44 - Learn To Be Willing

1K 64 0
                                    

Terkadang kita nggak boleh egois kalau menyangkut perasaan. Karena menurut gue, perasaan itu nggak akan pernah bisa dipaksakan. Mereka akan datang dan pergi saat waktunya udah tiba

-----------------------------------------------------------

"Ayo, Shell! Tangkap gue!" Nisa benar-benar bertingkah di luar dugaan. Sudah lama sekali gadis ini tidak pergi ke pantai seperti ini.

Shellina, gadis itu keadaannya sudah semakin membaik ditambah dengan rasa lega yang menjalar di hatinya. Satu fakta yang ia tahu, gadis yang selama ini ia anggap ratu onar, ternyata memiliki sisi yang paling hangat setelah ibunya. Ia tersenyum mengingat fakta penting tersebut.

"Awas Lo ya! Sebulan ngilang, gue yang jadi sasaran Bu Indri sama Pak Tito! Dasar!" Shellina berlari mengejar Nisa ditemani dengan ombak yang sesekali menerjang kakinya. Sungguh, ia juga merasa sangat tenang disini.

"Hahaha, Lo tahu 'kan gue nggak suka berurusan sama guru?!" teriak Nisa yang masih berusaha berlari menjauhi Shellina.

"Tapi itu hal baik, dodol!!" Shellina masih berusaha berlari, benaknya sangat menikmati suasana ini.

"Tetap aja gue---"

BUK!

Karena berlari kecil-kecil dengan posisi mundur, Nisa menabrak seseorang dengan punggungnya.

Mati gue!

Perlahan gadis itu berbalik untuk mengetahui siapa korbannya kali ini. Namun sedetik kemudian, lidahnya tercekat melihat seseorang yang sangat tidak asing baginya.

"Bag---"

Dengan satu tarikan, Bagas langsung mendekap Nisa dalam kungkungannya. Lelaki ini benar-benar mengkhawatirkan Nisa, bagaimana gadis berusia 17 tahun itu melakukan hal ekstrim itu sendirian?

Nisa yang masih kaget pun masih berusaha mencerna, apa benar Bagas sudah berada di depannya saat ini?

Namun merasa ada yang mengecup puncak kepalanya, ia sangat yakin bahwa ini memang benar-benar Bagas, sosok penghangat jiwanya.

Perlahan, Nisa membalas pelukan itu dengan melingkarkan kedua tangannya di tubuh lelaki itu. Mendapat balasan itu, Bagas semakin mempererat pelukannya, sungguh, jika bisa, ia tak mau melepas pelukannya ini. Ia ingin selalu mendekap gadis ini di setiap keadaan yang dihadapi oleh Nisa.

Nisa berusaha melepas pelukan itu, namun nihil. Dirinya masih saja terperangkap di zona nyamannya.

"Tunggu sebentar lagi, Nis!" satu kalimat yang membuat Nisa kembali memeluk lelaki ini. Kali ini, Nisa menepuk punggung kekar di depannya.

"Aigooo, seorang pradana Nusa Bangsa bisa selemah ini gara-gara ratu onar!" celetukan Nisa membuat Bagas melepas pelukannya.

"Udah gue bilang, gue bakalan jagain Lo! Tapi kenapa Lo ngambil keputusan selalu sepihak gini sih? Lo bisa minta tolong ke gue! Lo nggak tahu seberapa khawatirnya gue 'kan? Kenapa Lo selalu keras kepala sih Nisa?!" lelaki ini memegang kedua pundak Nisa dengan tangan yang gemetar.

Bagas benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi betapa keras kepalanya gadis ini.

Nisa mengambil kedua tangan Bagas di bahunya untuk ia genggam.

Hangat!

Jemari kecil itu berusaha menangkup kedua tangan besar itu, ia mendongak menatap Bagas yang lebih tinggi beberapa sentimeter darinya.

"Gue nggak papa, Gas! Gue nggak mau ngrepotin Lo atau---" Bagas melepas genggaman itu dan menangkup kedua pipi Nisa gemas.

"Jangan pernah ada kata repot di antara kita, Nisa!"

Scout in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang