Setelah selesai mengeramas rambut Sega, kia pun keluar dari kamar mandi dan langsung mencari sisir.
Sega pun mengikuti kia setelah memakai piyama. "Cari apa?" Tanya Sega. "Nyari sisir," jawab kia sambil membalik kan badannya menghadap Sega.
"Ada di kamar," kata Sega sambil menunjuk letak kamar nya. Kia pun langsung berjalan ke arah kamar Sega, lalu mengintip disela-sela pintu yang ia buka sedikit.
"Boleh masuk?" Tanya kia yang tau bahwa sedari tadi Sega berada di belakang nya. "Boleh," jawab Sega santai.
Kia pun langsung memasuki kamar Sega dan menutup kamar Sega dengan gesit.
"Loh, ki! Kok di kunci?" Tanya Sega yang berusaha membuka pintu. "Jangan ikut masuk, ntar kamu mesum lagi!" Teriak kia dari dalam kamar membuat Sega terkekeh.
Namun alangkah terkejutnya kia setelah ia mengambil sisir dan membalikkan badannya ternyata Sega sudah berada di dalam kamar.
Sega memperlihatkan kunci serep yang ada di tangannya kepada kia yang memasang wajah heran.
"Dasar licik," gerutu kia dan langsung menghampiri Sega yang tengah berdiri disamping tempat tidur.
"Kau! Dasar rubah!" Gerutu kia sambil memukul dada kekar milik Sega. Setelah beberapa pukulan mengenai dada nya, Sega langsung menahan tangan kia.
"Kamu belum pernah liat rubah makan kancil hah?" Tanya Sega dengan senyum meledek. "Sega," ucap kia lirih mendengar perkataan Sega.
Cup....
Sega mengecup bibir kia. Kia hanya diam mematung menikmati kecupan itu.
Sega pun melepas kecupannya, karena tak ada respon dari kia.
Kia membuka matanya yang tertutup tadi dan membalas tatapan datar Sega.
Di gantungannya kedua tangannya di leher Sega. Dan ciumannya pun mendarat perlahan di bibir Sega, ciuman kemesraan dan kasih sayang itu kian memanas.
Sega dan kia kini telah merebah diatas tempat tidur putih nan empuk milik Sega.
Aku mencintai mu. Haruskah aku merelakan satu-satunya milik ku yang berharga ini? Tanya kia dalam hati.
Tangan kiri Sega menahan badannya agar tak sepenuhnya menindih kia. Sementara tangan kanan nya asik membelai rambut panjang kia.
Tangan kia pun tak kalah dari Sega. Tangan kia mulai meraba bahu kekar Sega kian lama kian turun dan mulai membelai lembut dada kekar milik Sega.
Tangan kia pun mulai mencoba melepas piyama yang Sega kenakan. Dengan cepat ciuman panas antara kedua nya di hentikan Sega.
"Apa yang kau pikirkan kia?" Tanya sega dengan wajah nya yang terheran-heran.
Kia hanya membisu menatap Sega datar. Pikirnya Sega saat ini menginginkan satu-satunya hal yang berharga milik nya itu.
"Aku mencinta mu," kata Sega dengan wajah yang masih terheran-heran.
"Dan merusak mu bukan bagian dari cinta," kata Sega lagi. Kia hanya diam menatap Sega dengan sendu.
Ia tak habis pikir respon Sega begitu luar biasa. "Jika aku harus merampas benda berharga mu, itu akan ku lakukan nanti. Di saat kau sudah menjadi milik ku seutuhnya," terang Sega.
"Maafkan aku," ucap kia lirih dengan mata berkaca-kaca. Sega tak membalas ucapannya, ia hanya mengecup kening kia lalu bangkit.
"Aku mau ganti baju dulu, nanti kita ke mall. Kamu masakin aku," kata Sega sambil membuka lemarinya.
Kia pun bangkit dan langsung menghampiri Sega. Ia memeluk sega yang masih sibuk memilih baju.
"Aku mencintai mu," kata kia dengan suara yang sedikit terisak. Tangis haru nya tak bisa ia tahan lagi.
"Aku juga mencintai mu," jawab Sega sambil mendekap kia dalam pelukannya.
~
Yura memperhatikan kedua lelaki kesayangan nya itu, mereka tampak kompak membereskan dapur. Yang satu mencuci piring dan yang satu membilas piring.
"Yaudah, om jalan dulu ya. Mau ketemu teman," kata papa sambil menepuk bahu Ajay yang sedang menyimpun piring pada tempat nya.
"Teman atau..." Ledekan Ajay tak sampai pada titik darah penghabisan. Karena, keburu di potong oleh papa.
"Gua gibang lu," kata papa sambil mengeluarkan otot nya yang hampir ditutupi lemak dan daging.
Ajay terkekeh melihat kelakuan calon mertua nya yang seperti anak muda itu.
Aku pun ikut tertawa melihat kelakuan papa. "Yura, papa pergi dulu ya," kata papa sambil menyodorkan tangannya.
"Iya pa, hati-hati ya," kata ku sambil menyalim tangan papa. Papa pun dengan langkah panjang nya berlari meninggalkan ruang makan.
"Ra, ni minum susu dulu," Ajay menyodorkan susu putih kepada ku. "Makasih," ucap ku sembari tersenyum dan mengambil susu itu dari tangan Ajay.
"Iya, sama-sama," jawab Ajay lalu duduk di samping ku. "Gimana kaki mu?" Tanya Ajay. "Udah bisa jalan kok. besok kayak nya udah bisa sekolah," kata ku.
"Baguslah, kirain masih sakit. Mau ku panggilin tukang urut yang kemarin," kata Ajay terkekeh.
Aku tak menjawab, aku hanya memasang wajah cemberut pada nya. Membuat ia kembali terkekeh.
~
"Hai, lama ya?" Tanya papa yang baru saja sampai di restoran tempat ia dengan seorang wanita itu janjian."Gak, aku baru aja sampai," kata wanita itu yang umur nya tiga tahun lebih tua dari ayah.
"Baguslah, mau makan apa?" Tanya papa. "Aku sudah makan, pesan minum aja," jawab wanita itu disertai senyum nya.
"Sama," jawab papa dengan secepat kilat membalas senyum wanita itu.
"Gimana keadaan anak mu? Udah baikan?" Tanya wanita itu.
"Iya lumayan membaik," jawab papa. "Baguslah, aku mau jenguk kerumah rencananya," kata wanita itu.
"Nanti aja, kalau sudah siap. Sekaligus kasih tau tentang hubungan kita," kata papa.
Wanita itu terkekeh sembari mengangguk disertai senyuman.
Rupanya mereka berdua sudah menjalin hubungan dua bulan terakhir ini.
"Gimana anak mu?" Tanya papa balik bertanya. "Dia keluar tadi," jawab wanita itu.
Papa hanya mengangguk sambil memberi senyuman yang selalu saja membuat mata nya menyipit.
"Mata mu sipit ya, pantas saja anak mu mata nya sipit," kata wanita itu.
"Iya begitulah, mata yang hanya dimiliki oleh orang istimewa," jawab papa dengan terkekeh.
"Jadi maksud mu, aku dan anak ku tidak istimewa karena mata kami besar?" tanya wanita itu ikut terkekeh.
"Kalian itu dua kali lipat istimewa nya," gombal papa. Wanita itu hanya terkekeh dengan pipi yang mulai merona.
Tampaknya mereka berdua sudah saling mengenal satu sama lain dengan baik.
"""""""""""""""
Tebak siapa tuh si pacar babe nya Yura?Tinggalkan jejak yak ;)