👆
(slide for mulmed)"You made me a believer, believer," by Imagine Dragons.
🌏
Baru menjelang subuh, aku mendadak terbangun oleh suara gesekan selimut di tubuhku. Merasakan kesesakan luar biasa tapi juga tak memiliki keberanian untuk sekadar membuka kedua mataku. Di kepalaku, terus saja berulang pada pertanyaan tentang kepulangan Kim Taehyung ke rumahnya, di sini. Bagaimana jika aku tak sanggup melepas pria itu untuk orang lain? Apa aku akan menjadi sama seperti Jungkook?
Namun rasa sesak ini sungguh aneh karena begitu nyata. Sangat ingin memahami diriku sendiri, mengapa hanya memikirkan Taehyung semata, rasanya hatiku seperti terbakar hebat. Sakit dan tak terkendali.
Lalu kuputuskan membuka perlahan indera penglihatanku untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaanku tadi. Sebelum aku mencari sosoknya, sebuah lengan kokoh telah menindih bagian atas dadaku. Membuat napasku berat tak beraturan, hampir saja tersedak.
"Kau sudah pulang?" lirihku. "Terima kasih, Oppa." Aku memiringkan tubuhku, berhadap-hadapan dengannya. Mengamati pria yang posisi tidurnya menelungkup pada sisi ranjang di sebelahku. Lekuk wajahnya terlihat sangat damai dan tenang. Hidung tajam itu juga mampu membuatku tersenyum tipis.
Walaupun aku sudah memiliki 2 pria Kim tampan di rumah, ternyata aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan pria Kim lainnya. Beruntungnya aku, ia juga bagian terbaik dalam hidupku. Oh tolong jangan menyuruhku untuk membuat pilihan. Tentu mereka semua punya porsinya masing-masing.
Untuk beberapa menit, aku mengamati wajah Taehyung yang terus mengernyit dalam tidurnya. Lalu bibirnya tiba-tiba saja melengkung ke bawah, sudah seperti anak kecil yang siap meledakkan tangisan.
"Jangan... Jangan pergi....." gumamnya masih tak menyadarkan diri.
Aku menyingkirkan lengannya dari tubuhku, lalu mengusap-usap puncak kepala Taehyung perlahan. Setelah bermimpi aneh menyebutkan namaku, kali ini apa lagi?
Siapa yang ia ingini untuk tetap tinggal? Apakah karena baru saja mengantar Kim Jennie maka ia sampai bisa memimpikan wanita itu?
Taehyung semakin terlihat gusar, erangannya membuatku bertanya pada diriku sendiri. Apa yang bisa kulakukan untuk menenangkan pria itu?
"Taehyung-ah, sebenarnya ada apa...." lirihku mencengkram sebagian lengannya.
Seakan mendengar suaraku bukan obat penawarnya, ia malah semakin merintih hampir menangis. Pria itu seperti orang yang kesakitan.
.Bruk...
.
"Jangan pergi, hhhh... Eomma, jangan!" pekiknya bersamaan dengan tubuhnya yang terpelanting ke lantai parket. Aku tak bisa menahan tenaganya yang sangat besar itu.
Aku ikut melompat ke bawah cepat-cepat mengambrukkan diri di dekat tempat Taehyung terjatuh. Menempatkan kepalanya di pangkuanku, juga meraih lehernya untuk berusaha memeluk pria itu sangat erat.
Tiba-tiba saja satu titik air mataku terjatuh merasakan kesedihan dari Kim Taehyung. Di luar keangkuhannya, priaku ini sungguh membutuhkan sosok ibunya yang telah lama pergi. Hatiku lebih tersayat saat tahu jika Taehyung sendiri pun mengerti ia ditelantarkan oleh kedua orang tuanya.
"Jinae-ya, kau menangis?" tanyanya bingung. Mendengar suara paraunya, sontak saja aku menarik tegak kepalaku menyadari Taehyung yang terbangun. "Kenapa kita ada di lantai?"
Terlalu gemas dengan wajah kebingungan itu.
Aku menepuk bahunya, mendeteksi tubuhnya yang hanya terbalut selembar boxer alias celana dalam bermerek favoritnya. "Oppa sendiri, kenapa tak memakai apa pun? Sebelum kau jatuh sakit, cepat kenakan kaus tidur dan celana panjangmu yang tadi, huh?" omelku mencari alasan. Tidak mungkin aku bertanya tentang mimpinya, cukup sekali aku berbuat bodoh.
YOU ARE READING
Final Approach (✔) [TERBIT]
Fanfiction[PRIVATE] FOLLOW ME FIRST ✈ Kim Jinae, si pramugari kroco yang tiba-tiba menjadi target sasaran seorang pilot beken di maskapai tempatnya bekerja. Jinae tak sadar, sejak penerbangan pertamanya itu, hidupnya akan berubah. Final Approach (aeronautics...