***Paginya Vivian sudah kembali bekerja diantar Rima. Dikarenakan keduanya bekerja, Sasi mereka titipkan ke Tante Susi, dan beruntung nya lagi ibu-ibu bertubuh gempal yang terkesan galak itu sama sekali tidak keberatan.
"Jadi si Sasi itu pernah sakit?" tanya Rima, fokusnya masih pada kemudi.
"Iya. Udah operasi beberapa bulan lalu."
Rima mengangguk-angguk. "Jadi makannya nggak boleh sembarangan dong?"
"Harus yang higieneis dan kurangin junkfood. Kemarin gue nggak sengaja biarin Keano pesen McD." Vivian meringis menyadari kesalahannya.
"Sekali-kali nggak apa-apa kali, ah. Oh ya btw, kemarin Tante nelpon gue."
Dahi Vivian mengernyit, "Nelpon elo? Ngapain?"
Rima mengangkat bahu, "Biasa. Dia minta detail keseharian lo saat di sini. Gue udah cerita tentang Keano juga. Mungkin bentar lagi nyokap lo nelpon dan nanyain. Dan ... Gue keceplosan ngomongin om Davis." Gadis dengan pakaian kantornya itu berkata santai. Seolah tidak menyadari sahabatnya yang mendadak pucat pasi dan mendadak kaku.
"Lo ... Lo cerita soal Papa?"
"Gimana lagi, Vi? Lo tau mulut gue sebelas dua belas sama lambe nyinyir."
"Apa kata Mama?"
"Diem aja. Mungkin entar dia marahnya sama elo."
Vivian benar-benar merasa jengkel dengan sikap Rima yang seenaknya. Padahal dia yang membocorkan tentang keberadaan sang Papa, tapi sikapnya yang terlalu santai membuat Vivian meradang. Seandainya dia tidak ingat kalau gadis di sampingnya ini telah banyak membantunya, bisa dipastikan wajah Rima kini tak akan semulus itu lagi.
"Keren banget lo, sumpah!" Vivian tertawa sarkas. Tangannya bertepuk tangan kecil dan memandang Rima tidak percaya.
"Kenapa? Lama-lama, Tante Rasia juga bakal tau."
"Ya tapi nggak secepet ini, Rimaaaa!" Dirinya benar-benar dibuat gemas. Sungguh, isi kepala sahabatnya yang satu itu begitu sulit untuk ditebak.
Dan Vivian kesal karenanya.
"Udah nyampe, Non. Buruan turun sono!"
Vivian menatap Rima galak. Dia nggak berniat minta maaf sama sekali apa?! Dasar!
"Eh, itu anak sma yang nyariin lo waktu itu, ya? Siapa namanya? Raja?" tanya Rima setelah Vivian berniat membuka pintu. Matanya mengikuti isyarat Rima.
Dan benar, Raja duduk di atas motornya sambil mendekap helm. Pandangannya fokus kepada ponsel.
Vivian mengangkat bahu tidak peduli. "Mau konsul, paling."
Setelah menutup pintu mobil dengan lumayan keras, bukti kekesalannya kepada Rima, Vivian melanjutkan langkah. Sama sekali tidak berniat menyapa Raja yang jelas-jelas dilewatinya.
Tapi sepertinya mantan pasiennya itu menyadari keberadaannya, dan langsung memanggil namanya saat itu juga.
"Dokter ada waktu?" tanyanya saat sudah berdiri di hadapan Vivian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Lover's
Romance🍁Doctor Lover's🍁 Vivian bekerja di sebuah rumah sakit keluarga milik Bimasatya. Pada masa internshipnya, dia ada di bawah bimbingan langsung si putra kedua Bimasatya, Keano. Keduanya memiliki perasaan satu sama lain setelah beberapa hari bekerja...