Pembunuh ibu ku

25 25 5
                                    

Mentari mengeluarkan sinar nya lebih kuat hari ini. Membuat siapa saja di permukaan bumi merasa gerah.

Tok.. tok..
Suara ketukan pintu yang di buat oleh Ajay.

Aku berlari kearah pintu, membuka pintu dengan cepat. Setelah 10 menit yang lalu, sejak Ajay hanya membaca pesan ku, aku yakin bahwa yang datang adalah Ajay.

Saat pintu terbuka lebar aku disambut oleh senyuman yang semua wanita idamkan. Beserta latar belakang yang penuh dengan warna kuning cerah akibat cahaya sang mentari.

"Yuk berangkat," ajak Ajay.

"Ih.. ngapain pakai acara jemput segala sih? Kan aku udah bilang bisa naik angkut," gerutu ku sambil mengikuti langkah nya.

"Kamu ada selingkuhan ya?" Tanya Ajay sambil terus berjalan kearah motor.

"Kok ngomong nya gitu sih?" Tanya ku kesal sambil memegang lengan Ajay.

"Habisnya kamu gakmau banget di jemput sama aku," jawab Ajay sambil melihat ke arah ku.

Aku pun melepas pegangan ku ketika Ajay mengambil helm nya dan memakai nya. Kemudian ia memakai kan helm berwarna pink itu pada ku.

Helm yang sudah beberapa hari lalu ia belikan khusus untuk ku jika kami berpergian memakai motornya.

"Tapi kan aku gakmau ngerepotin," jawab ku cemberut.

"Kalau gitu jangan jadi pacar ku," sungut Ajay dan langsung naik ke atas motor nya.

Aku pun hanya memasang raut cemberut mendengar perkataan nya itu.

~
Sepuluh menit kami pun sampai di sekolah, Ajay mengantarkan ku lebih dulu ke kelas ku lalu ia pergi ke kelasnya.

Hari ini kia tak turun sekolah karena harus menjenguk neneknya yang sedang sakit di kampung.

Hari ini guru tak ada yang masuk ke dalam kelas, karena mereka sedang rapat untuk mengadakan ujian di hari esok untuk kelas tiga.

Sekitar jam 12 siang bel untuk menghimbau siswa berkumpul di lapang pun berbunyi.

"Yura!" Panggil Ajay yang setengah berlari kearah ku yang sedang menuju lapangan.

Ajay memegang tangan ku erat, disertai senyum yang terus menerus ada di bibirnya saat bersama ku.

Ku rasa, kini aku lah kebahagiaan Ajay. Aku yakin itu.

Saat tiba di lapangan aku pun melepas pegangannya dan menuju barisan ku yang berada cukup jauh dari barisannya.

"Besok, untuk siswa-siswi kelas 10 dan 11 libur sampai dengan tanggal 6 juni. Di karena kan kelas 12 akan mengadakan ujian untuk kelulusan. Sekian dari saya, kalian boleh bubar." Jelas pak kepala sekolah.

Aku pun kembali ke kelas untuk mengambil tas milik ku. Begitupun Ajay yang sudah tak kelihatan batang hidungnya.

"Hai Ra," sapa Niken dengan mengejut kan ku.

"Hai," jawab ku lirih sambil memperbaiki detak jantung ku yang tak beraturan.

"Ikut ke kelas yuk, kamu belum pernah kan liat kelas nya Ajay," ajak Niken sambil menarik tangan ku.

Aku pun hanya mengikuti nya saja tanpa menolak, mengikuti langkah Niken yang berlari kecil itu.

Namun, sebelum aku sampai dikelas Ajay. Aku dan Niken berhenti melangkah ketika melihat Ajay di tarik kerah nya oleh Sega dan di bawa ke dalam lapangan bulu tangkis yang terletak di belakang kelas 12.

Aku dan Niken pun mengikuti mereka berdua dengan terheran-heran. Ada apa sehingga Sega berperilaku seperti itu.

Brak!!
Suara Ajay yang jatuh di dorong Sega mengenai kursi penonton yang berada di lapangan bulu tangkis.

"Lo gak tau diri ya!" Bentak Sega yang berdiri dengan gagah nya di hadapan Ajay yang sedang berusaha bangkit.

Sementara itu aku dan Niken mengintip di sela-sela pintu. Pikir ku, jika aku melerai perkelahian mereka, aku tidak akan tau apa permasalahan mereka selama ini.

Barangkali aku dapat membantu menyelesaikan konflik di antara mereka berdua.

"Mau mu apa?" Tanya Ajay santai.

"Mau gua, lo jauhin Yura!" Bentak Sega.

Sontak aku dan Niken saling memandang. Ada apa dengan ku? Apakah Sega belum melupakan ku?

"Kamu gak ada hak buat larang aku dekat sama Yura!" Bentak Ajay balik. Emosi nya berkorbar bak api saat Sega menyebut nama Yura.

"Kalau gitu, jelasin ke Yura! Lo ngaku ke Yura! Atas kebusukan yang selama ini lo simpan!" Emosi Sega pun tambah berkobar melihat Ajay emosi.

"Kalau Yura bisa nerima kebusukan lo! Gua gak bakal ikut campur lagi urusan lo!" Lanjut Sega.

"Aku tau! Tapi ini gak semudah yang kamu bayangkan ga!!! Buat ngungkapin semua nya gak semudah membalik kan telapak tangan!" Jawab Ajay.

"Mau sampai kapan?!" Tanya Sega geram.

Sementara itu Ajay hanya diam, yang ia tau ialah tidak ada satupun waktu yang tepat buat ngungkapin semua nya ke Yura.

"Gua..." Ucap Ajay lirih dengan air mata yang mulai menggenang.

"Gua... Gak sanggup kehilangan Yura," lirih Ajay dengan air mata yang menetes perlahan.

Sementara aku dan Niken masih terheran-heran dengan apa yang mereka maksud dari tadi. Kebusukan apa yang Ajay sembunyi kan dari ku?


"Pengecut!" Caci Sega yang sama sekali tak merasa kasihan dengan Ajay.

"Lo sama kayak bokap lo! Sama-sama pengecut!" Caci Sega lagi.

Ajay yang mendengar itu pun tak sanggup lagi menahan kepalan tangannya agar tak mendarat di wajah Sega.

Akhirnya kepalan tangan itu pun mendarat beberapa kali di wajah Sega. Begitupun Sega, ia mendaratkan kepalan tangannya di wajah Ajay.

"Bokap lo pembunuh! Pantas di hukum mati!" Caci Sega disela-sela baku hantam antara mereka berdua.

"Persetan sama omongan lo!" Balas Ajay mencaci.

"Dari dulu gua udah nahan diri buat gak mukul siapa pun yang mencaci bokap gua, tapi lo sudah keterlaluan ga! Gua juga punya hati!" Amarah Ajay suara gagah nan sangar nya menggelegar.

Aku dan Niken yang mendengar nya saja merinding karena baru sekali ini Ajay bersuara seperti itu.

"Kalau lo punya hati, kasih tau ke Yura kalau bokap lo yang memperkosa dan ngebunuh mama nya!" Bentak Sega.

Seketika jatung ku terasa ditusuk seribu pisau. Rasanya, nafas ku berhenti berhembus saat itu juga.

Air mata ku keluar dengan segenap hati, menjatuhkan keperihan yang tengah ku rasakan.

Tidak mungkin, ini semua pasti kesalahan. Tidak mungkin pelaku nya adalah ayah Ajay. Tidak! Ini kesalahan!

"Stop!" Teriak Niken membuat Ajay dan Sega berhenti berkelahi.

Mata Ajay dan Sega bersamaan melihat kearah ku yang menatap lirih kepada mereka.

"Yura.." lirih Ajay dengan mata yang sudah berlinang-linang.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

"Jangan kau paksa kan cinta mu dengan tidak berterus terang terhadap keadaan yang menimpa mu. Karena, jika memang dia mencintai segala-galanya dari mu, maka ia takkan meninggalkan mu walaupun keadaan itu begitu pahit. Karena kekuatan terbesar dari cinta adalah memaafkan."

Mia Ramadanti

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Jangan lupa isi warna Oren pada bintang ya.

Caranya klik bintang di bawah ini.

In a Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang