Yura terdiam, jantungnya berdegup kencang, 'mustahil' ucapnya dalam hati. Ajay masih menatap Yura dengan tatapan sendu, tangis nya pecah lagi membuat lamunan Yura buyar. Segera Yura peluk tubuh Ajay yang bergetar hebat, tubuh yang hendak roboh namun berusaha tegar, Yura peluk dengan erat tubuh rapuh itu seolah-olah ia menyalurkan sedikit kekuatan untuk tubuh rapuh itu.
Jantung Yura kembali berdegup kencang saat tangan orang rapuh itu berbalik memeluknya, "te-ri-makasih." Ucapan yang sedikit terbata-bata itu keluar dari bibir Ajay. Mendengar itu Yura semakin memeluk Ajay dengan erat, sambil mengangguk lalu mengelus lembut rambut Ajay.
~
Akhirnya semua orang kembali kerumah masing-masing, Yura masih berdiri di samping Ajay yang berdiri mematung di depan pintu rumahnya. Yura pegang bahu Ajay, membuat Ajay sedikit bereaksi.Ia menoleh kearah Yura, "pulang lah, aku ingin sendiri." Pinta nya dengan wajah datar disertai tatapan yang datar pula. Yura mengangguk sambil tersenyum, walaupun ia sedikit kecewa tetapi ia berusaha memahami apa yang tengah Ajay rasakan.
Kia memegang tangan Yura lalu membawa Yura pergi dari rumah Ajay. Yura diam membisu di atas motor, ia pejamkan matanya, ia rasakan angin yang menyentuh wajahnya dengan lembut, sesekali kejadian tadi muncul di ingatan Yura secara acak. Membuat air matanya jatuh kepipi dan terbawa angin.
Malam pun tiba Yura dan Kia jalan-jalan untuk merefresh kan sedikit pikiran yang kacau.
"kemana?" Tanya Yura.
"Mutar-mutar," jawab Kia singkat sambil menjalankan motor.
"Ki, lewat rumah Ajay!" Ajak Yura.
Mereka berhenti tepat di depan sekolahan yang berseberangan dengan rumah ajay. Yura melihat rumah Ajay yang tampak sunyi, dan tampak satu jendela yang terletak di lantai atas, lampu di ruangan itu redup, tiba-tiba saja kejadian tadi siang muncul di ingatan Yura.
"Ki, yuk jalan lagi," ajak Yura, lalu Kia menjalankan motor.
Saat di dekat taman kota yang tak jauh dari rumah ajay, motor Yura mati mendadak.
"Kenapa Ki?" Tanya Yura sambil turun dari motor.
"Gak tau nih, mati sendiri." Kia mencoba menstater namun motor Yura tetap gak bisa menyala.
Saat Yura dan Kia sedang sibuk memeriksa mesin motor, suara langkah kaki terdengar sedang berjalan kearah mereka.
"Kenapa dek?" Tanya lelaki di belakang mereka, Yura dan Kia pun menoleh kebelakang bersamaan.
Ajay sudah berdiri di belakang Yura dan Kia, di tatap nya mata Yura dengan tatapan datar.
"Motor kami gak mau nyala, kak." Kia membuka suara untuk memecahkan keadaan yang hening tadi.
Ajay mendekati motor dan Kia pun bergegas beranjak dari posisi nya. Ajay berjongkok disamping Yura, lalu memeriksa mesin motor Yura. Yura hanya diam menatap wajah Ajay dari samping, terlihat tampan dan bersinar, lagi-lagi sinar itu datang ntah dari mana.
"Ra, aku sakit perut nih, aku pulang duluan ya," kata Kia sambil memegang perut, Ajay pun menoleh ke arah Kia yang berakting.
"Kakak, tolong bantuin temen saya ya," Pinta Kia lalu pergi begitu saja, Yura yang melihat kepergian Kia hanya tersenyum tipis, Kia memang cerdas dalam hal menipu.
Yura kembali menatap wajah Ajay yang serius memeriksa mesin motor Yura. Wajah serius nya menambah ketampanan yang ia miliki, jelas saja banyak wanita yang menyukai nya. Karena, dari segi mana pun wajah Ajay tetaplah tampan.
"Motornya dibawa ke bengkel aja," Kata Ajay lalu melihat kearah Yura, membuat Yura tersontak kaget, pipinya memerah, Yura baru saja kepergok sedang memperhatikan Ajay. Sementara itu Ajay masih setia melihat ke arah Yura, menanti jawaban darinya.
"Eh- iya di-dimana bengkel?" Tanya Yura, lalu bergegas bangkit. Ia celingak-celinguk melihat jalan yang sepi tak berpenghuni. Sebenarnya, hanya untuk menutupi rasa malunya.
Ajay ikut bangkit dan melihat sekitar, "bengkel disana, lumayan jauh." Ajay melihat jalan di depan mereka, ntah sejauh apa yang Ajay maksud karena tak nampak sedikit pun keberadaan rumah disana.
Ajay segera mendorong motor Yura, "gak usah kak, biar aku aja yang dorong," kata Yura tak enak lalu mendekati motor.
"Nih." Ajay berhenti mendorong dan menawarkan untuk berganti posisi.
'What!!!' Jerit Yura di dalam hati.
'gak ada romantis nya sama sekali!' Gerutu Yura.
Ajay menatap Yura yang terdiam mematung, "kenapa?" Tanya Ajay, membuyarkan lamunan Yura.
"Gak papa," jawab Yura sambil menggelengkan kepalanya. Yura segera ke posisi ajay dan menggantikannya.
Lama mereka berdua tak bicara dan Yura mulai lelah mendorong motor yang lumayan berat itu, keringatnya menetes banyak sekali.
"Sini," pinta Ajay untuk berganti posisi lagi, lalu segera mengambil alih mendorong motor.
Belum sampai tiga menit mereka sudah sampai di bengkel, rupanya Yura tak sadar kalau tadi mereka sudah hampir sampai.
'Licik!' Gerutu Yura dalam hati sambil melihat Ajay yang sibuk menstandarkan motor.
Ajay lalu berjalan kearah lemari pendingin dan mengambil dua botol Aqua sedang, sementara itu Yura langsung duduk di bangku tunggu yang ada di bengkel itu. Ajay memberikan Aqua itu pada Yura, dengan wajah yang kesal Yura melihat Ajay lalu mengambil aqua itu. Ajay terkekeh melihat raut wajah Yura, seolah-olah puas telah mengerjainya.
Dia lalu duduk di samping Yura. "Kalau sama pacar mu, mungkin kamu gak akan disuruh dorong motor." Ajay terkekeh saat mengatakan hal itu, yang sontak membuat Yura sedikit kaget.
"Pacar?" Tanya Yura dengan nada kesal dan suara yang kecil.
"Sega," jawab Ajay yang mendengar pertanyaan Yura tadi. Yura menoleh kearah Ajay, dan Ajay balik menoleh ke arah Yura.
"Sega itu teman," Jawab Yura dengan wajah yang masih kesal, Ajay menaikkan sebelah alisnya.
"Ohya? Aku hampir di tinju olehnya karena kau." Ajay mengatakan hal itu dengan santai lalu meminum Aqua di genggamannya.
"Aku?" Tanya Yura bingung, wajah kesalnya tadi berubah jadi wajah bingung saat mendengar perkataan Ajay.
"Ya, kamu gak ingat waktu kamu jatuh di lapangan futsal?" Tanya ajay.Yura pun malu ketika mengatakan tragedi itu.
"Dia datang dan bilang jangan ganggu pacarnya. Memang nya siapa lagi yang dia maksud selain kamu yang waktu itu ku tolong." Ajay kembali meminum Aqua di genggamannya itu.
"Dia bukan pacar ku," Kata Yura mencoba menjelaskan.
"itu urusan mu," jawab Ajay yang membuat Yura kecewa dan kesal.
'Apa maksudnya urusan ku? Apa aku tidak penting?' Tanya Yura dalam hati. Ajay lalu bangkit dari duduk nya.
"motor mu sebentar lagi selesai. Aku balik duluan." Ajay pergi meninggalkan Yura begitu saja, Yura perhatikan kepergian Ajay yang berjalan sambil menundukkan kepalanya, Yura melihat tubuh Ajay yang masih rapuh itu.
"Dek, motornya udah selesai." Kata seorang pekerja di bengkel itu. Yura pun segera membayar biaya perbaikan lalu menjalankan motornya dan pulang kerumah.
~
"Makasih ya Ga," ucap Kia lalu tersenyum kepada Sega.