Licik

29 30 8
                                    

"Aku ke toilet dulu ya," kata ku kepada semua nya. Mereka pun mengangguk, mengiyakan.

"Aku juga," ucap Ola. Ia menyusul aku yang sudah duluan ke toilet wanita.

"Heh," ucap Ola sambil menarik baju ku bagian belakang. "Berani lo ya! Pacaran sama Ajay," bentak Ola yang sedari tadi sudah mencoba menahan emosi nya.

"Emang nya kamu siapa?" Tanya ku mencoba membela diri. "Songong lo!" Bentak Ola lalu mendorong ku hingga tubuh ku terbentur dinding.

"Lo nanya gue siapa!? Gaktau diri lo!" Ucap Ola lagi sambil memojokkan ku.

"Lo mau mati hah!?" Hardik Ola. Ola mulai geram dengan ku, tangannya mulai gatal hendak menampar ku.

Saat tamparan itu hendak mendarat di pipi ku, tiba-tiba tangan Ola di cegah oleh Niken.

Niken yang sudah punya firasat kalau Ola akan berbuat yang tidak-tidak. Ia akhirnya memutuskan untuk menyusul ke toilet.

Setelah menepis tangan Ola dari genggamannya, niken memberikan Ola tamparan keras hingga pipi Ola merah.

"Ini peringatan dari gue, kalau lo berani ganggu Yura lagi, gue habisin lo!" Ancam Niken lalu menarik ku keluar toilet.

Sementara itu, Ola hanya diam memegangi pipinya yang perih bekas tamparan Niken.

"Cepat amat," ucap salah satu anggota band. Niken hanya tersenyum sambil menaikan bahunya aku pun begitu.

Tak lama Ola pun menyusul, dengan pipi yang sedikit merah.

Oji drummer band teater langsung peka dengan apa yang tengah terjadi. Ia melihat kearah Ola lalu mengalihkan nya ke Niken yang tersenyum puas ke arah nya.

"Gimana kalau kita ketaman kota, foto-foto disana," usul Bu prisli. Semua nya mengangguk setuju.

~
"Ra," panggil Ajay saat kami di perjalanan mau ke taman kota. Aku mendekatkan kepala ku pada kepalanya yang tak memakai helm.

"Ya?" Jawab ku singkat dan lembut. "Kamu berantem sama Ola?" Tanya Ajay. Rupanya Ajay juga mengetahui hal itu walaupun dia hanya diam saja.

"Iya," jawab ku lagi dengan singkat. "Kamu nampar dia?" Tanya ajay.

Aku menggeleng cepat. "Niken?" Tanya Ajay. aku pun mengangguk cepat.

Ajay mengangguk mengerti, ia yakin bukan aku pelaku nya. Sudah jelas bahwa aku lebih suka kedamaian dari pada kekerasan. Terkecuali jika aku di pukul duluan.

Sesampai nya kami disana, kami memutuskan untuk berfoto di atas menara yang lumayan tinggi.

Kami pun menaiki tangga satu persatu, aku naik lebih dulu kemudian Ajay.

"Wah, bagus banget ya," seru Bu prisli. Ini pertama kalinya dia naik menara di taman kota.

"Yuk kita selfi," Bu prisli mengeluarkan tongsis yang rupanya sudah ia siap kan dari rumah.

Semuanya merapat, namun karena kami yang lumayan banyak teras menara yang tidak terlalu luas aku pun kebagian tempat di belakang dekat tangga.

Sementara Ajay yang sudah terhimpit mau tidak mau harus berada di bagian tengah, padahal dia ingin berada di dekat ku.

Ola yang berada di samping ku langsung mengambil kesempatan ini.

"Cissss-" semuanya mengacungkan dua jari. Jepret :v

Brak!

Semuanya melihat kearah tepat dimana aku tadinya berdiri sebelum jatuh ke bawah.

"Yura!" Teriak Ajay lalu menyerobot keluar dari kumpulan selfi tadi.

Ajay melihat aku yang berada di bawah lantai kedua, karena menara itu tiga tingkat.

Ajay khawatir, wajah nya merah padam. Dengan langkah abal ia menuruni tangga agar secepat mungkin bisa menghampiri ku yang sudah tak sadar kan diri.

Darah mengalir dari dahi ku yang terbentur tembok. Ajay mengangkat tubuh ku dengan sekuat tenaga yang ada.

Tubuh Ajay begetar hebat, ia tak kuasa melihat keadaan ku itu. Ingin sekali ia memukuli dirinya sendiri karena membiarkan ku berada di dekat tangga sementara dia aman di tengah-tengah.

"Kok bisa?"

"Astaga, panggil taksi!"

Ucap beberapa anggota teater, mereka ikut panik dan khawatir melihat keadaan ku.

Oji berlari kearah jalan, melambai-lambai tangannya kearah mobil apapun yang lewat.

Sementara Ola tersenyum puas melihat keadaan ku. Ola lah dalang nya, dia mendorong ku.

"Jay sini, cepat," teriak Oji saat taksi berhenti tepat didepannya.

Ajay belari kecil kearah jalan, nafas nya ngos-ngosan. Rasanya nyawa nya terbagi dua saat itu.

Nyawa untuk menyelamatkan ku, dan nyawa untuk mengkhawatirkan ku.

"Astaga! Darah nya banyak banget,"

"Iya, kok bisa sih dia jatuh,"

"Besok kan kita mentas,"

"Gimana nih bu?" Tanya anggota teater.

Bu Prisli menggeleng lemas, ia khawatir kepada Yura dan pementasan mereka esok.

Ajay melepas sweater miliknya, menutupi luka di dahi ku yang terus mengeluarkan darah.

"Pak rumah sakit, terdekat," suruh Ajay. Oji yang duduk di depan hanya bisa berdoa sambil memperhatikan Ajay yang penuh kekhawatiran.

Mata Ajay yang kala itu memerah, wajah nya pun merah padam. Nafasnya tak teratur, seperti sesak karena di cekik.

"Ra, bangun.. disini ada aku Ra," ucap ajay sambil mengelus lembut pipi ku.

Sementara itu yang lain menaiki motor mengikuti kami dari belakang.

"Ra, bangun sayang.." ucap Ajay dengan suara yang gemetar. Ia hampir tak bisa menahan air matanya.

Tak lama kami pun sampai di rumah sakit, dengan cepat Ajay menggendong ku membawa ku masuk kedalam rumah sakit.

"Pak, tunggu sebentar disini. Nanti saya balik, mau ambil kunci motor teman saya dulu ya," kata Oji kepada supir taksi lalu berlari ke dalam rumah sakit.

"Dokter!" Panggil Ajay dengan volume suara yang nyaring.

Beberapa perawat membawakan ambulance stretcher. Dengan cepat Ajay meletakkan aku diatas ambulance stretcher.

Ajay membantu perawat mendorong ambulance stretcher kearah UGD.

Setelah sampai di UGD Ajay dipinta untuk menunggu diluar. Padahal ia sangat ingin menemaniku di dalam sana.

Bertahan ya, ra.. ucap Ajay dalam hati.

Ia hanya terduduk lemas di bangku tunggu depan UGD.

"Jay, aku ambilin motor mu ya, mana kunci nya?" Tanya Oji yang masih ngos-ngosan.

Ajay merogoh kantong celana nya dan memberikan kunci motornya kepada Oji.

"Kamu yang sabar ya Jay, Yura pasti baik-baik aja. Aku balik dulu ya," ucap Oji lalu meninggalkan Ajay sendirian.

Kenapa bukan aku yang jatuh!
Kenapa harus kamu!
Kalau terjadi sesuatu sama kamu, gak akan ku maafkan diri ku sendiri, Ra.

Maafin aku Ra.

Ucap Ajay dalam hati sambil mengusap kasar wajah nya.

°°°°

Hi, guys.

Jangan lupa vote nya yah :)

Dan coment dari kalian juga sangat berharga buat saya :)

In a Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang