Waktu menunjukkan pukul setengah tiga, aku segera mengganti pakaian ku dan berangkat ke sekolah.
Sesampai disana, aula masih sepi hanya ada Ajay yang sudah berada didalam aula. Aku berjalan pelan memasuki aula di iringi dengan suara gelang kaki yang sedang ku kenakan.
Ajay membalikkan badannya yang membelakangi ku. Ia melihat kearah pergelangan kaki ku, "berisik sekali, sesuatu yang ada di kaki mu itu." Tatapan Ajay datar menatap kearah gelang kaki ku, mendengar perkataan Ajay aku bergegas melepasnya.
"Gak usah dilepas." Ajay menghentikan ku, "itu memperindah kaki mu, walaupun sedikit berisik." Ajay membalikkan badannya lagi lalu fokus melihat panggung, seperti sedang menentukan dekorasi apa yang cocok untuk pementasan nanti.
"Wah- wah- pemeran utamanya rajin banget ya. Gak molor." Ibu prisli berjalan mendekati ku.
"Sedang apa kau berjongkok?" Tanya ibu prisli, "dia sedang berpikir Bu." Ajay terkekeh saat mengatakannya.
"Berpikir?" Tanya ibu prisli, Ajay tak menjawab ia hanya terkekeh lalu fokus ke panggung lagi.
Berpikir? Tanya ku dalam hati, aku dan Bu prisli sama-sama saling mencerna perkataan Ajay. "Waw, bagus sekali." Ibu prisli memuji gelang kaki ku saat pandangannya tertuju pada tangan ku yang statis memegang gelang kaki.
Seketika pikiran ku menemukan titik temu. Apa yang ajay maksud aku sedang berpikir melepas gelang ini atau tidak? Apa itu maksud nya? Tanya ku dalam hati.
"Di puji kok diam," gerutu Bu prisli lalu meninggalkan ku dan mendekati Ajay. Ibu prisli hanya diam saja dan memperhatikan Ajay yang sedang serius berpikir, ibu prisli memasang wajah cemberut. Sebenarnya ia menginginkan gelang kaki ku.
"Bu, ini buat ibu." Aku menyodorkan gelang kaki yang indah itu, gelang kaki itu aku beli di Bandung dengan harga satu juta lebih. Ibu prisli memekik senang, "makasih-" ibu prisli memeluk ku erat, ia tau itu adalah gelang kaki yang mahal, karena dia juga menginginkan gelang kaki itu tapi berpikir dua kali untuk membeli nya.
Ajay melihat ke arah ku dan Bu prisli, ia tersenyum kecil kearah ku sambil mengangkat alis nya sebelah. Aku tak paham dengan arti senyuman nya itu, lantas aku membuat raut wajah bingung.
Ajay hanya terkekeh melihat ke bingungan ku. kenapa kau begitu tidak peka, gerutu Ajay dalam hati. "Kau lumayan baik," Ajay meluruskan pikiran ku yang kebingungan.
Bu prisli yang mendengar hal itu langsung berpindah posisi di belakang ku, ia menganggukkan kepalanya. "Makanya, pacaran sama Yura aja." Ibu prisli mendorong ku hingga dekat dengan Ajay. Ajay tersenyum tipis, membuat jantung ku berdegup kencang, di tatapnya aku dalam-dalam.
"Bu- maaf ya kita telat!" anak teater lainnya datang dan membuat topik kami teralih kan. "Ganggu aja!" Gumam Bu prisli lalu menghampiri mereka.
Ajay pun begitu, ia mengikuti Bu prisli dan meninggalkan ku yang sebenarnya berharap ia mengatakan sesuatu.
"Ayo semua nya mulai melaksanakan tugas," imbau Bu prisli. Mereka pun langsung membuat kubu masing-masing.
"Oke, hari ini kita latihannya pake musik ya." Bu prisli menyuruh aku dan Ajay ke atas panggung, Bu prisli memperagakan bagaimana aku dan Ajay nanti. Setelah Bu prisli selesai memperagakan sampai akhir cerita, aku dan Ajay pun di pinta untuk menirukannya.
Diiringi instrumen dari lagu perfect, yang dimainkan dengan merdu oleh band teater.
Aku dan Ajay menghayati peran, bak Pangeran dan putri kerajaan. Semua anak teater tercengang melihat kami.
Hingga pertengahan akhir cerita dimana aku mulai luluh dengan segala perjuangan Ajay untuk mendapatkan cinta ku.
Ajay meraih tangan ku perlahan, tangan nya yang hangat dapat ku rasakan. Aku pun tak menolak pegangannya itu, kami saling menatap penuh rasa cinta. Ajay tersenyum tulus kepada ku, aku pun begitu.
Lalu Ajay melangkah untuk lebih dekat kepada ku, di peluknya aku perlahan aku pun begitu memeluknya kembali. Ajay mengelus rambut ku pelan, lalu tangannya yang satu melingkari pinggang ku.
Ku angkat wajah ku yang terbenam di dada nya, ku lihat wajah nya, Ajay tersenyum tulus membuat jantung ku berdegup kencang. Ajay membelai poni ku, memberi aba-aba scene kiss akan dimulai.
Aku mengubah posisi tangan ku, ku sentuh pipi nya, ku lingkari tangan ku di lehernya. Ajay menatap ku, aku pun begitu, Ajay menundukkan sedikit kepalanya agar aku bisa mencium nya.
"Stop." Bu prisli menghentikan aku yang baru saja ingin mendekatkan wajah ku pada Ajay.
Aku bergegas melepaskan pelukan ku, ajay pun begitu melepas pelukannya.
"Scene kiss nya pas gladi kotor aja, oke!" Bu prisli terkekeh lalu melihat ke arah anak teater yang ada di bawah panggung, aku dan Ajay pun begitu.
Wajah mereka datar dan melongo, mereka terkagum dan bawa perasaan melihat aku dan Ajay. "Loh, bukannya ngerjain tugas malah melongo, dasar bawa perasaan kalian semua." Bu prisli terkekeh lagi saat mengucapkannya.
"Bu, saya hampir gak konsen Bu hahaha," kata salah satu dari anak band teater. Merek tertawa kecil. "good job," Niken bertepuk tangan melihat adegan yang kami main kan tadi. "Gue kira kalian dua baru aja jadian haha," Niken tertawa dan memekik senang melihat adegan romantis tadi.
Aku hanya tertawa kecil menutupi rasa malu dan gugup, sementara Ajay hanya berdiri melihat ku dengan wajah santai.
"Yaudah, kalian dua Bantuin bikin dekorasi sana, kalian sudah aman jadi kita ulang adegan lagi pas gladi kotor. Plus scene kiss nya, Oke!" Bu prisli terkekeh lagi.
Ajay langsung pergi ke kubu dekorasi, sementara aku mengikuti dari belakang.
Setelah itu Bu prisli langsung mendatangi kubu paduan suara, mengajak mereka mendekati kubu band. Lalu melatih mereka untuk menyanyikan lagu perfect Ed Sheeran.
Aku dan yang lain pun mulai membuat dekorasi. "keren banget kalian tadi suer, baper gue," Niken memekik senang, sementara itu Ola dan dua temannya memasang raut wajah tak suka.
"Apa tips nya nih? Biar bisa kebawa peran gitu? Jatuh cinta? Jantung berdebar? Saling suka? Atau- sama-sama mau?" Niken meledek lalu terkekeh. "Kenapa? Ngiri?" Ajay bertanya, sontak aku kaget mendengarnya. Ola dan kedua temannya pun begitu.
"Iya banget, kasih gue tips ciuman kayak tadi dong. Yah walaupun kalian belum sempat ciuman sih, tapi kalau itu keterus pasti kalian udah tau kan selanjut nya bakal ngapain hahaha," Niken semakin meledek, ia terkekeh. Pipi ku memerah, aku merasa malu dan aku pun hanya senyum-senyum sendiri.
Ajay langsung melihat kearah ku datar, "kenapa? Kamu mau ajarin dia?" Tanya Ajay yang baru saja memergoki aku yang sedang senyum-senyum sendiri.
"A-apa? A-aku? Aku gak pernah ciuman." Niken tertawa mendengar jawaban ku yang polos itu. "Duh gila! Kalian sama-sama gak pernah ciuman dong!" Niken kembali tertawa, karena aku dan Ajay rupanya sama-sama tidak pernah ciuman.
"Emang kamu gak pernah ciuman?" Tanya ku polos sambil melihat ke Ajay dan tangan ku refleks memegang pahanya.
"Dasar bodoh, emang nya itu penting?" Ajay menjawab pertanyaan ku ketus, di tepisnya tangan ku tadi.
Niken terkekeh melihat aku dan Ajay, kami dua bisa dibilang serasi dengan sifat kami yang satu terlalu polos dan bodoh, yang satu lagi terlalu santai dan tidak peduli terhadap apa itu percintaan, dan yang paling utama adalah mereka sama-sama jomblo dan tidak pernah pacaran.
Walaupun aku sudah beberapa kali mengalami cinta monyet, tetapi aku tak pernah pacaran, hanya dekat saja setelah itu aku di jauhi karena sifat ku yang kaku.
Berbeda dengan Ajay yang tak pernah menyukai seorang wanita, sehingga ia benar-benar tak tau soal percintaan.
"Berarti nanti, first kiss kalian dua. Waw!" Niken memekik senang, karena aku dan Ajay akan melepaskan first kiss kami saat gladi kotor nanti.