Kiss

40 30 6
                                    

"makan yang banyak ya," suruh ibu kia sambil mengautkan makanan kedalam piring sega.

Sega pun mengambil dengan sopan piring yang di sodorkan ibu kia padanya.

"Teman sekelas?" Tanya ibu kia. Kia hanya diam tak menjawab sedangkan sega merasa kikuk.

"Enggak, tan. Saya kakak kelas kia," jawab sega dengan senyum kikuk. Baru sekali ini sikap damai sega berubah menjadi grogi.

"Loh, kirain temen sekelas hehe. Soalnya kia gak pernah bawa temen cowo kesini," Jelas ibu kia.

"Saya- saya, pacar kia, tante," jawab Sega ragu. Kia langsung tersedak dari makan nya.

"Oh pacar kia," seru ibu kia senang. Padahal ia sudah mengetahui nya sedari tadi.

Ibu kia langsung melihat kearah kia dengan senyum senang, kia menggeleng cepat berisyarat bukan.

Sementara sega hanya diam memperhatikan sikap kia. Ada rasa sedih dalam hati nya karena kia tak mengakuinya sebagai kekasih.

"Kia-" panggil ku dari luar. Ibu kia langsung bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri ku.

"Yura!" Pekik ibu kia senang dan langsung memeluk ku. "Aku bawain roti ni buat kia, tan." Ku berikan roti beserta susu kedelai.

"Yuk masuk, didalam juga ada pacar kia." Ibu kia langsung menggandeng ku dan membawa ku masuk kedalam.

"Yura," ucap kia saat ia melihat aku dan ibu nya memasuki ruang makan. Sementara sega langsung membalikkan badannya dan melihat kearah ku.

"Duduk sayang," suruh ibu kia dan ia mendudukan ku di samping kia.

"Kamu udah mendingan?" Tanya ku sambil duduk dan tak menghiraukan sega.

"Iya, cuma masih hangat aja suhu badan ku," jawab kia sambil menyuap kan makanan kedalam mulut nya.

"Kamu sakit apa, ki?" Tanya sega. "Loh, kia gak kasih tau?" Tanya ibu kia. Sega menggeleng pelan.

"Kok gitu sama pacar?" Tanya ibu kia heran. "Bukan, ma. Kalau pacar pasti kia kasih tau. Kan ini bukan pacar," jawab kia tajam.

Sega menahan nafasnya merasakan beberapa tusukan dalam di hati nya.

"Kok gitu sih ngomong nya? Kalau lagi berantem kan bisa ngomong baik-baik," ujar ibu kia.

Kia hanya diam mendengar perkataan ibu nya dan melanjutkan makannya. Sedangkan sega menghentikan makannya dan memilih untuk memperhatikan kia.

"Tan, saya pamit pulang dulu. Soalnya ada urusan." Sega bangkit dari duduknya dan langsung menyalim tangan ibu kia.

Sementara itu ibu kia merasa tidak enak pada sega.

Sega berlalu meninggalkan ruang makan dan melaju kencang sehingga suara motornya terdengar sampai kedalam rumah kia.

"Kia!" Hardik ibu nya. "Liat tuh, marah kan dia. Kamu gak kasian? Udah gak di bukain pintu, malah di omongin kayak gitu!" Ucap ibu kia kesal dan kecewa dengan sikap kia yang kekanakan.

Ibu kia langsung beranjak dari duduknya dan meninggalkan kami berdua diruang makan.

Setelah menemani kia menenangkan diri nya, aku pun pulang dan segera berangkat latihan.

~
"Hai, Ra," sapa Ajay yang sudah berada di teras rumah ku. Aku melangkah cepat kearahnya.

"Kok kamu disini?" Tanya ku. Ajay hanya tersenyum sambil mengangkat bahunya sekilas.

"Ada papa gak?" Tanya ku lagi. Ajay menggeleng seraya berkata, "kalau ada papa mu, pasti aku udah di bukain pintu."

Aku nyengir mendengar jawabannya, dan langsung membuka pintu rumah yang terkunci.

In a Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang