***
Keano mengamati Rasya yang sudah terlelap di atas ranjangnya. Setelah beberapa jam kelelahan menangis akhirnya perempuan itu tertidur juga.
Dengan kondisi mental yang sudah separah ini, seharusnya Rasya dibawa ke psikiater saja. Keano sedikit iba karena kedua orang tua Rasya memutuskan tinggal di Berlin untuk menghabiskan masa tuanya. Membuat Rasya harus bersusah payah mengurus keperluan hidupnya bersama Sasi.
Dari awal kedua orangtua Rasya memang tidak pernah menyetujui pernikahan perempuan itu dengan Beniko, mantan suaminya. Sehingga Kakek dan Nenek Sasi pun memilih tidak peduli dengan rumah tangga anaknya dan memilih hidup bahagia di Berlin.
Jadi di sini, hanya dialah satu-satunya orang yang bisa Rasya mintai bantuan. Keano sudah bersama Rasya sekian lama, dia merupakan satu dari sedikit orang yang menyaksikan suka duka di sejarah hidup sahabatnya itu.
Dia mengenal Rasya saat perempuan itu masih berumur 13 tahun. Saat SMP, dan dia langsung jatuh cinta untuk pertama kalinya. Dia akhirnya berani menyatakan perasaanya saat dirinya berumur 18. Disaat Rasya merayakan sweet seventeen nya. Mereka berhubungan 5 tahun lamanya sebelum Rasya memutuskan untuk menikah dengan Beniko, pria yang dua tahun lebih tua darinya.
Keano patah hati tentu saja. Itu yang membuatnya betah sendiri dua tahun lamanya sebelum dirinya juga menikah dengan Ella. Sedikit demi sedikit, dia mulai bisa melupakan Rasya karena terlalu fokus untuk penyembuhan sang istri.
Dan di saat Sasi menginjak umur 2 tahun, Rasya mulai mengeluh kalau sifat suaminya mulai berubah. Menjadi kasar dan ringan tangan. Dan yang membuat Rasya mulai trauma atau bahkan depresi seperti sekarang adalah, Beniko yang selalu ingin membawa kabur Sasi dan menjauhkan Rasya dari sang anak. Untung saja rencananya itu tidak pernah berhasil karena perebutan hak asuh dimenangkan oleh Rasya.
Dan entah apa yang membuat pria itu akhirnya berani menelpon lagi. Keano masih belum mengerti.
Getaran ponsel di dalam saku menyadarkannya dari lamunan. Nama 'Vivian' tertera jelas disana. Membuat perasaanya membuncah rindu dan sedikit kecewa.
"Halo,"
"Ken, bisa ketemu sekarang?"
Bahkan di saat seperti inipun dia tetap berdebar mendengar suara gadisnya.
"Nggak bisa. Aku masih di apartemen Rasya."
Suara kesiapan terdengar di seberang sana.
"Oh, oke. Lain kali aja kalau gitu."
Lalu sambungan terputus. Keano menatap layar ponselnya hampa. Dia harus menahan perasaannya. Keano tidak ingin Vivian menyepelekan cintanya seperti itu. Meski harus menyiksa perasaannya sendiri.
"Om Ken," Suara Sasi memanggilnya. Keano menoleh. Melihat Sasi yang sudah berada diambang pintu.
"Mama udah tidur?" Wajahnya tembamnya terlihat ragu, untuk memutuskan masuk atau tetap berdiri di ambang pintu saja.
"Mama kamu udah tidur. Sasi mau peluk?"
Balita itu mengangguk dan akhirnya berjalan menuju ranjang. Tubuh gempalnya naik dan memeluk sang mama dari kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Lover's
Romance🍁Doctor Lover's🍁 Vivian bekerja di sebuah rumah sakit keluarga milik Bimasatya. Pada masa internshipnya, dia ada di bawah bimbingan langsung si putra kedua Bimasatya, Keano. Keduanya memiliki perasaan satu sama lain setelah beberapa hari bekerja...