Cahaya redup milik ku

25 26 5
                                    

Sebelum nya saya mau berterimakasih untuk teman saya Eka Muharammiah. Because, dia udah kasih masukan buat saya dan sangat bermanfaat.

Sebelumnya itu bagian chattingan nya agak membingungkan ya. Jadi saya benerin karena saran Eka.

Btw, susunan nya sama ya kayak di layar ponsel kalian semua. Bagian pengirim pasti di rata kanan.

Terima kasih Eka Muharammiah :)

•••••••••••••••

"Kia, kamu dari mana aja malam betul pulang nya?" Tanya mama kia saat kia dan Sega sampai dirumah.

"Maaf tante, tadi hujan jadi kami nyinggah dulu," jawab Sega sambil menyalim mama kia.

"Oh, iya udah gakpapa. Masuk dulu nak, tante bikinin teh hangat," suruh mama kia. "Gak usah tante, saya mau pulang juga kok. Sudah malam soalnya," tolak Sega.

"Besok kan libur, gakpapa dong agak malaman," bujuk mama kia sambil menarik lengan sega.

Sega pun mau tak mau menerima ajakan mama kia. "Mama, orang Sega gak mau nyinggah malah di paksa," gerutu kia kesal.

"Bukan nya gak mau ki," lirih Sega saat mendengar perkataan kia. "Berarti kamu mau?" Tanya kia menjebak Sega.

Sega melihat datar kearah kia yang tengah memasang raut wajah meledek. Ini ujian bagi Sega karena telah memilih wanita jail dan cerdik seperti kia.

Si kancil. Gerutu Sega dalam hati.

"Duduk dulu ya, tante mau buatin teh," suruh mama kia. Sega pun duduk di temani kia.

"Aku gak enak malam-malam ada dirumah wanita," tutur Sega. Kia memegang tangan Sega yang dingin itu seraya berkata, "aku tau kok." Kia memberikan senyum terbaik nya kepada Sega.

"Aku merasa beruntung, memiliki kamu. Mungkin karena rasa tanggungjawab mu lah yang bikin aku jatuh hati," kata kia.

Sega tersenyum sembari megenggam balik tangan kia yang berusaha menghangatkan tangannya.

"Duh, duh.. mesra sekali," ledek mama kia yang baru saja datang membawa tiga cangkir teh hangat.

Sega dan kia segera melepas pegangan nya walaupun sedikir terpaksa. "Kalian gak kasian sama tante yang udah lama menjomblo ini?" Tanya mama kia meledek.

"Mama ih, makanya cari cowo sana," gerutu kia sambil memanyunkan bibirnya.

Sega yang mendengar ucapan kia langsung memegang lengan kia. "Kok ngomong gitu," gerutu Sega.

Kia terkekeh melihat Sega yang merasa tidak enak. "Santai aja, tante sama kia ini udah kayak teman," jelas mama kia bangga. Begitupun dengan kia yang mengangguk-angguk.

Sega tersenyum kecil melihat tingkah ibu dan anak yang ada di hadapannya. Sama-sama cerdik dan bersahabat.

~
"Makasih ya tante, saya izin pulang dulu," izin Sega. "Iya sama-sama, lain kali nginap aja disini ya. Dirumah ini ada satu kamar kosong," pinta mama kia.

"Iya tante," jawab Sega. "Soalnya rumah ini kan gak ada cowo nya, kadang was-was juga," tutur mama kia beralasan.

"Iya tante, nanti saya nginap disini," kata Sega sambil menyalim mama kia lalu pulang.

~
Ding... Dong...

Bel rumah ku berbunyi, papa pun segera membuka pintu. Rupanya Ajay yang datang sepagi ini dengan membawa buah-buahan.

"Pagi Om," sapa Ajay dengan senyum mengembang di bibirnya. "Hmm," dehem papa pura-pura ngambek karena kejadian kemarin.

Sega terkekeh sambil menyalim tangan papa ku. "Kamu jagain Yura dulu, om mau beli makanan di luar," suruh papa. Ajay mengangguk tanda bersedia.

"Kamu sudah makan?" Tanya Ajay yang sedang menghampiri ku yang duduk berselonjor di atas sofa.

"Udah, papa yang belum," jawab ku. Ajay mengangguk sambil tersenyum, kini ia sudah duduk samping ku sambil memijat betis ku yang rada bengkak.

"Jay," panggil ku manja. Ajay mengarahkan pandangannya kepada ku yang sudah memasang wajah super imut.

"Mau buah," kata ku sambil menunjuk buah apel hijau yang di bawa Ajay. "Bentar aku cuci dulu ya," kata Ajay yang langsung beranjak dari duduk nya dan mencuci buah apel.

Setelah lumayan lama Ajay pun kembali membawa buah apel yang sudah di potong-potong.

"Makasih ya," ucap ku. "Iya," jawab Ajay. Ajay pun memberikan buah itu kepada ku lalu dia duduk di lantai berhadapan dengan sofa yang tengah ku duduki.

Tring...

Ponsel ajay berdering. Ku lihat nomor telpon dengan nama Tije yang tengah menghubungi nya.

"Halo,"

"Kamu mau kesini? Kapan?"

"Minggu depan, bisa aja. Tapi pastiin sampai sini nya hari minggu ya, supaya aku bisa jemput di bandara,"

"Oke,"

Ajay pun mematikan ponselnya. Bisa di tebak dari jawaban-jawaban Ajay tadi bahwa temannya mau datang kesini, yang jelas temannya bukan dari kota kami.

"Teman ku mau kesini. Tije, yang kamu beli kacamata alay di tokonya," tutur Ajay seolah-olah tau kalau aku akan bertanya.

"Aku mau bangun toko kacamata disini, jadi minta bantuan dia. Ibu ku ada tinggalin investasi buat aku usaha, dan aku gakmau sia-siakan uang itu," jelas Ajay lagi terbuka.

"Nanti kita sama-sama cari rezeki dari sana ya," ucap Ajay tulus. Seolah-olah kami sepasang suami istri yang membangun masa depan.

Aku tersenyum haru, air mata ku menggenang dan akan tumpah. "Aku sayang kamu Yura, aku mau kita sampai nikah, sampai tua sama-sama," kata Ajay sambil membelai rambut ku.

Air mata haru bahagia ku pun tak tertahan lagi. Semuanya tumpah, Ajay pun segera menghapus air mata ku dan memeluk ku erat.

Bagi ku kau adalah cahaya yang redup karena penderitaan mu. Tapi masih mau menerangi gelapnya penderitaan ku.

Berbagi cahaya, dan berbagi sedikit kebahagiaan yang tersisa didalam kehidupan mu.

Saat ini tak ada yang ku ingin kan selain terus-menerus bisa melangkah bersama cahaya redup yang kini ku miliki.

Aku mencintamu, Ajay Saputra.

°°°°
Hi guys.

Maaf kalau pendek part ini, maaf banget :(

Jangan lupa vote saya ya :)
Coment juga jangan lupa :)

Thanks you.

In a Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang