini hanya akan terus berkembang untuk Kim Taehyung seorang. Bahkan seringkali, aku sampai menahan diri untuk tidak menjadikan diriku sebagai racun untuknya.

Final Approach (✔) [TERBIT]Where stories live. Discover now