Aku Melihat Mu Lagi

7 4 3
                                    

Waktu menunjukkan pukul dua malam. Dengan semangat Ajay merebahkan tubuhnya di kasur, dari tadi tubuhnya terus meronta-ronta meminta diistirahatkan.

Ajay memandangi langit-langit kamarnya, langit-langit yang ia rindukan, langit-langit yang ia pandangi saat mengingatYura, baik kebahagiaan maupun kesedihan.

Langit-langit itu mampu menanggung beban-beban Ajay tanpa runtuh sedikitpun. Ajay tersenyum kecil lalu memejamkan matanya hingga tertidur lelap.

"Hai Ra," sapa Defan. Yura sedikit kaget dengan keberadaan Defan yang ada di depan rumahnya pagi-pagi sekali.

"Jam enam pagi fan," ucap Yura dengan ragu-ragu.

"Kenapa? Gak nyangka ya aku bisa bangun jam enam pagi?" Tanya Defan. Yura mengangguk sambil tersenyum kecil.

"Demi kamu," ucap Defan lalu mengacak-acak rambut Yura dan melarikan diri.

Beberapa minggu ini Yura membiasakan diri untuk lari pagi, Defan pun dengan susah payah memaksa dirinya bangun pagi agar bisa menemani Yura dan hari ini pertama kalinya ia berhasil memaksa dirinya.

Defan menguap beberapa kali, lalu menggelengkan kepalanya. Sementara itu Yura hanya memperhatikan wajah Defan yang sangat-sangat mengantuk.

"Apa liat-liat?" Tanya Defan sambil merapikan rambutnya.

"Muka kamu jelek," ledek Yura lalu melarikan diri. Defan langsung mengejar Yura dengan bersemangat.

"Mau kamu lari sampai ujung dunia, gak bakal aku biarin. Stay with me, Ra," kata Defan sambil memegang lengan Yura.

Yura hanya diam membisu sambil mengikuti langkah kaki Defan, sadar dengan keadaan canggung itu Defan pun memecahkan suasana sesegera mungkin.

"Ke sekolahan yuk!" Ajak Defan.

Dengan semangat Yura mengangguk lalu bersama-sama dengan Defan berlari kecil menuju sekolah.

"Hhh ... Capek banget," keluh Yura sambil melihat ke arah sekolah yang lumayan jauh.

"Sini aku gendong," tawar Defan lalu berjongkok membelakangi Yura.

Tanpa pikir panjang Yura naik ke atas punggung Defan, menyandarkan kepalanya pada bahu Defan dan memeluk lehernya dengan erat.

Defan berjalan dengan langkah normal, senyum terus mengembang di bibirnya. Menggendong Yura yang sedang lelah tidak pernah ada di imajinasinya sekalipun.

Tapi hari ini, bagaikan bayaran yang impas untuk bangun paginya.

~

Ajay membuka tirai kamarnya, dinding kaca tebal yang menampakkan apa-apa yang ada di depan rumahnya termasuk SMA tempatnya bersekolah.

Kenangan manis dan pahit, menghiasi sekolah itu. Baginya, sekolah itu adalah tempat ia mengekspresikan rasa cintanya pada Yura dan tempat Yura mengekspresikan bencinya pada Ajay.

Ajay menghela nafas dalam sambil menatap sekolah, hingga dua muda-mudi yang mendekati sekolah mulai mengalihkan pandangannya.

Seorang lelaki putih, tinggi dan berbadan tegap wajahnya sangat familiar walaupun Ajay tak mengenalnya sedangkan wanita yang ada dipunggung lelaki tersebut adalah wanita yang baru saja ia pikirkan.

Ajay menggelengkan kepalanya lalu menyipitkan matanya, barang kali ia salah liat. Ajay kembali memperhatikan dengan seksama, ternyata benar wanita itu adalah Yura.

Ajay mundur beberapa langkah ketika Yura mengalihkan pandangannya tepat ke kamar Ajay walau hanya beberapa detik.

Jantung Ajay berdebar dengan kencang, rasa sakit menusuk-nusuk dadanya. Hingga air matanya mulai menguap tanpa ia kehendaki.

Kali ini bukan tentang masalalu nya dengan Yura yang begitu menyakiti perasaannya, tetapi tentang laki-laki yang menggendong Yura dipunggungnya.

'secepat itu aku terlupakan,' rintih Ajay di dalam hati.

Ajay segara membalikkan tubuhnya lalu menuju ke kamar mandi. Sebelum rasa sakit itu menggerogoti seluruh tubuhnya.

Ajay menutup pintu kamar mandi lalu meringkuk dibalik pintu. Ia terisak-isak, menyadari bahwa ia telah dilupakan dan digantikan.

Ia menenggelamkan kepalanya ke dalam lipatan tangan yang dilipat diatas lututnya. Tubuh Ajay bergetar hebat, ia berusaha dengan keras menahan isakannya namun mampu ia tahan.

~

"Ma, dengar gak? Ada orang nangis dirumah sebelah!" Kata seorang gadis berumur lima belas tahun yang merupakan tetangga Ajay.

"Masa sih?" Tanya mama nya sambil mendekati anaknya.

"Dengar tuh! Jangan-jangan hantu yang nangis, kan orangnya gak ada," jawab gadis itu sambil menggeliat merinding.

"Ih kamu mah, jangan bikin mama takut!" Kata mama nya sambil menepuk lengan anaknya.

"Tau ah, takut!" Gadis itu langsung berlari menjauh dari jendela dapurnya.

"Gak kerasa udah satu tahun aja kita ninggalin ini sekolah, jadi rindu ngeliat wajah Yura disekolah setiap hari." Defan melirik ke arah Yura dengan malu-malu.

Raut wajah defan berubah ketika mendapati Yura tengah melamun sambil membelakangi sekolah. Defan melihat arah pandangan Yura yang terarah pada satu rumah besar di seberang jalan.

Defan menghela nafas berat, ia tau benar siapa pemilik rumah itu dan seperti apa hubungan Yura dengan pemilik rumah tersebut. Kisah cinta Yura dan Ajay pernah menjadi trending topik pada masanya.

Defan menepuk bahu Yura sekilas lalu meninggalkannya, ia berjalan ke arah jalan pulang. Langkah Defan sangat cepat dan penuh ketegasan, entah mengapa jika ia mengingat Ajay maka ia merasa musuh besar telah datang dan ia harus menjadi sosok yang lebih unggul.

Yura segera menyusul setelah menyadari bahwa Defan telah berjalan cukup jauh.

"Defan!" Panggil Yura sambil berlari kecil, namun Defan tak bereaksi sedikitpun.

"Fan!" Panggil Yura lagi sambil meraih lengan Defan membuat Defan menghentikan jalannya.

Defan melihat ke arah Yura dengan wajah datar, Defan terus diam menunggu Yura berbicara. Sementara itu Yura bingung harus memulai dari mana dan harus mengatakan apa.

"Pulang yuk, udah mulai panas ni." Defan memegang tangan Yura lalu berjalan perlahan, sementara itu Yura hanya mengikuti pergerakan Defan.

"Maaf fan," ucap Yura pelan.

Defan menghela nafas berat lalu mempererat pegangannya. "Semakin berat ujiannya, semakin erat peganganku. Kali ini gak boleh lepas," kata Defan dengan lembut tanpa melihat ke arah Yura.

Sementara itu Yura bingung harus merasa beruntung karena bertemu lelaki sebaik Defan atau merasa terbebani dengan usaha dan harapan-harapan Defan.

In a Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang