50 - What's Wrong With You?

1K 71 8
                                    

Seorang lelaki dengan seragam OSIS lengkapnya mondar mandir di depan pintu aula yang akan digunakan untuk pameran lukisan. Pasalnya, hanya lukisan Nisa yang belum ada pemiliknya.

"Lo kenapa?" Bagas yang heran pun akhirnya bertanya.

"Nisa nggak bisa dihubungi, padahal lima belas menit lagi acaranya akan dimulai!" ungkap Galih tidak tenang.

Bagas melihat lukisan yang ada di belakang Galih. Benar, itu adalah lukisan Nisa yang selalu dikerjakan bersama dirinya.

"Cuma perlu menjelaskan makna lukisan itu 'kan?" Bagas bertanya lagi.

Galih mengangguk membenarkan. Tangan kanannya memegang ponsel yang masih berusaha menghubungi mantan ratu onar tersebut.

"Kalau Nisa belum datang, nanti gue yang bakal jelasin makna lukisan ini," ujar Bagas tenang.

Galih menyorot Bagas dengan tatapan tidak percaya. Perasaan, lelaki ini tidak pernah sekali pun bagus untuk urusan gambar menggambar.

"Percaya aja. Gue tahu kok!" Bagas berusaha meyakinkan kakak tirinya itu.

Meskipun sebenenarnya sangat berat untuk mempercayai pradana Nusa Bangsa ini, namun mau tak mau Galih mengangguk menyetujuinya.

Bagas mengingat kalimat Nisa kemarin. Gadis itu pulang ingin menyelesaikan masalah. Tapi, apakah Nisa malah kena masalah lebih banyak lagi?

Bagas gusar sendiri memikirkannya. Apa yang dikatakan Galih memang benar, nomor Nisa tidak aktif sedari kemarin malam.

Tuhan, jaga kekasihku..

-----

Acara sudah setengah berjalan, namun gadis itu belum juga terlihat. Bagas sudah selesai mempresentasikan lukisan-lukisan Nisa berdasarkan maknanya.

Untung saja Pak Tito mengijinkannya, meskipun tetap mencantumkan pelukis aslinya.

Memang banyak yang bertanya tentang keberadaan Nisa. Namun, Bagas dan Galih hanya bisa angkat bahu. Mereka benar-benar tidak tahu.

Brak!

Suara terdengar dari pintu masuk aula tersebut. Bagas langsung menatap ke arah gadis yang nafasnya terengah-engah. Sangat terlihat jika Nisa baru saja berlari menuju aula tersebut.

Bagas berlari menghampiri Nisa, tidak mempedulikan panggilan-panggilan dari beberapa orang yang tertarik pada lima lukisan itu. Nyatanya, Bagas berlari menghampiri pemilik tangan ajaib yang sudah menciptakan berbagai coretan indah di atas kanvas tersebut.

"Bagas, gue telat banget ya?" tanya Nisa panik.

Bagas menatap Nisa dari atas ke bawah. Seragam yang dipakai gadis ini terlihat berantakan. Kantung matanya jelas terlihat, tali sepatunya terlepas, dan bibirnya pucat.

Bukan! Nisa tidak kembali pada gelar ratu onar seperti dulu. Lalu apa?

"Lo kenapa?"

"Bagas, gue telat 'kan?" Nisa masih kukuh pada pertanyaan pertamanya.

Bagas menarik Nisa untuk menjauh dari aula tersebut. Dia menangkup kedua pipi Nisa dengan penuh kekhawatiran yang jelas terpantri di wajahnya.

"Kenapa nomor Lo nggak aktif?" tanya Bagas pelan.

"Bagas, Pak Tito marah nggak sama gue?" Nisa masih tidak mempedulikan pertanyaan-pertanyaan Bagas.

Scout in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang