***"Jadi kamu menolak?" tatapan culas itu menusuk Mega secara terang-terangan. "Kenapa? Ini tawaran besar, kan? Kamu hanya melakukan satu hal gampang." Rasya masih mencoba menprovokasi. Tapi sepertinya wanita kampung di depannya ini sama sekali tidak terlihat goyah.
"Maaf, dok. Saya masih belum ngerti kenapa dokter justru meminta bantuan saya. Walaupun tawaran dokter sempat membuat saya bimbang, saya nggak akan mengkhianati teman saya."
Rasya mendengus dan tersenyum sinis. Rupanya dia sudah tidak tahan lagi untuk melepas topeng. "Teman katamu?! Omong kosong!"
Mega kebingungan saat melihat atasanya itu mengobrak-abrik seluruh barang di atas meja kerjanya. Perempuan itu tampak menggila dan Mega tidak tahu harus melakukan apa.
Di saat Mega panik menggoyangkan tangannya untuk menenangkan, pintu dibuka begitu saja. Sosok Sasi muncul dan langsung mendekap mamanya sambil menangis. "Mama ...."
Emosi Rasya lantas mereda. Tubuhnya terhuyung dan menghempas kekursi di belakangnya. Napasnya tidak beraturan dan terus mencengkeram rambutnya yang kian berantakan. Sasi masih terisak memeluk pinggangnya.
Mega semakin bingung bercampur panik. Dia ingin segera pergi dari sarang wanita gila seperti dokter Rasya. Bisa saja dokter itu tiba-tiba mengambil pistol yang dia letakkan di laci meja kemudian ....
Dor!!!
Peluru panas itu bersarang di kepalanya. Dan sebelum hal itu terjadi lebih baik Mega cepat-cepat pergi dari sini.
***
Vivian masih mengabaikan sahabatnya yang masih bersungut-sungut dan mengomel sejak tadi. Di kakinya, Dovy menggeliat nyaman.
"Lo tuh bener-bener ya! Udah berapa hari coba lo nggak tidur di sini?! Malah asik kumpul kebo sama dokter ganteng lo itu!"
"Gue nggak kumpul kebo!" Yang satu itu jelas Vivian menyangkal keras. Enak saja Rima menuduhnya wanita murahan yang tidur dengan lelaki yang bukan suaminya. Padahalkan dia dan Keano hanya tidur biasa, bukan 'tidur' yang itu.
"Lo perlu tes keperawanan buat buktiin ke gue." Rima makin ngaco.
Membuat Vivian memutar bola mata malas. "Nggak usah lebay. Gue masih perawan sampe sekarang."
"Lo nggak tau kalau Dovy mendadak sensi akhir-akhir ini? Gue kerepotan, Vi ... Kalau lo mau minep, minimal ya anak lo dibawa."
"Hm." Vivian ganti menatap Dovy yang mendusel kakinya minta perhatian. Sedikit, dia merasa bersalah juga. Mungkin Keano tidak akan keberatan jika sesekali mengajak Dovy bermain ke 'kantor'nya.
"Kemaren ada anak SMA nyariin lo " kata Rima setelah santai duduk di kursinya. Gadis itu tidak lagi mengomel.
"Siapa?"
"Namanya Raja. Kakak kelasnya Sasa juga, sih. Dia nungguin lo sambil ngobrol sama Sasa di depan." Dia menggosok kukunya yang bersih sebelum melanjutkan, "tapi lo nggak pulang, dan dia keburu diusir tante Susi."
"Ngapain emangnya dia ke sini?"
"Aduh entah, ya. Kok elo yang malah nanya gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Lover's
Romance🍁Doctor Lover's🍁 Vivian bekerja di sebuah rumah sakit keluarga milik Bimasatya. Pada masa internshipnya, dia ada di bawah bimbingan langsung si putra kedua Bimasatya, Keano. Keduanya memiliki perasaan satu sama lain setelah beberapa hari bekerja...