***
Mata dengan netra yang sama itu masih terus menumbuk dalam jarak 7 meter. Yang satu syok ketakutan dan yang satunya lagi berkaca-kaca. Demi Tuhan Vivian sama sekali tidak tahu kenapa papa nya itu ada di sini? Di saat Vivian belum siap menceritakan semuanya kepada Keano? Dia memang ingin menemuinya, tapi bukan seperti ini. Tidak di depan Keano. Vivian masih ingin menyimpan masa lalunya lebih lama.
Gadis itu mencoba tenang. Meski dada nya membludak karena setelah 10 tahun, dirinya bisa melihat sang papa. Tapi Vivian harus melakukan ini. Berpura-pura tidak melihat, dan terus berjalan menarik Keano melewati papa nya yang seolah siap menyambutnya ke dalam pelukan. Lalu pria yang paruh baya itu berubah kebingungan saat melihat putrinya terlihat tak acuh. Seolah tidak mengenalinya. Apa Vivian melupakannya? Davis menggeleng. Mensugesti dirinya sendiri. Gadis itu tadi tampak tertegun saat melihatnya, kan? Dia tidak mungkin lupa.
Davis terlalu kalut. Dia bahkan baru menyadari bahwa pintu elevator yang dimasuki Vivian sudah tertutup. "Mungkin bisa dicoba lagi besok." Suara Arsen terdengar prihatin di belakangnya.
Kepala Davis mengangguk. "Ya, tidak akan secepat itu memaafkanku," katanya terus menatap lift yang membawa putrinya.
***
Suasana hening beberapa saat. Dua orang itu sama sekali tidak ada yang berniat membuka percakapan. Vivian berdiri diam sambil menggigiti kukunya sedangkan Keano terus memperhatikan, otaknya masih menelaah apa yang terjadi. Pria tua bersetelan mewah, Vivian yang memanggilnya papa, lalu pergi tanpa menghiraukan pria itu sama sekali.
Sebenarnya apa yang terjadi?! Dia benar-benar tidak tau apa-apa tentang Vivian. Selama mereka berhubungan beberapa bulan ini, Keano baru menyadari kalau gadis itu tidak pernah bercerita apapun tentang keluarganya. Dia juga langsung menjauh saat mamanya menelpon.
"Dia papa kamu?" Dari pada penasaran Keano memutuskan bertanya.
Vivian tampak tersentak sebelum menatapnya linglung. "Lupain aja."
"Kenapa?" Suara Keano terdengar lebih menuntut.
Dan Vivian langsung menggeleng tegas. "Belum saatnya kamu tau, Ken."
"Ya tapi kenapa? Aku sama sekali nggak tau apa-apa tentang kamu. Kenapa aku nggak berhak tau?"
"Aku akan cerita, tapi nggak sekarang. Aku belum siap."
"Kamu nggak percaya sama aku? Kamu masih meragukanku? IYA?!"
Vivian terlonjak dari tempatnya mendengar nada tinggi di akhir kalimat Keano. Matanya memerah, bibirnya bergetar tidak percaya. Lelaki itu ... Baru saja membentaknya, kan? Bukan cuma membentak, tapi juga memaksa.
Keano ikut kaget saat melihat respon tak biasa dari Vivian. Lelaki itu seolah baru saja tersadar. Matanya langsung melembut. Ingin meminta maaf namun pintu lift terbuka dan gadis itu langsung keluar begitu saja. Meninggalkan Keano dengan perasaan marah dan juga bersalah.
***
Umurnya 17 tahun waktu itu. Dirinya baru saja pulang sekolah dan masih mengenakan seragam. Mama dan papa tirinya sedang mengobrol hangat diruang tamu. Begitu juga dengan adiknya yang bermain di karpet sederhana itu.
Vivian melirik ke arah kamar Reya, adik nomor 1 yang masih duduk di bangku SMP.
Karena merasa semuanya aman terkendali, Vivian segera masuk ke kamarnya. Menyalakan laptop dan menstalk facebook papa nya untuk yang ke sekian kali. Papanya tampak bahagia dengan dua orang anak yang dia tidak tahu siapa namanya. Apalagi anak gadis papa yang sangat cantik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Lover's
Romance🍁Doctor Lover's🍁 Vivian bekerja di sebuah rumah sakit keluarga milik Bimasatya. Pada masa internshipnya, dia ada di bawah bimbingan langsung si putra kedua Bimasatya, Keano. Keduanya memiliki perasaan satu sama lain setelah beberapa hari bekerja...