01_Pertama Kali

187 83 184
                                    

Semua siswa memenuhi lapangan, ada yang ke lapangan voli, lapangan futsal dan sebagainya. Yura berjalan melewati kerumunan orang untuk melihat pertandingan voli.

"Ra, itu cowok yang nembak kamu waktu itu kan?" Tanya Kia sambil menunjuk ke arah salah satu pemain voli.

"Ih.. jangan ditunjuk-tunjuk juga Ki! Malu tau.." larang Yura, sambil menepis tangan Kia yang masih menunjuk ke arah salah satu pemain voli.

Tiba-tiba Sega melihat ke arah Yura dan tersenyum. Ya, dia lah laki-laki yang dikatakan oleh Kia tadi. Tubuhnya yang tinggi dengan kulit sawo matang membuatnya sedikit populer di kalangan wanita, terlebih wajahnya yang manis membuat banyak wanita menginginkannya.

Dari arah lain lelaki dengan tubuh tinggi berkulit putih dan berwajah tampan berjalan pelan melewati Yura dan Kia. Yura pandangi wajah nya lekat-lekat, pandangan Yura benar-benar tidak ingin lepas dari wajahnya.

"Ki, itu siapa?" Tanya Yura sambil terus melihat ke arah lelaki itu. Kia yang melihat arah mata Yura pun, ikut melihat ke arah yang sama.

"Itu kakak kelas kita, jurusan IPS. Namanya Ajay, anak terpopuler di sekolah kita. Kenapa? Kamu suka ya?" Tanya Kia, seolah-olah sudah tau apa yang tengah terjadi.

Ya benar, Yura jatuh cinta :)

"Gila! Selera kamu tinggi juga Ra!" Kata Kia dengan sedikit nyaring. Membuat Yura kaget dan mengalihkan pandangannya ke Kia.

"Buset, ember...!! Jangan keras-keras!" Kata Yura sambil menutup mulut Kia. Kia pun hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.

Di lain sisi kakak kelas yang membuat Yura langsung jatuh cinta pada pandangan pertama, melihat ke arah Yura dan Kia, tanpa mereka sadari.

Setelah mengamankan mulut Kia yang seperti ember, Yura pun kembali melihat ke arah lelaki tadi berdiri. Dan ternyata dia sudah tidak ada, mood Yura seketika rusak karena menyesal sudah mengalihkan pandangannya tadi.

"Gara-gara kamu ni Ki, udah pergi kan tu orang nya!" Kata Yura sambil melihat Kia dengan wajah kesal.

"Maaf deh. Jangan ngambek dong, ntar ketemu lagi kok," kata Kia sambil memegang tangan Yura.

"Hai Ra," sapa Sega sambil menghampiri Yura dan Kia. Mereka tak sadar rupanya pertandingan voli sudah berganti tim.

"Hai.." jawab Yura dengan gerakan tangan melambai yang rada kikuk.

"Udah selesai?" Tanya Yura mencoba terlihat lebih tenang.

"Udah, baru aja. Kamu masih mau nonton voli?" Tanya Sega kembali.

"Enggak, aku udah mau balik. Laper, mau ke kantin." Jawab Yura cengengesan.

"Oh, yaudah yuk bareng. Aku juga mau ke kantin," ajak Sega. Yura pun tak ada pilihan lain, selain mengiyakan ajakannya.

"Ra, aku ke perpus dulu ya. Kamu pergi aja sama Sega, tadi Neli ada chat aku katanya dia nungguin aku di perpus," kata Kia.

"Loh, kan ki- " belum sempat Yura melanjutkan omongannya sudah di potong dengan Kia.

"Udah. Pergi sana!" Suruh Kia sambil mendorong-dorong Yura. Yura pun dengan wajah kesal melihat Kia yang tampak senang telah berhasil membiarkan dia dan Sega hanya berdua.

"Yuk!" ajak Sega sambil berjalan duluan. Yura pun mengikutinya dengan berjalan lebih lambat agar tak berjalan berdampingan dengannya.

~
Yura dan Sega pun tiba di kantin, Sega lalu menyuruh Yura duduk duluan sambil bertanya apa yang ingin Yura makan. Lalu dia pergi untuk memesan makanan dan minuman.

Yura pun mengambil ponselnya dari saku sambil menunggu Sega yang memesan. Ia buka aplikasi WhatsApp dan langsung chat Kia.

WhatsApp
Kia

° Ki, kok kamu gitu sih? Ninggalin aku sama Sega sendirian!

• yaelah, pake nanya! Aku malas jadi obat nyamuk tau!
_

Yura membaca chat Kia dengan bibir manyun.

"Kenapa Ra?" Tanya Sega yang tanpa sepengetahuan Yura sudah duduk di hadapannya dan membuat dia kaget.

"Ah, gak papa kok Ga," kata Yura sambil memasukan ponselnya ke dalam saku.

Sega hanya tersenyum mendengar jawaban Yura, dengan tatapan hangat nya. Yura pun tersenyum kembali kepada nya dengan senyum kikuk.

"Gak usah canggung Ra," kata Sega dan masih dengan tatapannya yang hangat.

"Anggap aja waktu itu gak ada apa-apa. Kalau aku gak bisa jadi pacar kamu, kita bisa kan jadi teman atau mungkin sahabat," kata Sega.

perkataannya itu membuat Yura teringat dengan kejadian beberapa hari lalu, dimana Sega menembak Yura di hadapan teman-temannya saat ia sedang makan malam bersama di sebuah restoran.

Flashback

Waktu itu Yura dan teman-temannya sedang asik makan sambil menikmati lagu yang di nyanyikan oleh band di restoran itu.

"Sumpah! makanan disini enak banget," kata Kia, dan dijawab dengan anggukan dari yang lain.

"Super ini mah, lain kali kita kesini lagi," kata Neli ikutan berkomentar soal makanan.

Sebuah alunan gitar dengan melodi merdu mulai dimainkan kan kembali, Yura yang mendengar suara itu pun menikmatinya sambil memainkan ponselnya.

"Saya di sini ingin menyatakan perasaan kepada seorang gadis, gadis yang baik, cantik, dan mempunyai senyum yang indah." Suara lelaki itu terdengar hangat di telinga Yura, tapi Yura masih sibuk dengan hpnya.

"Itu Sega kan?" Kata salah satu teman Yura.

"Iya, katanya orangtuanya yang punya restoran ini kan?" Kata Weni.

Mendengar ucapan mereka, Yura pun mengalihkan pandangannya ke arah grup band yang letaknya terbelakangi olehnya. Dan ternyata benar, Sega disana.

Jantung Yura seketika berdegup kencang, karena yang Yura tau Sega sering chat dengannya dan mereka bisa dibilang dekat.

Tapi apa arti degupan ini, yang Yura tau kata orang ketika jantung berdegup kencang saat melihat seorang lelaki maka kita sedang jatuh cinta. Tapi lain dengan degupan yang yura rasakan, ada rasa takut di dalamnya.

"Gadis itu ada disini," lanjut nya lagi. Membuat jantung Yura berdegup semakin kuat.

"Kamu yang ada disana, yang berbaju biru" kata Sega sambil menunjuk ke arah Yura, membuat semua orang melihat ke arahnya.

"Mau kah kau jadi pacarku?" Tanya nya, membuat Yura hampir menangis.

'Apa ini? Perasaan semacam apa ini? Membuatku takut.' batin Yura.

Yura pun berdiri, dan berjalan ke arah Sega sambil memantapkan hatinya. Kini Yura tepat berdiri di depan Sega.

"Aku.. aku.. gak bisa," ucap Yura terbata-bata, tanpa sadar air matanya jatuh.

Perasaan Yura benar-benar buruk saat itu, Yura merasa tidak enak sekali pada Sega padahal Sega sangat baik kepadanya. Dan dengan gampang Yura menolaknya.

Sega berdiri dari duduk nya dan mendekati Yura, di hapusnya air mata Yura

"Tak apa, gak usah nangis," Kata nya sambil mengelus rambut Yura.

In a Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang