Part 35 - Forgive You

1.1K 60 8
                                    

"Meskipun memaafkan tidak memiliki efek samping menyembuhkan luka, itu akan lebih baik daripada memelihara kerasnya hati"

-----------------------------------------------------------

Setelah outbond selesai, Nisa langsung bergegas membersihkan diri dan menunggu matahari terbenam di area yang sedikit jauh dari bumper, tentu saja Bagas tidak mengetahuinya. Ia tidak ingin lelaki itu menjadi lebay gara-gara dirinya.

Kini, ia hanya mengenakan kaos merahnya dan juga training yang dulu sering digunakannya untuk sekedar jogging saat SMP. Tak heran jika celana tersebut terlihat sangat congkak ketika Nisa pakai.

Ah, bodo! Yang penting gue nyaman!

Nisa menghirup udara sore hari ini dalam-dalam dan membentangkan kedua tangannya. Angin sore yang sejuk menerpanya sehingga tercipta kedamaian tak kasat mata yang ia rasakan.

Ya, besok sore Nisa sudah tidak bisa menikmati senja indah di tempat yang sama seperti yang ia pijaki sekarang ini.

Nisa akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk berkali-kali bersyukur kepada Sang Pencipta alam raya nan indah ini.

Saat Nisa sedang damai-damainya, ia mendengar sesuatu.

"Kenapa saya harus berprestasi ketika Anda sama sekali tidak membantu saya?" tanya seseorang yang tengah memunggungi Nisa yang menempelkan ponsel di telinganya.
Karena mode panggilan loud speaker, maka Nisa bisa mendengar jawabannya.

"Jangan merengek, Teguh! Kau sendiri yang menyetujuinya, kau akan membanggakan saya dengan prestasimu. Mana?! Saya tidak sudi menerima kamu sebagai anak saya lagi!" jawaban tajam yang bagi Nisa itu sangat menusuk sebagai seorang ayah.

Sejahat-jahatnya Deandro kepada dirinya, lelaki paruh baya itu tidak sekalipun menolak kehadirannya sebagai putri. Malah, dia yang selalu menjauhi ayahnya.

"Teguh ini anak papa! Sudah banyak yang mama perjuangkan agar saya bisa bertemu dan hidup dengan Anda! Tapi kenapa seakan Anda tidak pernah menerima saya sebagai anak dengan tulus?" tanya Teguh dengan suara yang gemetar.

Nisa tahu meski belum pernah merasakannya, Teguh mengalami masa sulit karena keluarganya.

"Saya tidak ingin kamu bermanja-manja sepeti anak orang kaya lainnya, Teguh. Saya ingin mendidik kamu sesuai nama yang mamamu berikan padamu. Sudahlah! Jangan merengek! Orang berguna tidak akan merengek hanya karena masalah kecil. Buktikan pada saya atau kamu benar-benar harus pergi jauh dari kehidupan saya. Titik!" orang yang Nisa yakini sebagai ayah Teguh itu pun memutuskan teleponnya sepihak.

Meninggalkan Teguh yang sepertinya masih ingin membicarakan banyak hal pada ayahnya, namun tertahan. Tertahan oleh emosi, tertahan oleh keadaan. Dan pastinya, itu membuat Teguh frustasi.

Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celananya. Dari kemasannya pun Nisa langsung tahu bahwa itu adalah racun tikus.

Nisa biasa menggunakan itu di rumahnya dulu, lebih tepatnya di bagian gudang. Dan sekarang, ia malah melihatnya di tangan Teguh?

Untuk apa?

Teguh mengeluarkan isinya ke atas telapak tangan kanannya. Ia melihat racun tikus itu dengan tatapan putus asa dan senyuman yang miris.

Nisa melihatnya!

"Akhirnya hidup penuh kesengsaraan ini bakalan berakhir." Teguh menatap langit sore yang menurut Nisa indah, tapi menyakitkan di mata Teguh.

Scout in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang