64 - The Outbreak Of Mystery [END]

216 19 0
                                    

⚜️⚜️⚜️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚜️⚜️⚜️

Terik siang hari ini memang membuat para penghuni bumi memilih tempat teduh untuk berlindung di bawahnya. Tetapi, tidak untuk 40 siswa dengan seragam pramuka lengkapnya. Mereka tengah menjalani seleksi Dewan Kerja Ambalan untuk tahun depan. Tak terkecuali mantan ratu onar SMA Nusa Bangsa, Anisa Verranino.

Mungkin, jiwa aktivisnya selama ini tertutupi oleh luka yang amat mendalam karena masa lalunya. Namun, kepingan-kepingan itu perlahan ditemukan dan dapat dijawab teka-tekinya, sehingga gadis ini sekarang sudah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

“Bubar jalan!” komando pradani Nusa Bangsa saat ini, Ajeng. Pasukan pun memberikan hormat terlebih dahulu sebelum akhirnya bubar dari barisan.

Dengan langkah santai dia berjalan menuju tempat yang sudah lama sekali tidak ia kunjungi. Bukan karena Nisa malas, tetapi karena kesunyian yang selama ini menghantuinya kini sudah mulai sirna dari kehidupannya.

Rooftop Nusa Bangsa masih seperti dulu. Belum ada perbaikan atau pengrapian barang-barang bekas di sana. Masih dengan sofa bekas dan juga lemari kayu yang menurutnya sangat bersejarah mengantarkan pertemuan antara dia, Bagas, juga kakak tiri lelaki itu, Galih.

“Tumben kesini,” suara yang tidak asing lagi di telinga Nisa.

“Kangen aja, Gal. Di sini tempat gue menenangkan pikiran gue dari penat kehidupan,” jawab Nisa jujur.

Galih yang tengah berdiri menatap langit pun memutar kepalanya untuk melihat gadis yang pernah singgah di hatinya. Gadis yang belum sempat ia berikan kebahagiaan. Gadis yang berhasil membuat ketua OSIS ini menjadi berubah dari pemarah menjadi peramah.

“Dan lo?” tanya Nisa. Gadis itu menuju sofa bekas dan duduk di atasnya. Masih senyaman dulu, batinnya.

“Alasan gue udah lo sebutin barusan,” ujar Galih kemudian. Lelaki itu mendekat dan ikut duduk di samping Nisa.

“Terkadang, hidup itu bikin capek, Gal! Tapi kematian juga bukan solusi terbaik,” ucap Nisa penuh arti.

“Jadi, hal yang benar untuk menyendiri sementara waktu. Bukan untuk memikirkan rencana jahat, tapi buat kita introspeksi dan berbenah diri,” tambah Nisa lagi.

Pandangannya lurus ke depan, mengingat beberapa saat bahagia dan terluka yang bersamaan.

“Nis, gue boleh jujur enggak?” Galih pun menatap Nisa penuh arti. Sedangkan gadis di sampingnya ini masih saja menatap lurus ke depan. Seakan pemandangan di depan lebih indah dari pernyataan Galih setelah ini.

“Jujur aja, Gal. Indonesia ‘kan negara merdeka,” sahut Nisa.

Galih pun kembali dilanda kegelisahan. Bukan hal yang benar menyatakan perasaan pada seseorang yang sudah jelas-jelas menjadi kekasih Bagas, sahabat sekaligus adik tirinya. Namun, menyimpan perasaan seperti ini sendirian malah semakin menorehkan luka yang amat dalam di hatinya.

Scout in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang