Bab 34

223K 13.4K 113
                                    


***

Vivian sudah selesai dengan tangisnya. Gadis 27 tahun itu memilih untuk mandi sekali lagi agar tubuhnya lebih fresh, tidak kuyu seperti tadi.

Usai mandi, dia berjalan bersama Dovy membeli bubur untuk sarapan di ujung komplek. Kira-kira berjarak seratus meter dari Indekosnya berada.

"Tumben Neng Vivian yang kemari, basanya teh si Rima." Ni Galuh, wanita paruh baya si penjual bubur ayam bertanya.

Vivian duduk di bangku panjang terbuat dari kayu yang disediakan.

"Rima udah berangkat ke kantor, Ni. Vivi kebetulan lagi laper banget," katanya seraya mengamati Nini yang sedang menyiapkan buburnya. Perempuan itu memang akrab dipanggil 'Ni' yang berarti nenek, karena rambutnya yang sudah berwarna putih semua.

"Neng Vivi teh, kenapa jarang ke sini atuh? Sesekali beli bubur Nini. Hihihi." Wanita bertubuh gempal itu terkikik sambil memberikan semangkuk bubur kepadanya.

"Vivi masih agak repot Ni, di rumah sakit. Sarapan aja di sana," katanya sambil menyuapkan bubur ke dalam mulut.

Sedangkan Ni Galuh tertawa di depannya. "Wajar atuh, Neng. Eneng teh masih muda. Kerja lagi cape-cape nya." Ni Galuh bicara sembari memotong beberapa sayur, "Itu anjingnya nggak mau dikasih makan?"

"Nggak usah, Ni. Dia cuma doyan sereal atau es krim."

"Jangan terlalu dibiasakan makan es krim, nggak sehat. Anjing sebesar ini nggak macho lagi kalau sakit."

Vivian terkekeh.

Nini Galuh ini memang royal sekali.

Sepertinya Vivian harus sering-sering ke sini untuk mengobrol dengan Ni Galuh. Itu bisa membuat kesedihannya sedikit berkurang.

Wanita paruh baya berpipi tembam itu terus berceloteh dengan gaya sundanya yang terdengar lucu. Vivian sesekali menanggapi dan tak jarang juga tertawa. Patah hatinya benar-benar sudah tak terasa lagi.

***

Keano melempar tubuhnya begitu saja di atas kasur. Perasaanya benar-benar tak karuan.

Dirinya kecewa.

Bukan. Bukan kecewa karena masa lalu Vivian tentu saja. Melainkan karena gadis itu memilih untuk merahasiakannya. Cintanya tidak akan pudar begitu saja hanya karena status Vivian.

Tapi Keano tidak bisa menampik egonya yang tersentil. Seolah Vivian merasa bahwa perasaannya serendah itu. Apa gadis itu belum mengerti juga? Seandainya Vivian yatim-piatu dan tinggal dipanti asuhan pun, Keano tidak akan meninggalkannya.

Keano tidak terima perasaannya direndahkan. Dia merasa marah. Dan tadi pagi, karena tidak mau meluapkan amarahnya kepada Vivian, lebih baik menyuruhnya pergi.

Kini dia berada di kamarnya yang terletak di apartemen. Menatap langit-langit demi mencari solusi untuk mengatasi kekecewaannya. Perasaan yang dilandasi ego lelaki itu memang susah diredamkan.

Dia tentu saja tidak bisa menyalahkan Vivian. Gadis itu pernah melalui masa remaja yang mengerikan. Davis yang bercerita.

Vivian dikhianati pacar dan temannya sendiri. Wajar saat itu Vivian tidak berani langsung menerima Keano ketika menyatakan cinta. Gadis itu trauma. Tapi kenapa tidak bercerita saja? Meskipun tidak banyak membantu, setidaknya Keano tahu kejanggalan apa yang dirasakan kekasihnya. Di sini dia merasa benar-benar tidak berguna.

Dia terduduk. Kembali mencengkeram rambut lebatnya yang sudah acak-acakkan. Dia tidak bisa menuruti kata Davis untuk tidak marah. Dia merasa kecewa dengan Vivian yang tidak mau berterus terang.

"Jadi ini, alasan dia nggak mau nikah sama gue?" bibir Keano tersenyum sinis.

Suara ketukkan pintu menyadarkanya. Kara masuk dengan membawa nampan berisi susu dan sup hangat. Dia khawatir dengan keadaan kakaknya yang berantakkan sejak pulang dari rumah sakit pagi tadi.

"Makan, Kak. Aku sama sekali belum lihat Kakak makan seharian ini."

Kakaknya bergeming. Membuat gadis berkuncir kuda itu menghela napas kesal.

"Apapun yang terjadi di antara kamu dan Vivi. Nggak akan selesai dengan mogok makan!"

Akhirnya sang Kakak menoleh, "Tau dari mana kamu, Kakak lagi ada masalah sama Vivi?"

"Hanya Vivi yang sanggup membuat Kak Ken begini. Nah, lebih baik Kak Ken makan. Aku udah bersusah payah menyiapkan sup untuk Kakak."

Keano menyerah. Meraih mangkuk itu dan berniat memakanya. Perutnya tidak bisa berbohong ternyata. "Kamu harus bersihkan dapur yang hancur, Kara."

Untuk ukuran gadis yang jarang masak dan pemalas seperti Kara, sup nya terasa enak. Setidaknya mampu mengenyangkan perut dan tidak susah ditelan.

"Itu aku serahkan ke Kakak. Aku harus pergi sekarang. Bye!" katanya dan langsung beranjak setelah mengecup pipi Keano.

Sang Kakak berdecih, "Dasar!"

***

"Kamu udah ketemu Papa kamu?" Suara di seberang sana tampak gusar.

"Belum, Ma. Papa nggak boleh tau kalau Sofi di sini. Pokoknya Mama tenang aja, Sofi bakal bawa Papa pulang," kata gadis cantik yang sedang menghela napas kuat-kuat. "Sofi ada pelajaran buat adik tercinta."

Terdengar suara menghela napas, "Mama serahkan sama kamu, Sof. Tapi tolong, jangan bahayakan diri kamu sendiri. Janji?"

"Hm, Sofi janji."

Cih!

Memang apa untungnya untuk Papa menemui para benalu itu? Bukankah Papa sudah bahagia beberapa tahun belakangan tanpa memikirkan jalang dan anak haramnya itu?

Laki-laki memang tidak pernah puas dengan apa yang dia miliki. Sofia muak. Dia benar-benar kehilangan kesabaran menghadapi sang Papa.

Papanya tidak tahu sehancur apa Mamanya saat tahu dia berselingkuh. Saat itu Mama hanya menangis diam-diam. Seolah tidak tahu perbuatan keji apa yang telah suaminya lakukan.

Namun tidak cukup di situ, disaat mereka sedang dalam nuansa bahagia karena kelulusan Galen, Papanya malah membuat pernyataan mengejutkan di tengah meja makan. Membuat sang Mama, yang habis kesabaran mengamuk habis-habisan.

Namun sebenci-bencinya dia kepada Papa, dia lebih membenci jalang dan anak haram itu sampai mendarah daging. Dia bisa memaafkan sang Papa karena merasa masih membutuhkannya, namun tidak untuk kedua benalu yang telah menghancurkan keluarganya.

Selama ini dia memilih diam. Tapi tidak untuk kali ini, setelah dia merebut Papa lagi.

"Lo nggak tau, hal apa aja yang bisa gue lakukan untuk membunuh elo." Dia menggumam di dalam keremangan kamarnya. Bibirnya mengukir seringaian lebar, syarat akan kepuasan.

***

Mohon bantuan vote dan komennya 🙏💜

7122018

Doctor Lover'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang