Part 33 - Are you okay?

1.1K 76 0
                                    

"Aku hanya ingin menjagamu. Tapi jika kau terluka setelah ku mengucapkannya, itu berarti Tuhan belum sepenuhnya mempercayaiku"

-----------------------------------------------------------

Srek!

Nisa menyipitkan matanya ketika ada seseorang yang tiba-tiba membuka tenda kesehatan hingga membuat senja sore hari ini berhasil memenuhi ruangan bau disinsektifikan tersebut.

Gadis itu memandang seseorang yang masih berdiri di pintu tenda dengan wajah menunduk. Namun dari seragamnya, Nisa tahu bahwa dia adalah anak SMP kelas tujuh yang juga termasuk peserta perkemahan akbar kali ini.

"Maaf, ada perlu apa ya?" Nisa mulai membuka suaranya.

Matanya masih menatap anak itu dengan tatapan penuh tanda tanya. Anak lelaki itu sedari tadi hanya berdiri dan menunduk, seolah tengah ketakutan akan sesuatu.

"Kemarilah duduk! Ada apa?" kalimat Nisa mulai melembut, ia tak ingin anak ini mengira bahwa dirinya sedang menginterogasi anak di bawah umur.

Namun, nihil! Nisa tak menerima jawaban apapun dari anak lelaki ini.

"Nama kamu siapa?" Nisa menatap anak tersebut dalam, tapi yang ditatap masih saja menundukkan kepalanya meskipun sudah duduk berhadapan dengan Nisa dengan meja sebagai penghalang diantara mereka.

"Andika Arka Agasa," jawabnya lirih, namun Nisa berhasil menangkap suara tersebut.

"Wahh.. namanya mirip profesornya Edogawa Conan, ya!" katanya semangat, berharap Andika bisa menanggapi candaannya.

Namun, anak lelaki itu masih saja menunduk.

Perlahan, tangan kanannya naik ke atas meja sembari meletakkan sebotol mineral yang diberi tanda hati di depannya.

"Em.. anu.. kak.. semoga cepat sembuh!" katanya cepat. Andika langsung beranjak dan berlari keluar tenda.

Suara Nisa yang memanggilnya membuat langkahnya terhenti di pintu tenda dengan tubuh yang tetap menghadap ke arah depan. Matanya sudah memanas dan keringatnya sudah mengucur di pelipis lelaki itu.

"Makasih," begitulah Nisa mengungkapkan dengan rasa tulus yang bisa dirasakan oleh Andika.

Dengan cepat, lelaki itu langsung melanjutkan langkahnya. Jika saja Nisa bisa melihat wajahnya, maka ia akan tahu betapa gusarnya lelaki ini dari tadi. Sebelum, saat, bahkan sesudah berhasil bertemu dengan Nisa.

Sedangkan gadis yang diberi mineral tadi hanya tersenyum dan menggeleng, tak menyangka bahwa seseorang bisa segugup itu saat bertemu dengannya.

Ditatapnya mineral yang baru saja ia dapatkan dari Andika, perlahan tapi pasti ia membuka tutup botol mineral tersebut. Diteguknya setengah botol hingga dahaganya mulai berkurang.

Srek!

Kini, seseorang yang sangat Nisa kenal masuk ke dalam tenda kesehatan. Senyumannya membuat hatinya kembali menghangat, matanya yang teduh membuat perasaannya kembali membaik.

"Baga---"

BRUK!

Nisa ambruk ke bawah meja jaga, samar-samar ia melihat langkah cepat dan mendekat seseorang.

Scout in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang