Part 34 - Precious Memories for Them

1.2K 70 0
                                    

"Menyembunyikan kebusukan hanya akan membuatmu dihantui oleh baunya hingga kau akan gusar sendiri karenanya"

-----------------------------------------------------------

"Bodoh! Saya kecewa sama kamu! Sudah dua kali kamu tidak bisa membawa nama baik keluarga Wirajaya. Saya tidak mau tahu. Kalau kali ini kamu pulang tidak membawa apapun, saya pastikan namamu akan hilang dari keluarga ini. Camkan itu!" ucap seseorang di seberang telepon.

Si penerima panggilan itu pun langsung menggeram, antara kesal, marah, dan menyesal. Namun, egonya kali ini masih menguasainya.

Ia ingin diakui sebagai anak dari seorang Wirajaya setelah sekian lama ia mencari ayah kandungnya. Dia ingin mengambil hak yang selama ini tidak ia dapatkan.

"Asssssshhhh.. sialan! Semua ini gara-gara anak dari SMA Nusa Bangsa!" geram Teguh sembari melempar kerikil yang sedari tadi ia putar di genggamannya.

Teguh melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ia harus segera kembali ke bumper untuk menjaga image sebagai seorang ketua panitia.

Tetapi sebelum itu, ia mengusap wajahnya dan merapikan seragamnya serta menyalakan senternya. Alasan yang ia siapkan selalu membuat semua orang percaya, tanpa mencurigainya.

"Sa, gimana keadaan Nisa tadi?" Teguh mendekati Nelsa yang masih sibuk dengan urusan presensi peserta. Nelsa yang terkejut pun tanpa sadar mengumpat.

"Eh, ulat bulu!" begitulah spontanitas dari seorang Nelsa. Ia berucap demikian karena binatang yang paling ia takuti adalah ulat bulu.

Rahang Teguh mengeras mendengar umpatan tersebut. Ia tak mengerti mengapa Nelsa menyebutnya ulat bulu.

"Maksud kamu apa?" tanya teguh dengan nada yang naik satu oktaf.

"Habis Lo dateng nggak ngasih aba-aba maen tanya aja. Gue 'kan kaget, makanya gue nggak sengaja ngumpat tadi," jujur Nelsa.

Namun tiba-tiba Teguh langsung mencekal lengan Nelsa kasar. Ia bahkan memelototi Nelsa dengan senyum seringaian yang bisa dibilang---menyeramkan?

Nelsa berkali-kali berusaha melepaskan cekalan lelaki itu tetapi tenaganya yang telah terkuras hari ini membuat cekalan itu tak kunjung lepas dari lengan kanannya.

"Kalo gue denger Lo ngumpat kayak gitu di depan gue, bakal ada perhitungan buat Lo!" ancam Teguh yang langsung membuat Nelsa melotot.

Yap! Nelsa berhasil melepaskan cekalan itu dari lengannya. Ia menatap Teguh sengit.

"Masih mending ya, gue cuma ngumpat ulat bulu. Kenapa Lo nggak marah waktu yang lain ngumpat anjing, babi, dkk? Lo ada dendam sama gue?" tanya Nelsa berani.

Ia belum tahu kalau yang ada di hadapannya ini adalah orang aneh.

"Ck! Lo susah dibilangin ya?" kini Teguh ingin mencekik leher Nelsa.

Namun, suara Beni mengagetkannya dan membuat Teguh tersenyum munafik di depan Nelsa.

"Eh, Nelsa. Udah selesai belum? Buruan! Udah jam segini, harus segera bikin laporan!" Beni yang melihat kedua orang di depannya ini pun mengernyit.

Ia melihat Teguh yang tersenyum ramah ke arah Nelsa, dan Nelsa yang menatap tajam Teguh.

Ada apa ini?

"Teguh? Ngapain Lo kesini? Udahan patrolinya?" tanya Beni basa-basi.

Memang tadi ia sempat berpapasan dengan Teguh yang membawa senter dengan wajah yang sedikit kusut. Lelaki itu beralasan bahwa dirinya sedang berpatroli.

Scout in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang