Percaya dalam Dilema

24 27 5
                                    

Setelah perdebatan tadi selesai akhirnya Ola pun di tes oleh bu prisli. "Bu, ini ada yang bocor deh atap nya. Saya kasih ember ya gantung diatas supaya gak netes ke lantai kalau bocor," kata kia.

"Iya pasang aja, atur." Bu prisli mengiyakan kata kia dan sibuk memulai tesnya. Jelas sekali Ajay tidak semangat dan tak ada gairah sedikit pun untuk melanjutkan tes ini.

Sementara itu kia sibuk membawa ember ke keran air. Mengisi nya lalu membawa nya kembali ke aula.

"Tolong ambilin tali tambang itu dong," pinta kia kepada Niken yang tadi nya fokus pada Ajay dan Ola.

Niken pun mengambil tali tambang itu dan memberikannya kepada kia seraya berkata, "sopan sedikit sama kakak kelas," ucap nya dengan nada rendah lalu meninggalkan kia begitu saja.

"Belagu," gerutu kia sambil mengikat tali itu pada ember. Lalu menaikan ember yang sudah terisi air itu ke atas.

Di ikatnya tali itu di belakang tirai panggung dimana ia nanti akan bertugas. Ia pun segera meninggalkan tali itu dan melakukan pekerjaan lainnya.

"Oke, Ola kamu lulus. Hari ini gak usah sampai scene kiss. Besok aja," ujar bu prisli.

Ola yang mendengar itu pun kesenangan dan tak sabar untuk berciuman dengan pujaan hatinya itu.

Lain dengan Ajay yang putus asa dan kesal dengan keputusan bu prisli. Bagi nya ini tak adil.

"Ajay sama Ola ikut ibu ke kantor, ambil kostum kalian." Kata bu prisli sambil berjalan keluar dari aula.

Ajay dan Ola pun mengikuti dari belakang. Ola selalu mengambil setiap kesempatan berada di dekat Ajay sementara Ajay selalu menghindar dari nya.

"Ini kostum kalian, bawa pulang ya. Jadi besok pagi ke sekolah udah harus pake kostum. Jangan sampai rusak," kata bu prisli.

Tanpa menjawab Ajay langsung mengambil kostumnya dan pergi. Ia tak tau bagaimana hancurnya perasaan ku saat mendengar kabar seperti ini.

Ola yang merasa keadaan sepi dan tepat baginya untuk mendekati Ajay pun mulai melakukan aksi nya.

"Jay, maaf ya. Harusnya tadi aku gak mengajukan diri," kata nya dengan nada sedih dan menyesal.

Ajay diam tak menjawab perkataan Ola ia hanya mempercepat langkahnya.

"Kamu jangan marah ya," kata Ola lagi. "Aku minta maaf, aku gaktau kalau kamu segitu gak suka nya sama aku," kata nya dengan nada rendah.

Ajay geram mendengar perkataan Ola itu. Ia pun menghentikan langkahnya dan menatap tajam Ola.

"Kamu sebenarnya tau kan kalau aku gak suka sama kamu, tapi kamu tetap keras kepala dan selalu ambil kesempatan," kata Ajay dengan suara nya yang sedikit nyaring.

"Perbanyak sadar diri mulai sekarang," pinta Ajay yang siapa pun mendengarnya pasti sakit hati sekali.

"Dan satu lagi, aku sudah tau siapa pelaku nya atas insiden tadi sore. Jadi jangan buat aku sampai angkat bicara soal itu," kata Ajay lalu meninggalkan Ola yang diam mematung.

Tangan Ola gemetar, rasanya ia akan jatuh. Kata-kata Ajay barusan sudah membuat hati nya tercabik-cabik.

~

Ting...

Ponsel ku berbunyi, segera ku ambil hp ku yang ku letakkan di samping bantal ku.

Sebuah notif dari Ajay muncul, bukan chat tapi video call. Aku pun segera mengangkat vc Ajay.

"Hai sayang, udah makan?" Tanya nya. "Sudah, minum obat juga sudah kok," jawab ku sambil tersenyum kepadanya.

Ajay tersenyum kembali kepada ku, beberapa saat kami saling senyum dan tak mengeluarkan sepatah kata pun. Hingga senyum Ajay mulai memudar.

"Kenapa?" Tanya ku saat melihat wajah nya berubah menjadi putus asa. "Keputusannya buruk," jawab Ajay dengan menundukkan wajah nya.

"Emang keputusannya apa?" Tanya ku penasaran. "Ola yang gantiin kamu," jawab Ajay dengan masih menunduk.

Sejenak aku terdiam jujur aku kecewa dengan kabar ini, ingin rasanya aku menangis.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana mereka harus berciuman di ending cerita.

Perih pasti nya.

"Sayang," panggil Ajay. Ntah berapa lama aku terdiam membisu hingga membuat nya memanggil ku.

"Aku gak akan turun besok kalau kamu gak suka. Aku juga gak suka harus adu peran sama dia," tutur Ajay.

Aku menggeleng cepat dengan seutas senyum yang di paksa kan. "Jangan gitu, kasian yang lain," kata ku.

"Kamu ngomong nya gitu, sama kayak bu prisli. Kamu gak ngerti gimana rasa nya jadi aku," kata Ajay yang kecewa dengan ku.

"Kamu juga gak tau kan, gimana rasanya jadi aku." Ucap ku dengan suara rendah.

Wajah kecewa Ajay seketika berubah menjadi wajah bersalah. "Sayang," ucap Ajay dengan suara serak basahnya.

"Apa?" Tanya ku kesal. "Maaf," ucap Ajay. Suasana kami seketika berubah drastis. Rasanya ini titik paling berat di hubungan kami.

"Kamu jangan egois, kamu pikirin aku juga. Kita sama-sama sakit," kata ku dengan air mata yang mengalir.

"Aku minta maaf, kamu jangan nangis ya. Aku minta maaf, aku bakal nurut kamu nyuruh aku apa aja. Tapi jangan nangis," pinta Ajay suara serak nya semakin jadi. Aku tau dia juga menahan sakit nya sendiri.

"Aku gakpapa, aku gak marah kamu adu peran sama dia. Besok kamu harus turun dan jalanin tugas kamu. Kita gak boleh bawa-bawa hubungan kita ke organisasi yang sekarang kita jalanin." Kata ku dengan suara yang serak akibat menangis.

Sementara itu Ajay masih diam dan menyimak omongan ku. "Jadi aku minta sama kamu, ikut mentas besok. Aku tau kok kamu gakmau, makanya aku bolehin kamu mentas besok. Karena aku percaya," kata ku lagi dengan air mata yang masih saja mengalir.

"Iya, aku mentas besok. Tapi sudah nangisnya, kalau kamu masih nangis aku gak bakal turun besok," kata Ajay. Aku pun segera menghapus air mata ku dan menahan air mata yang ingin menyusul untuk jatuh.

"Makasih ya sayang udah percaya sama aku. Aku minta maaf juga sudah egois kayak tadi," kata nya menyesal.

Aku pun mengangguk sambil tersenyum kecil. "Yaudah, kamu tidur ya. Besok pulang sekolah aku kerumah kamu," kata Ajay dengan senyum terbaiknya.

"Iya sayang, kamu kapan tidurnya?" Tanya ku. "Ntar, habis pulang dari sini aku langsung tidur. Mau bantu dekor dulu bentar," jawab Ajay. Sambil menunjukkan aula yang ramai dengan manusia.

Ia sedari tadi duduk di samping aula, "yaudah, hati-hati ya," kata ku. "Iya, good night sayang," ucapnya.

"Iya, good night juga." setelah mengucapkan itu aku segera mematikan vc kami.

Dan mulai menumpahkan air mata yang sedari tadi memaksa keluar. Sedangkan Ajay langsung beranjak dari duduknya dan masuk kedalam aula dengan perasaan yang kecewa.

°°°
Hi guys :)

Jangan lupa vote dan coment ya. Semuanya sangat berarti buat saya :)

Makasih :)

In a Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang