Bab 40

244K 13.8K 227
                                    


***

Hari beranjak sore. Di sebuah gedung di lantai 4, Vivian masih berdiri di sana dengan sesekali meringis. Pasalnya, pria yang dianggap kekasihnya itu tak kunjung mau berbicara sejak makan siang tadi.

Entah apa yang dirasakan Keano saat menemukan dirinya semeja dengan Raja. Tapi Vivian berhak membela diri. Dia pikir Raja menemuinya karena ada beberapa keluhan tentang penyakit yang pernah diderita remaja itu. Siapa yang tahu kalau Raja tiba-tiba menyatakan perasaan konyol.

"Ken~" Vivian memanggil sekali lagi. Tidak ada sahutan. Keano tetap bergeming sambil bersidekap di depan kaca.

Muak dengan kebisuan pria itu, Vivian berdiri dari ranjang. Menghentakkan kaki kesal sambil mengerucutkan bibir. Menghampiri Keano.

"Ngambeknya jangan kelamaan! Aku udah tolak Raja ya tadi, di depan kamu. Masa masih marah juga?" Vivian ikut bersidekap. Lalu mendengus kesal. "Lagian, Raja tuh masih bocah. Masih labil. Nggak mungkin perasaannya serius. Kamu jangan baperan gini, deh."

"Jadi kalau perasaannya serius, kamu terima?"

Mata Vivian melotot seketika. Pria ini benar-benar ...!

"Aku udah tolak dia. Serius atau nggak serius. Dan itu di depan kamu!" balasnya tajam.

Seenaknya saja lelaki itu menilai perasaannya. Memangnya dia perempuan murahan yang langsung menerima pria manapun yang menyatakan cinta apa? Lagipula, Keano kan tadi melihat sendiri dia menolak Raja dengan alasan berhubungan dengan Keano. Dan dengan ajaibnya, pria itu masih marah!

Oke, lupakan! Memangnya Vivian tidak bisa balas ngambek sekarang? Dengan tergesa dia mengambil tas selempangnya yang tergeletak di atas kasur.

Keano yang sejak tadi diam saja, menatapnya keheranan sebelum sadar bahwa kekasihnya itu ingin pergi. Dia segera menahan langkah, menarik tangan Vivian saat gadis itu hendak keluar dari pintu.

"Mau ke mana?" Keano bertanya gusar.

Vivian memutar bola mata, jengah. "Mau pulang. Aku dicuekkin di sini."

Genggaman Keano masih erat. Lelaki 30 tahun itu menghela napas sebelum menatap Vivian lagi. "Kenapa kamu nggak bilang mau makan siang sama Raja?"

Tatapan marah Vivian melunak. Sepertinya dia harus mengontrol emosi dan sedikit menghilangkan gengsi untuk minta maaf.

"Aku kira dia mau bicara pribadi tentang sakitnya, Ken. Siapa yang tahu Raja mau ngomong begitu?" Bahu Vivian mengedik.

"Besok kalau dia ngajak ngomong lagi,  kamu kasih tau aku." Nada bicaranya masih terdengar ketus.

Vivian menghela napas sekali lagi. Sebelum meraih pundak Keano untuk dirinya peluk. Sedikit mengulum senyum saat tubuh itu menegang seketika. Pasti Keano tidak menyangka reaksi Vivian yang seperti ini.

"Kamu ngambeknya nggak tau situasi. Aku kan, kangen."

Bisikan mendayu itu mau tak mau membuat kedua tangan Keano bergerak untuk balas mendekap. Wangi issey miyake memabukkan itu memenuhi indera penciumannya seketika. Membuat seorang Keano Bimasatya kembali merasakan debaran jantung yang seolah memberontak keluar. Sedikit menyakitkan, tapi juga menyenangkan.

Doctor Lover'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang