Ajay memasang dasinya dengan perlahan, matanya menatap ke arah cermin yang memantulkan dirinya.
Ekspresi tegasnya terpampang jelas dari pantulan cermin. Seakan-akan yang berada di dalam cermin itu adalah dirinya yang sebenarnya. Ajay mencoba menipu semesta.
Ajay berjalan ke arah tirai kamarnya lalu menutup tirainya hingga tak ada cahaya sedikitpun masuk ke dalam kamarnya.
Drrtt ...
Ponsel Ajay bergetar di dalam saku nya. Segera tangan Ajay mengambil ponselnya yang berada di balik jas nya.
"Saya sudah sampai di depan rumah bapak." Suara laki-laki muda itu terdengar kala Ajay mengangkat teleponnya.
"Iya, saya kesana." Ajay mematikan sambungan telepon dan segera menghampiri supir pribadinya.
Nampak laki-laki berbadan tegap dan berumur dua puluhan tengah berdiri di samping mobil. Ia membungkukkan badannya saat melihat Ajay menghampirinya.
Ajay mengangguk lalu supir pribadinya membukakan pintu mobil untuknya dan menutupnya kembali setelah Ajay masuk ke dalam mobil.
"Lain kali gak perlu bukain saya pintu, tunggu aja di dalam mobil," kata Ajay saat supir pribadinya sedang memasang sabuk.
"Baik pak." Laki-laki itu mengangguk mengerti lalu mulai menjalankan mobilnya.
"Nama kamu siapa? Supaya saya gak bingung manggil kamu," tanya Ajay.
"Nama saya Faris pak," jawabnya.
Ajay mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Sudah menikah?" Tanya Ajay lagi dengan tiba-tiba membuat laki-laki itu sedikit kaget.
"Sebentar lagi pak," jawabnya malu-malu.
Ajay menoleh kearahnya lalu mengangguk sambil tersenyum kecil. Sadar akan itu, laki-laki itu semakin merasa malu.
"Bapak sendiri?" tanya supir
Ajay diam sambil menatap lurus ke depan. Tak tergambar satu ekspresi pun di wajahnya, membuat sang supir menelan ludahnya sendiri.
"Saya masih menunggu wanita saya," jawab Ajay dengan tatapan mata yang kosong.
Sang supir yang melihat itu, hanya mengangguk dan enggan melanjutkan pembicaraan, karena Ajay terlihat seperti memiliki beban dalam percintaannya.
Setelah menempuh waktu dua puluh menit, akhirnya mereka sampai di perusahaan Ayah angkat Ajay, Tuan David Willson.
Faris keluar dari dalam mobil, lalu bergegas ke pintu mobil bagian Ajay duduk. Ajay memperhatikan perusahaan dari dalam mobil, lalu terlindungi oleh Faris yang hendak membukakan pintu mobil.
Mata Ajay menatap tajam ke arah mata Faris yang baru saja memegang gagang pintu mobil. Sadar akan kesalahannya, Faris langsung kembali berdiri tegap dan membiarkan Ajay membuka pintunya sendiri.
Ajay membenarkan dasinya, lalu membuka pintu mobilnya. Beberapa scurity menunduk ketika melihat Ajay keluar dari dalam mobil.
Ajay berjalan dengan langkah yang tegas penuh wibawa, poninya yang rapi serta disisir kebelakang membuat dirinya menjadi lebih berwibawa.
Kulit putih, bibir merah keungu-unguan dan hidung yang mancung membuat dirinya bagaikan cahaya diantara kegelapan, begitu menyilaukan. Tubuh tinggi dan tegapnya menambah ketampanannya diatas rata-rata.
Ajay berjalan memasuki perusahaan setelah scurity membukakan pintu, semua karyawan dan karyawati yang ada dilantai dasar langsung berdiri dan menghentikan pekerjaannya.