Tok.. Tok..
"Yura," panggil seorang lelaki yang suara nya selalu membuat ku berbunga-bunga setiap saat.
"Masuk," suruh ku sambil merapikan rambut ku. Lelaki itu membuka pintu dan menampakkan wajah tampannya itu.
Senyum manisnya itu mengembang disertai tatapan kerinduan. Ia melangkah memasuki kamar ku dengan membawa nampan yang terdapat bubur, susu dan air putih.
"Makan dulu ya, kata mertua ku kamu belum makan," kata Ajay dengan percaya diri.
Mertua mu? Menikah saja belum. Pekik ku dalam hati.
Ajay meletakkan nampan itu di lemari kecil ku. Lalu ia membantu ku bangkit, hingga duduk menyandar.
Disuap kan nya bubur itu dengan penuh perasaan. Aku pun sama menerima suapan nya dengan penuh perasaan juga.
"Kaki kamu gimana?" Tanya Ajay sambil melihat kaki ku yang membengkak. Belum sempat aku menjawab Ajay sudah panik dengan mulutnya yang siap mengeluarkan ayat suci.
"Kok kaki kamu bengkak? Kamu rajin minum obat kan? Udah kamu konfres kan?" Tanya nya sambil meraba kaki ku yang bengkak. "Aw, sakit. Jangan di pegang," rintih ku.
Lelaki satu ini memang bodoh, kenapa aku baru mengetahuinya setelah aku jatuh cinta kepadanya. Dan mengapa setelah aku mengetahuinya, aku malah semakin jatuh cinta kepadanya.
Sebenarnya siapa yang bodoh, dia atau aku?
Ajay segera menjauhkan tangannya dari kaki bengkak ku. Dan berlalu meninggalkan ku begitu saja.
Dia ngambek? Tanya ku dalam hati.
~
"Om," panggil Ajay yang sudah berdiri di belakang papa yang tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya."Ya?" Tanya papa dengan kaget, ia mengelus dada nya sendiri sambil menarik nafas dalam.
"Maaf om," ucap Ajay tidak enak karena sudah mengageti mertua nya :v mertua?
"Iya, gakpapa. Ada apa?" Tanya papa dengan santai. "Kaki Yura bengkak om, apa sebaiknya aku panggilin tukang urut?" Usul Ajay.
"Boleh juga," jawab papa setuju. Ajay pun tersenyum senang dan kembali ke kamar ku sambil menelpon tukang urut langganan mama nya dulu.
"Sekarang kamu makan dulu ya, nanti ada bibi Ijen ke sini. Kaki kamu bakal di urut sama dia," tutur Ajay.
"Aku gakmau, sakit." Rengek ku. "Udah, gakpapa. Biar cepat sembuh," tenang Ajay sambil mengelus rambut ku.
"Aku temani kamu kok, gigit aku aja kalau sakit," suruh Ajay sambil menyuapkan bubur kepada ku. Aku pun hanya diam saja sambil memasang wajah cemberut.
Tak lama bi Ijen yang disebut Ajay tadi sudah tiba dirumah ku di antar ojek. "Masuk bi," suruh Ajay.
Bi Ijen pun masuk ke kamar ku setelah bersalaman dan berbincang sedikit dengan papa diruang tamu.
Kini sudah lengkap anggota keluarga didalam kamar ku. Suami ku dan mertuanya :v
Ajay duduk di samping ku, sementara papa duduk di kursi kecil yang berada di dekat Ajay, sangat dekat.
Bi Ijen pun mulai mengurut kaki ku, sakit nya bukan main beberapa kali aku merasa ingin menendang bi ijen jauh dari ku.
Hingga sudah tak tertahan lagi, dan saat itu aku mengingat perkataan Ajay sebelumnya.
*Flashback
"Aku gakmau, sakit." Rengek ku. "Udah, gakpapa. Biar cepat sembuh," tenang Ajay sambil mengelus rambut ku.