53 - Two Situations

1.2K 86 21
                                    

“Ketika bahagia itu hampir lengkap, kenapa harus ada derita lain yang datang?”

♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️

Buku album?

Nisa memgernyit membaca judul di sampul buku kusam tersebut. Deandro membuka lembar demi lembar buku album tersebut. Disana terdapat foto bayi, kemudian anak SD, SMP, hingga SMA. Dan Nisa belum tahu jika itu adalah papa dan mamanya.

"Nah, ini dia!"

Deandro menunjuk sebuah foto yang sangat familiar di mata Nisa. Sebuah foto yang beberapa hari yang lalu Nisa lihat, hingga membuat dirinya percaya untuk mengumpulkan kepingan masa lalunya. Potret Dewan Kerja Ambalan pada masa itu.

Deandro yang masih muda, gagah, nan tampan berada di barisan belakang ujung kanan, yaitu barisan DKA putra. Melihat ayahnya sewaktu muda mengingatkan Nisa pada Enggar, almarhum abangnya. Benar-benar sama!

Sedangkan di barisan depan, Nisa dapat melihat jelas wajah mamanya saat masih muda, gadis ini merasa sangat mirip dengan gadis di dalam foto. Hanya saja, rambut Zulfa saat itu panjang dan bisa dikuncir kuda di samping kanan dan kirinya.

"Mama cantik!" puji Nisa sepenuh hati.

"Loh, kamu nggak cari foto dr. Widya?"

Sedari tadi, pria itu mengira bahwa Nisa melihat foto dr. Widya yang ada tepat di samping Zulfa.

Mata Nisa kini mulai menjelajahi setiap orang yang ada di foto tersebut. Ada satu lelaki yang kembali membuat Nisa ternganga.

"Pak Herdi?" Nisa bertanya pada Deandro sembari menunjuk seorang lelaki di ujung kiri. Hampir sama gagahnya dengan Deandro.

"Iya, Herdi itu teman papa," ungkap Deandro yang membuat Nisa kembali terkagum dalam hati. Nisa kembali menelusuri setiap wajah yang ada di sana.

"Wahhh..." nampaknya gadis ini lebih terkejut ketika melihat sosok yang sedari tadi ia cari.

"dr. Widya beda sekali sama yang sekarang, pa!"

Deandro terkekeh sendiri melihat ekspresi putrinya. Tatapan kebencian yang selama ini Nisa lontarkan sudah hilang, diganti dengan tatapan hangat seorang anak kepada ayahnya.

"Setelah lulus SMA, dr. Widya mengambil beasiswa di luar negeri jurusan kedokteran. Jadi, sekarang wajah beliau lebih terkesan bule-Indonesia," jelas Deandro yang membuat Nisa mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia mengerti.

Nisa menutup buku album tersebut. Dia hendak menanyakan sesuatu yang penting menurutnya ada Deandro.

"Papa cinta lokasi sama mama?

Mendengar pertanyaan iti membuat pria ini terbahak. Entah kenapa pertanyaan yang Nisa lontarkan membuat perutnya tergelitik untuk tertawa.

"Hahaha.. kamu ini ada-ada saja, Nisa! Coba lihat lagi album yang kamu pegang."

Nisa menurut saja. Toh, ia benar-benar ingin tahu dan tidak tahu kenapa ayahnya tertawa mendengar pertanyaan sederhana itu.

Ekor matanya melihat dari awal foto bayi hingga dua remaja yang tengah berfoto saat wisuda SMA.

"Jangan bilang ini..."

"Iya, papa dan mama adalah teman sejak kami masih kecil. Dan itulah yang membuat papa selalu nyaman bersama mama kamu," jujur Deandro.

Sedetik kemudian, tatapan Deandro berubah menjadi sedih. Pria itu sangat menyayangi Zulfa, tetapi dia tidak menyangka bahwa Tuhan akan memberi cobaan yang begitu besar pada istri tercintanya itu.

Nisa melihat perubahan raut wajah Deandro. Dia mendekat ke arah ayahnya kemudian melingkarkan tangannya pada lengan Deandro.

"Entah kenapa Nisa punya keyakinan bahwa mama bakalan sembuh!" ucap Nisa sungguh-sungguh.

"Dulu, waktu kita pergi ke taman bermain bertiga, Zulfa pingsan setelah mengeluh kepalanya sakit. Bahkan, dia juga mimisan. Saking paniknya, papa sempet lupa kalau bawa kamu juga," jelas Deandro yang membuat Nisa kembali merasa bersalah pada ayahnya.

"Setelah sadar, Zulfa menolak untuk diajak ke rumah sakit. Dia bersikeras untuk mencari kamu, nak. Bahkan, setelah Enggar menelepon kami untuk memberitahu keberadaan kamu, mama kamu tetap sama. Dia menolak. Katanya, hanya pusing biasa dan mimisan karena kepanasan."

Nisa semakin mengeratkan tangannya. Ternyata, ayahnya sangat mencintai mamanya. Dan Nisa adalah orang  yang sangat egois di sini. Gadis itu tidak pernah berpikir sampai sejauh itu.

"Kalau papa pengin mama sembuh, papa harus yakin kalau mama bakalan sembuh. Kita harus selalu support mama, pa!" Nisa kembali menangis. Deandro segera merengkuh Nisa ke dalam pelukannya.

Hal yang tidak ingin dia lihat adalah ketika melihat orang-orang yang dia cintai menangis atau bersedih. Tetapi hari ini, semua itu tidak dapat ia cegah. Dirinya menangis, Nisa menangis, dan dia juga yakin bahwa Zulfa tengah menangis di sana, dan sendirian.

♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️

Okaiii, sampai di sini dulu, ada pertanyaan?😂

Malam Minggu jadi double update! Harapannya sih semoga kalian suka!
Kalau nggak suka juga nggak papa sih, coret-coret aja ceritaku dengan segala komentar!

Marah?
Iya, saya marah! Kenapa?!

Enggaklah!
Justru, komentar membangun itu akan sangat sangat membantu saya dalam menge-ending-kan “Scout in Love” ♥️♥️

Salam hangat dari kaki gunung Merbabu,
Magelang City,
Central Java,
Our Beloved Country,
Indonesia🇮🇩🇮🇩

I LOVE YOU, ALL♥️♥️

Scout in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang