Teater

55 44 20
                                    

"semua siswa-siswi diharapkan untuk berkumpul di lapangan sekarang." Suara kepala sekolah terdengar di pengeras suara, guru yang berada di dalam kelas pun mempersilahkan kami untuk keluar.

Semua siswa-siswi riuh di lapangan, aku dan Kia pun sama ikut riuh membicarakan hal yang kurang penting.

Kepala sekolah pun mengumumkan, akan ada pertunjukan teater di hari terakhir sekolah sebelum libur panjang dan siapa yang mau ikut teater diharapkan untuk segera mendaftar di aula. Lalu membubarkan seluruh siswa.

"Panggilan untuk Yura kelas XI IPS, untuk segera ke aula." Pengeras suara kembali terdengar, "Ra, kamu di panggil tuh. Kayak nya disuruh ikut teater." Kia mendorong ku pelan.

Aku segera pergi ke aula, dengan niatan akan menolak apabila disuruh mengikuti teater. Setiba aku disana, ibu prisli sebagai pembimbing teater sudah menunggu ku didalam aula.

Aku menghampiri ibu prisli yang sedang sibuk menyeleksi siswa-siswi yang akan ikut mentas 10 hari yang akan datang.

"Permisi Bu," ucap ku, ibu prisli langsung melihat ke arah ku dan tersenyum senang.

"Yura!" Pekik nya senang, "kamu ikut teater ya, jadi pemeran utama wanita oke." Pinta ibu prisli to the point.

Aku tersenyum kikuk, "eng- enggak Bu," tolak ku. Ibu prisli langsung memasang wajah cemberut yang di imut-imut kan.

"Baik lah. Padahal ibu berharap banyak." Ibu prisli tersenyum tegar. Mendengar jawaban ibu prisli aku pun hanya tersenyum kikuk, dan membalikkan badan ku.

Bertepatan dimana aku mau meninggalkan aula, disitu juga Ajay datang dengan beberapa anak lelaki.

Ia berjalan kearah ibu prisli dan melewati aku yang sedang mematung, "ada apa Bu?" Tanya Ajay.

"Ajay!" Ibu memekik senang, sama seperti dia memekik karena melihat ku tadi.

"Jadi pemeran utama lelaki ya nak," pinta ibu prisli sambil memasang raut wajah memelas.

"Baiklah," jawab Ajay setelah beberapa detik berpikir. "Tapi sayang banget, yang mau ibu jadi kan pemeran utama cewe, malah menolak. Padahal ibu sudah memastikan kecocokan kalian." Ibu prisli melihat ku yang membelakangi mereka.

"Berubah pikiran, Yura?" Tanya ibu prisli, ia tau pasti semua wanita yang berada di posisi ku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan seperti ini.

Aku membalikan badan ku, "baiklah, kalau ibu memaksa," Jawab ku sok jual mahal. Ibu prisli hanya terkekeh melihat reaksi ku.

"Oke semua nya silahkan berkumpul membentuk bundaran," perintah ibu prisli. Kami semua pun segera membentuk lingkaran dengan cepat.

"Kalian berdua, pemeran utama. Kalian khusus duduk ditengah-tengah lingkaran." Semua orang melihat kearah aku dan Ajay yang mengambil posisi di tengah.

Beberapa wanita di lingkaran itu melihat ku dengan sinis, berbisik-bisik kepada teman-teman nya.

"Mereka berdua lah pemeran utama kita, kita akan mementaskan drama percintaan. Tidak secara dialog, melainkan memakai audio dengan lagu romantis. Jadi disini kita memakai gestur." Jelas ibu prisli.

"Jadi nanti Ajay akan berperan sebagai seorang lelaki yang jatuh cinta pada pandangan pertama dan mengejar-ngejar cinta Yura. Sedangkan Yura akan bersikap jual mahal sebelum akhirnya luluh. Jual mahal ya, Yura, seperti tadi." Ibu prisli kembali terkekeh.

Ajay menoleh ke arah ku, wajah ku memerah malu. Aku menundukkan kepala, tak berani menoleh kearahnya.

"Oke, cukup lihat-lihat nya." Ibu prisli menyadari Ajay yang sedari tadi melihat kearah ku. Semua orang yang mendengar ucapan ibu prisli malah terkekeh, kecuali ketiga wanita yang berada didepan ku.

Ajay mengalihkan pandangannya dengan santai. "Jadi, kalian ibu tugaskan sebagai paduan suara." Ibu prisli menunjuk lima wanita yang duduk sejejer.

"Kalian, tugasnya dekorasi panggung aula ini." Ibu prisli menunjuk lima wanita lagi termasuk ketiga wanita yang melihat ku sinis dan lima lelaki.

"Kalian, sudah tau kan kenapa ibu panggil kesini." Ibu prisli menunjuk tiga lelaki yang datang bersama Ajay tadi.

Mereka mengangguk paham, dan kami pun memulai latihan. Sebelum itu, ibu prisli membagi teks berisi lirik lagu yang akan di nyanyikan paduan suara.

Kami dibagi menjadi beberapa kubuh, agar fokus pada tugas masing-masing. Sementara itu, bagian dekorasi di perintahkan membuat beberapa dekorasi dari kerajinan tangan sendiri. Dan ketiga lelaki yang datang bersama Ajay, pergi ke gudang sekolah untuk mengambil peralatan band.

Aku dan Ajay berada di atas panggung sementara yang lain dibawah, ibu prisli memberi arahan apa yang harus kami lakukan. Ia memperagakan bagian ku, dimana aku naik dari tangga yang berada disamping panggung, diperagakan nya seanggun-anggun mungkin sambil memperagakan bagaimana memegang gaun dan seterusnya.

"Oke, sekarang bagian Ajay lagi." Ibu memperagakan bagaimana seorang lelaki yang berdiri dengan gagahnya, dan tak sengaja melihat kearah dimana nanti aku akan datang. Ibu meminta kepada ajay untuk memasang raut wajah yang benar-benar terpana seakan-akan jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Ayok, sekarang kita coba yah." Ibu prisli langsung berdiri di tengah-tengah panggung bagian belakang.

Aku turun dari tangga dan Ajay bersiap-siap diposisi nya.

"1-2-3," aba-aba selesai. Aku langsung melangkah menaiki panggung, secara perlahan.

Menaiki tangga layaknya wanita anggun, ku peragakan bagaimana tangan ibu prisli tadi yang seolah-olah memegang gaun.

Ajay melihat kearah ku, menatap mata ku dalam. Dan wajah nya benar-benar menunjukkan bahwa ia sedang terpana.

Ibu prisli tersenyum kecil melihat kami berdua yang tampak menghayati peran.

Ajay yang sedari tadi berdiri tegap menghadap ke depan, mengubah badan nya kearah ku, kaki nya berjalan pelan tapi pasti, ia tampak seperti pangeran yang sedang menghampiri ku.

Ia tersenyum seolah-olah ia sangat mengagumi kecantikan ku. Aku pun berjalan pelan kearah nya dengan wajah datar, seperti yang ibu prisli peragakan. hingga kami benar-benar dekat saling menatap satu sama lain.

Ajay lalu mengambil tangan ku pelan, aku terdiam jantung ku berdegup kencang. Rasanya seperti nyata, bukan karena naskah drama yang harus kami ikuti. Tapi seolah-olah seperti kemauan sendiri.

"Stop!" Ibu prisli menghentikan adegan kami, membuat Ajay mengarah kan pandangannya kepada ibu prisli dengan tangan yang masih memegang tangan ku.

Ibu prisli berjalan kearah kami dengan cepat, "kamu jual mahal, yura-" lirih ibu sambil menepis tangan Ajay yang memegang ku hingga pegangan itu terlepas.

Aku tersenyum kikuk, aku merasa malu dan wajah ku memerah. Ajay terkekeh melihat reaksi ku. "Kayaknya tadi ibu gak ada peragakan menepis tangan," kata Ajay, ia kembali terkekeh karena ibu prisli bersikap seolah-olah semuanya salah ku.

"Benarkah?" Tanya ibu prisli, dia memang sedikit plin-plan. Ajay kembali terkekeh, wajah ibu prisli kala itu tampak seperti tak berdosa.

"Baiklah, anggap itu gratisan." Ibu prisli menatap ku, lalu terkekeh. Guru ini benar-benar membuat ku malu, dia terus-menerus mengejek ku.

Suara berisik dari pintu masuk mengalihkan perhatian kami, ketiga lelaki tadi datang membawa peralatan band.

Ibu prisli langsung meninggalkan kami, dan mendekati ketiga lelaki itu sambil meminta anak lelaki dibagian dekorasi membantu mereka.

Sementara itu aku masih menundukkan kepala ku, menahan malu.

"Kalau gak tahan, mengundurkan diri saja," kata Ajay dan berlalu meninggalkan ku, ia pergi kearah anak lelaki yang sibuk memasukan alat musik.

Aku melihatnya sinis, dia menantang ku? Tanya ku dalam hati. Atau sedang merendahkan ku? Tanya ku lagi. Baiklah, aku akan tunjukkan kelebihan ku. Akan ku buat kau jatuh cinta. Kata ku dalam hati dengan percaya diri.

In a Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang