Pagi ini, aku dan Kia tak berangkat bersama. Kia tengah sakit, dan aku berniat menjenguk nya sepulang sekolah.
Aku berjalan dengan langkah cepat menuju kelas, lima menit lagi bel masukan akan berbunyi.
Setibanya aku di dekat kelas, Ajay dan Niken sudah menunggu di depan pintu kelas ku. Dengan menambah kecepatan langkah ku, aku berjalan mendekati mereka.
"Bu, prisli suruh latihan pagi ini," kata Niken saat aku berada di samping nya. Sementara Ajay hanya diam melihat kami berdua.
Aku mengangguk lalu masuk kedalam kelas dengan cepat, ku keluarkan isi tas ku saat sudah tiba di meja ku.
Segera ku bawa dua celana olahraga yang terlipat rapi. "Nih," aku memberikan celana itu kepada pemiliknya kembali, yang tak lain adalah Ajay.
"Udah sarapan?" Tanya Ajay perhatian. "udah, kamu?" Tanya ku balik. Ajay mengangguk pelan sembari mengedipkan matanya.
"Ada apa disini?" Tanya Niken meledek. Ajay langsung mengusap wajah sahabat nya itu dengan kasar.
Niken memasang wajah cemberut sekilas dan berubah lagi dengan wajah penuh tanda tanya.
"Hmm- habis makan malam bareng jadi saling perhatian gitu ya," kata Niken yang mengikuti langkah Ajay yang mulai berjalan kearah WC. Aku pun begitu, mengikuti Ajay di belakangnya.
"Ikut," Niken memelas agar bisa masuk bersama ku ke dalam WC. Aku menggeleng cepat menolak permintaan nya.
Tapi Niken ngotot, ia menyerobot masuk kedalam WC. Dengan sigap Ajay menarik Niken keluar WC, dan menahan Niken yang berontak.
Aku tersenyum pada Ajay yang memasang wajah datar, lalu aku masuk kedalam WC dan mengganti pakaian ku.
Tak lama aku pun keluar, dan melihat wajah Niken cemberut. Ia memanyunkan bibirnya beberapa senti.
"Yuk," ajak ku sambil menggandeng tangan Niken yang sedari tadi bertumpu pada pinggang nya.
Niken menurut sambil memanyunkan bibir nya lebih dari tadi.
~
Kami pun latihan karena besok adalah hari mentas kami. Aku dan Ajay tidak sampai memperagakan scene kiss. Karena, nanti sore kami baru gladi bersih."Makan yuk, lapar nih." Niken menarik tangan ku dan Ajay. Aku pun hanya mengikuti tarikannya saja.
Sesampai di kantin aku bertemu sega tengah makan sendirian. Ku hampiri sega yang tak menyadari kedatangan ku.
"Ga, kia sakit," kata ku pada sega yang baru saja mengarahkan pandangannya padaku.
"Dia gak turun sekolah hari ini," kata ku lagi saat sega tak bereaksi sedikit pun.
Sementara itu ajay dan niken mengambil tempat duduk di paling pojok.
Sega menganggukkan kepalanya tanpa menjawab atau bertanya kepada ku, lalu melahap makanannya dengan cepat dan bergegas pergi dari kantin.
Aku terdiam melihat sikap sega yang aneh hari ini, sikap nya yang biasanya hangat berubah menjadi dingin kepada ku.
"Ra, sini!" Suruh niken yang melihat ku berdiri mematung di meja makan sega tadi.
Aku segera menghampiri ajay dan niken yang sudah menunggu ku dengan makanan yang sudah terhidang diatas meja.
Aku duduk di depan ajay dan disamping niken. Ajay menatap ku sinis, ntah apa maksud dari tatapannya itu.
Aku langsung menundukkan kepala ku dan melahap makanan ku dengan cepat.
"Uhuk-" aku tersedak karena terlalu terburu-buru menyantap makanan ku itu.
Ajay menyodorkan ku air putih, dan masih dengan tatapan sinisnya.
Aku segera meminum air putih itu tanpa memperdulikan tatapan ajay.
"Jay, jangan gitu dong liat nya!" Suruh niken dengan volume suara yang kecil.
Aku melihat ajay yang tak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari ku.
"Kasian yura tuh, yaelah. Cemburu amat," kata niken lalu menendang kaki ajay yang berada dibawah meja dengan keras.
Ajay tak bereaksi sedikit pun padahal tendangan itu pasti terasa sakit.
Aku berencana menarik kaki ku yang menjulur kearah kaki ajay, aku mencoba untuk bangkit dan beralasan bahwa aku kebelet ke wc.
Tapi baru saja aku mau menarik kaki ku, tiba-tiba ajay menahan kaki ku dengan kakinya. Di kapitnya kaki ku dengan kaki panjangnya itu.
Niken yang melihat itu pun pasrah, baru kali ini dia melihat sahabat nya itu bersikap seperti itu.
"Jangan coba-coba kabur." Aku dan niken terlonjak kaget ketika kalimat itu keluar dari bibir ajay.
Aku mengangguk paham dengan cepat tangan ku mengambil sendok milik ajay yang masih terletak di atas meja.
Ku kaut nasi dan beberapa lauk kedalam sendok makan ajay. Lalu ku suap kan ke ajay.
Ajay menerima suapan ku dengan matanya yang masih tertuju pada ku.
"Apa?" Tanya ku. aku mulai tak tahan dengan tatapannya itu. "Akh!" Aku memekik kesakitan, ajay mengapit kaki ku semakin kuat.
Niken yang melihat kami berdua pun hanya terkekeh dan membiarkan ajay melakukan apa yang di mau sekarang.
"Kenapa?" Tanya ku kali ini dengan nada lembut. Mendengar pertanyaan lembut ku itu, ajay langsung melepas kapitan nya.
Ia langsung merampas sendok makan nya yamg ada di tangan ku. Aku pun hanya memperhatikan berharap dia akan menjawab.
"Makan," suruh ajay dengan suara lembut. Aku pun hanya menuruti perintah nya, dari pada harus ditatap lagi.
Selesai makan ajay pun pergi membayar dengan uangnya sementara aku dan niken saling baku pandang.
Ajay memegang pergelangan tangan ku dan menarik ku pelan. Aku pun hanya mengikuti nya sementara itu niken langsung balik ke kelas karena tak mau mengganggu kami.
Ajay membawa ku ke taman sekolah, di dudukan nya aku di bangku taman.
"Kamu ada apa sama sega?" Tanya ajay to the point. Aku menggeleng cepat, "gak ada," jawab ku secepat kilat.
"Tadi ngomong apa?" Tanya nya lagi. "Ki- kia sakit," jawab ku terbata-bata.
Aku gugup dengan pertanyaan seperti ini, baru pertama kali aku di tanya seperti ini dengan lelaki.
Pertanyaan macam apa ini? Tanya ku dalam hati.
"Kia?" Tanya ajay lalu memegang sisi bangku yang ku duduki. "Pacarnya," jawab ku dengan cepat.
Ajay mengangguk mengerti, lalu ia melepas pegangannya pada bangku yang ku duduki.
"Ra," panggil ajay dengan tatapan nya yang kali ini serius. Aku menatap kembali ajay dengan badan yang terdiam kaku.
"Mau gak jadi pacar ku?" Tanya ajay. Jantung ku berpacu cepat seperti nya aku akan mati jika jantung ku ini lepas.
Aku terdiam bibir ku mengatup kuat, tak mampu ku gerakkan bibir ku itu.
Ajay masih diam menatap ku, dia masih menunggu jawaban ku. Aku pun begitu masih mematung dengan bibir ku yang sudah beku.
Hampir lima menit kami dua saling pandang, membuat ajay lelah menunggu.
Jari ajay sudah siap mengambil ancang-ancang untuk menyentil bibir ku yang mengatup itu.
"Jawab, atau ku sentil," ancam ajay sambil mendekatkan jarinya ke bibir ku.