***Vivian sampai di rumah sekitar pukul delapan malam. Dovy langsung menyambut saat dirinya membuka pintu. Anjing besar berwarna coklat itu terus menjulurkan lidahnya, minta diperhatikan.
Dia tersentak saat tubuh Dovy terangkat tiba-tiba. Keano menggendongnya dan sesekali mengusap kepalanya.
"Kayaknya dia kangen banget, Vi," katanya setelah duduk di sofa sambil mengelusi leher Dovy. Anjing ber ras bulldog itu tampak nyaman.
Vivian yang mengambil minuman di kulkas mengangguk setuju. "Beberapa hari belakangan, aku jarang main sama dia."
Gadis itu berjalan mendekati Keano yang duduk sambil memangku binatang peliharaannya. Lalu meletakkan minuman dingin di atas meja. Tepat saat itu, pintu kamar yang paling ujung terbuka. Menampilkan sosok Rima yang acak-acakkan.
"Baru pulang lo?" Rima menggaruk rambutnya sambil menguap lebar. Gadis yang mengenakan tank top hitam itu menyandar di kusen pintu.
"Iya," Vivian meringis. Malu sendiri dengan penampilan sahabatnya yang awut-awutan. "Sasi udah tidur?"
"Udah. Di dalem kamar lo. Gue lanjut tidur ya." Rima kembali menutup pintu.
Vivian menjatuhkan tubuhnya disamping Keano. Refleks, Dovy ikut lompat ke pelukannya.
"Kamu ... Bener-bener kayak ibunya." Keano yang dari tadi memperhatikan berkomentar. Matanya tak lepas dari kepala Dovy yang sejak tadi ngusel-ngusel leher Vivian.
"Hm," Vivian mengangguk setuju. "Aku udah nganggap Dovy anak aku sendiri."
Lengan Keano yang sejak tadi melintang di sandaran sofa segera meraup tubuhnya agar lebih mendekat. Memberikan kecupan ringan. Dengan tangannya yang lain pria itu megelus leher Dovy.
"Dan aku ayahnya, remember?" katanya setelah menopang dagu di pucuk kepala Vivian.
"Kita lagi main rumah-rumahan, ya?"
"No. Ini akan segera terjadi."
***
"Vivian Anggika Davis, lahir 23 desember 27 tahun lalu-" Kepala Beniko meneleng kekiri. Bibirnya tersenyum menyirat kepuasan. "Jadi dia kerja di BSH juga?"
Beniko melirik istrinya yang daritadi berdiri kaku. Dia sama sekali tidak membiarkan Teya untuk duduk.
"Bener kan, dia Vivian teman SMA lo?" Beniko menunjukkan selembar foto.
Teya segera mengangguk. Tidak ingin menyulut amarah suaminya yang seperti monster. Dirinya lelah dijadikan samsak tinju setiap hari.
"Apa yang lo tau tentang dia?"
"Dia anak haramnya Irawan Davis. Cuma itu yang aku tau-" Teya memekik saat Beniko tiba-tiba saja memukul meja dengan keras. Apa yang salah?
"Kalau itu gue juga udah tau, goblok! Dasar nggak berguna!" Dia menjambak dan menghempaskan rambut Teya sekali lagi. "Kenapa juga gue harus mau kehilangan segalanya cuma demi Jalang kayak elo?!"
Beniko mulai emosi. Teya tahu itu. Setiap Beniko mengingat keluarga -anak-istrinya dulu, pria itu selalu saja marah. Dan semua Beniko luapkan kepada Teya. Beniko selalu menganggap dirinyalah penyebab kehancurannya selama ini. Seolah pria itu tidak berkaca, seandainya dia tidak tergoda, mungkin saja dia masih menikmati kekayaanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Lover's
Romance🍁Doctor Lover's🍁 Vivian bekerja di sebuah rumah sakit keluarga milik Bimasatya. Pada masa internshipnya, dia ada di bawah bimbingan langsung si putra kedua Bimasatya, Keano. Keduanya memiliki perasaan satu sama lain setelah beberapa hari bekerja...