Setelah sampai dirumah ajay menggendong ku dengan posisi yang sama, di bawa nya aku ke dalam rumah ku.
Niken dan Oji pun mengikuti kami dari belakang. "dimana kamar mu?" Tanya Ajay. Aku pun menunjuk kearah atas yang dimana kamar ku ada di lantai atas.
Ajay pun melangkah pelan menaiki tangga, dengan sedikit gemetar. "Berat ya?" Tanya ku. Ajay menggeleng pelan.
"Bohong," gerutu ku. "Gak berat kok, biasa nya juga aku gendong mama gajah. Jadi, biasa ini mah kalau cuma gendong anaknya aku masih sanggup," ledek Ajay sambil terkekeh.
"Berarti kamu gak waras, mau sama anak gajah," ucap ku kesal. Ajay hanya terkekeh sambil menggeleng pelan.
Saat sudah tiba di kamar Ajay membaringkan aku di kasur. "Ken, kamu jagain dia ya. Aku sama Oji di bawah, gak enak kalau di sini," ucap Ajay lalu mengecup kening ku dan membawa Oji keluar.
"Cowok kayak gitu harus di pertahanin ra," kata Niken. Aku pun mengangguk setuju dengan perkataannya.
"Ra, kamu kok bisa jatuh sih?" Tanya Niken penasaran. "Kepeleset," bohong ku.
"Jangan bohong Ra," ujar Niken yang tau aku tengah berbohong. "Tapi janji ya, kalau aku kasih tau. Kamu jangan berbuat macam-macam," pinta ku sebelum mengakui nya.
"Iya janji," janji Niken. Aku pun menceritakan kejadian yang sebenarnya. Niken pun bereaksi sama dengan Ajay, dia marah.
"Kurang ajar emang tu cewe, kebelet mati kayak nya." Ucap niken sambil menjagur telapak tangannya sendiri.
"Udah, jangan gitu. Ntar aku ngomong empat mata sama dia. Kamu gak usah lakuin apa-apa, ya. Please, jangan kasih tau yang lain juga," pinta ku. Niken pun mengangguk lesu, dia ingin sekali menghajar Ola.
"Lo itu bisa di bilang bego karena baik Ra," tutur Niken. Aku hanya tersenyum kecil, aku paham apa yang Niken maksud.
"Ken, mau mandi," kata ku. "Mandi sama gue?" Tanya niken menggoda. "Apaan sih?" Gerutu ku. Niken mulai lagi dengan kejailannya.
"Yaudah, terus apa?" Tanya Niken dengan sedikit terkekeh. "Bantuin ke kamar mandi," pinta ku. Niken pun membantu ku ke kamar mandi, mengisikan bak mandi ku lalu meletakkan ku di dekat bak mandi dan keluar dari kamar mandi.
~
"Bisa masak kamu?" Tanya Oji saat melihat Ajay tengah memotong kentang dan wortel."Bisa, kalau cuma bubur mah gampang," sungut Ajay. Ajay sudah terbiasa memasak bubur karena sewaktu ibu nya sakit-sakitan dialah yang memasakkan bubur untuk ibu nya.
"Sini gue bantu," kata Oji langsung menyerobot ke tempat Ajay memotong wortel dan kentang.
"Yaudah, aku mau masak bubur nya dulu. Potong kecil-kecil," suruh Ajay. "Aman," ucap Oji.
Dilain sisi aku sudah selesai mandi dan berpakaian dengan di bantu oleh Niken.
"Haus," ucap ku saat Niken selesai mendudukan ku di atas kasur. "Bentar, ku ambilin dulu." Baru saja niken berjalan ke arah pintu, tiba-tiba pintu sudah terbuka.
Rupanya Ajay dan Oji membawakan makanan beserta air putih dan segelas susu putih.
"Ini baru laki," sungut Niken sambil duduk di bangku belajar ku. "Makan dulu ya, habis itu minum susunya. Ntar udah satu jam baru minum obat ya," suruh Ajay sambil meletakkan makanan itu diatas lemari kecil di samping kasur ku.
"Ken, kamu bantu Yura makan ya," suruh Ajay lalu keluar dari kamar. Ajay amat bertanggung jawab dan menjaga image nya.
Ajay dan Oji pun duduk di teras rumah, hingga beberapa saat papa ku datang. Ajay dan Oji berdiri menyambut ke datangan papa ku.
"Om," ucap Ajay sambil menyalim tangan papa ku, Oji pun begitu.
"Teman Yura?" Tanya papa nya. "Iya, om," jawab Ajay. "Ayok masuk-masuk," ajak papa ku sambil merangkul Ajay dan Oji.
"Ada apa nih, berkunjung?" Tanya papa saat mereka sudah berada di ruang tamu. "Yura, kecelakaan ringan om," jelas Ajay.
"Kecelakaan? Kok bisa?" Tanya papa panik dan meninggikan sedikit nada bicaranya. "Jatuh dari tangga menara taman kota," jelas Ajay lagi dengan tenang.
"Trus dimana anak saya?" Tanya papa, seketika cara bicara nya berubah setelah mendengar kabar ku.
"Dikamar om," jawab Ajay mulai deg degan. "Yasudah, om ke atas dulu. Ini kue nya dimakan," suruh papa sambil menunjuk kue yang ada di dalam toples dan tertata rapi di atas meja.
Papa langsung ke atas meninggalkan Ajay dan Oji dengan langkah tergesa-gesa.
"Ra," panggil papa yang langsung menyerobot kedalam kamar. "Papa, nyerobot gitu," gerutu ku.
"Kamu kecelakaan kok gak ngabarin papa sih, papa kan khawatir," timpal papa kesal dan khawatir. Papa langsung mendekati ku dan meraba perban di dahi ku.
"Luka parah?" Tanya papa. "Kalau parah, Yura gak bakal disuruh pulang lah pa," gerutu ku lagi.
"Ada yang sakit? Mana?" Tanya papa lagi, dia sama saja seperti Ajay saat khawatir seperti cacing kepanasan.
"Kaki yura cuma terkilir kok pa," jelas ku. Papa menghembuskan nafas berat nya, ia lega tak ada yang serius.
"Yaudah, kamu lanjut makannya. Papa ke bawah dulu," kata papa sambil mengusap rambut ku.
"Jagain Yura ya nak," pinta papa pada niken sambil memberikan senyum terbaiknya.
"Iya om," kata Yura sambil tersenyum kembali ke pada papa. "Maaf ya, papa ku suka lebay," kata ku sambil memanyunkan bibir ku.
Niken terkekeh sambil menggeleng, " gakpapa, Ra. Orang tua aku juga gitu kok kalau aku lagi sakit, " tutur nya sambil menyuap kan bubur kepada ku.
Ayah melangkah cepat menuruni tangga, dan menghampiri Ajay dan Oji. Ia langsung duduk di sofa kecil yang berada di samping Ajay.
"Makasih ya nak," ucap papa kepada mereka berdua. Ajay dan Oji pun hanya mengangguk sambil memberikan senyum.
"Yang mana pacar Yura?" Tanya papa membuat Ajay tersedak. "Sa-saya om," aku Ajay dengan terbata.
"Om liat ada motor cowok yang nganterin Yura harian, makanya om nanya. Benar dugaan om kalau dia ada pacar" jelas papa. Rupanya dia masih ingat dengan jelas motor Ajay.
"Yasudah, karena om sudah tau yang mana pacar Yura. Sekarang, om mau ganti baju dulu, silahkan di lanjut makannya." Kata papa sambil beranjak dari duduknya.
"Satu lagi," kata papa membuat Ajay dan Oji melihat kearahnya. "Tolong anak om di jaga mahkota nya," pinta papa dan langsung berlalu meninggalkan Ajay dan Oji yang melongo.
Mahkota? Emang nya aku keliatan bejat apa? Tanya Ajay dalam hati.
Ajay dan Oji saling pandang dengan wajah syok. Yang papa maksud mahkota adalah keperawanan ku.
Jadi wajar jika Ajay dan Oji syok mendengar nya. "Muka mu kayak om girang sih," ledek Oji memecahkan suasana hening di antara mereka.
"Ngajak kelahi?" Ucap Ajay. Oji menggeleng cepat dengan wajah memerah akibat tertawa terbahak-bahak.
°°°
Jangan lupa vota ya, guys :)Dan coment, beri saya masukan dan semangat. Karena itu sangat berharga untuk saya.
Thanks guys :)