Part 37 - Thank You!

1.1K 58 0
                                    

"Kebahagiaan seseorang itu tidak perlu mencari yang mewah ataupun melimpah. Sederhana saja! Sesederhana hidup dengan kebaikan dan kedamaian hati"

-----------------------------------------------------------

Drrttt.. Drrttt..

Ponsel Nisa bergertar ketika ia sedang makan malam di rumah makan yang ada di sekitar apartemen tempat ia bermalam sebelum dan sesudah perkemahan akbar kemarin.

Dibukanya ponsel tersebut dan memang benar ada pesan masuk.

"Siapa?" tanya Bagas yang masih melahap makanannya.

"Teguh," jawab Nisa santai. Ia tak lagi takut dengan orang itu lagi. Namun sepertinya tidak dengan Bagas.

"Kenapa dia?" tanya Bagas dengan nada pertanyaan penuh selidik.

"Dia pengen ketemu gue bentar." Nisa menyeruput kopi susunya dan kemudian beranjak untuk menemui Teguh. Tetapi Bagas mencekal tangannya.

"Gue masih belum sepenuhnya percaya sama dia," jujur Bagas. Ia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada gadis ini. Nisa pun tersenyum sambil melepaskan cekalan itu.

"Gue percaya sama dia, tapi bukan berarti gue nggak was-was. Gue bisa jaga diri kok, Gas!" tatapan Nisa berusaha meyakinkan Bagas. Dan berhasil, cekalan itu akhirnya dilepas oleh Bagas.

"Pulang ke apartemen kurang dari jam delapan. Jangan malam-malam!" nada bicara Bagas kini memerintah. Nisa mendengus.

"Nyebelin banget sih Lo! Bukan bokap gue juga!" Nisa--- si ratu onar pun kembali dengan sifatnya yang menyebalkan.

Nisa pun melenggang pergi dengan menahan tawa melihat ekspresi Bagas yang secepat kilat berubah menjadi kesal. Menurut gadis ini, melihat ekspresi langka dari seorang Bagas Yovitio adalah pemandangan paling menggelikan seumur hidupnya.

Nisa berjalan menuju apartemennya, besok pagi dia akan pulang ke kota Magelang bersama dengan Bagas, tentunya. Dan malam ini Teguh mengajaknya bertemu di taman yang letaknya tidak jauh dari apartemen mereka.

Nisa celingak-celinguk mencari sosok Teguh yang katanya sudah sampai terlebih dahulu.

Jangan-jangan dia nipu gue lagi!

"Nisa?!" suara yang tak asing lagi bagi Nisa. Gadis ini berbalik dan mendapati Teguh yang duduk di bangku taman dekat pohon.

Pantas saja nggak keliatan! Huffff!

"Lo itu punya badan gede juga masih nggak keliatan aja!" ucap Nisa jengkel. Pasalnya, Nisa sudah tiba sekitar 15 menit yang lalu.

"Mata Lo aja yang agak buram!" Teguh menonyol jidat Nisa hingga gadis ini meringis. Namun sedetik kemudian, tangan Teguh mengusap puncak kepala Nisa sambil terkekeh.

Kesan yang pertama Nisa dapatkan adalah----

Teguh sudah tidak menjadi psikopat seperti beberapa hari yang lalu. Dia, berubah? Bisa dilihat dari raut wajah yang semula tegang, kini sudah mulai melunak dan ceria. Manik mata yang semula menghitam karena ambisi, kini mulai berwarna.

Mungkin Teguh tengah mencari atau bahkan sudah menemukan kebahagiaannya.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Nisa  to the point.

Teguh menyodorkan minuman soda berkalung yang ternyata sudah ia siapkan sebelumnya. Nisa menerima botol kaleng tersebut dan masih belum membukanya.

"Gue mau mundur dari pramuka setelah menjalani hukuman!" sontak kalimat itu membuat mata Nisa membulat dan memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah Teguh. Bukan karena lelaki ini akan menjalani hukuman, namun kalimat sebelumnya yang benar-benar membuat jantungnya nyaris copot.

Scout in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang