***
Pukul tujuh malam.
Keano sampai di kediaman Beniko seorang diri. Dan benar saja, di sofa ruang tamu, si pria pemilik rumah langsung berhenti menjambak rambut istrinya begitu melihat Keano masuk.
"Oh, hai Bro." Dia berdiri. Menyambut Keano seolah mereka memang benar-benar teman lama yang lama tak bersua.
Mengetatkan rahang, Keano berusaha untuk tidak mengobrak-abrik tempat ini dan menemukan Vivian.
"Di mana lo sembunyiin dia?" geramnya dengan gigi mengatup rapat.
Suara benda jatuh menarik atensinya. Keano sudah akan meluncur begitu saja sebelum Beniko menahan kerah bajunya dan memberikan satu pukulan.
Keano tidak membalas. Yang dia pikirkan saat ini hanya satu: membawa Vivian dan Sasi pulang. Namun sepertinya Beniko tidak akan membiarkan rencananya berjalan mudah.
Kedua pria dewasa itu tidak berhenti saling memukul. Berusaha saling menghancurkan untuk menggagalkan rencana satu sama lain.
"Polisi udah menuju ke sini, tinggal matinya aja lo!" Keano menendang perut Beniko sampai terpental beberapa meter.
Beniko terbatuk-batuk di tempatnya. Sadar suaminya bisa dikalahkan, Teya segera bangkit menghampiri Keano dan bersembunyi di belakangnya.
Tanpa basa-basi, Keano melanjutkan langkah. Menuju kamar paling ujung tempat dia tadi mendengar sesuatu. Istri Beniko masih mengekor di belakangnya. Dan Keano tidak punya waktu untuk bertanya.
Pintu terkunci.
Sialan. Bahkan dirinya tidak memiliki persiapan untuk hal-hal seperti ini. Menunggu polisi hanya akan membuang waktunya dan membuat sang kekasih semakin terluka. Tidak ada pilihan selain mendobraknya dengan tangan kosong.
Keano menabrakkan tubuhnya beberapa kali, tapi tidak berhasil. Pintu itu terlalu kokoh untuk rumah yang tidak terlalu megah seperti ini.
"Lo butuh ini?" Teya bertanya ragu. Mengulurkan pistol yang sempat dia pungut dari lantai itu ke arah Keano.
Keano menerimanya. Ini satu-satunya jalan. Dia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Vivian di dalam sana.
Dalam sekali tembakkan pintu itu langsung terbuka. Pemandangan di belakangnya sanggup membuat seorang Keano merendahkan harga dirinya untuk menghajar seorang wanita. Dia benar-benar merasa bisa meremukkannya dalam sekali remasan.
"Lepasin dia!"
Wanita itu malah tersenyum menantang.
"Maksud lo dia? Nggak bakal! Gue bakal mampusin dia dulu sebelum gue lepasin."
Keano menggeram di tempatnya, hendak menyerang maju.
Beruntung, sebelum Keano melaksanakan niatnya, beberapa polisi sudah hadir dan langsung membawa wanita yang melukai kekasihnya itu pergi.
Keano berlari. Mengahampiri Vivian yang duduk tak sadarkan diri. Beberapa polisi ikut membantu melepas tali yang mengikat kedua tangan dan kakinya.
Wajah Vivian membiru. Kepalanya mengucurkan darah. Dengan hati-hati, dia segera mengangkat Vivian dan membawanya ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Lover's
Romance🍁Doctor Lover's🍁 Vivian bekerja di sebuah rumah sakit keluarga milik Bimasatya. Pada masa internshipnya, dia ada di bawah bimbingan langsung si putra kedua Bimasatya, Keano. Keduanya memiliki perasaan satu sama lain setelah beberapa hari bekerja...