Prolog

23.7K 989 49
                                    

Begitu banyak tatap mata yang tersorot pada seorang gadis berambut sebahu di tengah lapangan. Teriknya mentari tak membuatnya putus dari kewajiban untuk membantu pasien, si jendral lapangan di pertandingan futsal antar sekolah ini.

Cowok itu meringis begitu sang gadis mengangkat sebelah kakinya di atas anatomi jantung dan menekuknya. Gadis itu mendengus sebentar, sedikit kesal dengan respon berlebihan dari kapten futsal di depannya ini.

"Cowok bukan?!" Suara bentakan yang terlontar dari ketua PMR, membuat kapten futsal bergeming. Niatnya ingin mengulur waktu permainan karena sekolahnya sudah unggul 3 point. Tapi, gadis itu secara tidak langsung menyadarkannya.

"Apa yang Lo lakuin, licik!" desis gadis tersebut lalu melenggang begitu saja, meninggalkan cowok tampan ini dengan senyuman kecil miliknya.

Prittt

Wasit telah meniupkan pluit, tanda pertandingan akan segera dilanjutkan. SMA Wijaya yang bermain di kandang tentu tak mau membuat pendukungnya kecewa kalah dari lawan. Alhasil sang kapten futsal berinisiatif membuat strategi seperti tadi contohnya, pura-pura sakit.

Gocekan-gocekan manja, umpan antar benua, stratei cantik, dan lemparan on target cowok tersebut membuat tim SMA Wijaya kembali meraih point. Kini skor menjadi 10-6 untuk SMA Wijaya.

Semua bersorak gembira, namun tidak dengan seorang gadis yang berdiri di samping UKS dengan kedua tangan dilipat di depan dadanya. Matanya menyorot penuh cowok dengan jari jempol dan telunjuk diacungkan ke udara, selebrasi setelah mencetak golnya.

Sorotan gadis manis itu tajam, mungkin tak terima tim yang membawa nama baik sekolahnya ini membuat strategi licik, menurutnya. Saat mata mereka tak sengaja bertemu, kedua insan itu mematung.

Entah apa yang membuatnya mengarahkan pandangan ke arah UKS, apakah sang ketua PMR memiliki daya tarik yang tinggi? Sehingga, sang kapten futsal langsung mengarahkan pandangannya ke sana.

Prittt

"Oke, pertandingan hari ini dimenangkan oleh SMA Wijaya! Dengan keunggulan 4 point, sampai jumpa di pertandingan selanjutnya. Jangan lupa beli es ini gaess...."

Suara sang komentator menyudahi acara sekaligus mempromosikan brand cukup besar yang diadakan OSIS. Es panjang beragam rasa, harga terjangkau. Hasil dagang sepenuhnya untuk membantu segala kebutuhan acara yang sudah terjalan seminggu ini, Wijaya cup.

"Great job!" Pelatih futsal mengacungkan jempolnya ke udara, tersenyum bangga dan terakhir mengacak-acak rambut jendral lapangan, man of the match hari ini.

Alvaro Defetro.

Sementara itu, di dalam UKS, sang ketua PMR mencuci tangannya. Tugasnya sudah selesai, waktunya untuk pulang. Ia merapikan sebentar rambutnya yang sedikit berantakan di cermin, sebelum benar-benar keluar dan mengunci pintu.

"Bentar!" Suara bariton mencegah tangannya yang kini hanya menempel saja di ganggang pintu.

"Bisa bersihin ini?" tanya cowok tersebut seraya menunjukkan sikutnya yang tergores dan berdarah sedikit.

"Gak. nerima. pasien. kayak. Lo!" Setelah mengucapkan kalimat dengan jeda di setiap detiknya, ia melenggang begitu saja. Lupa mengunci pintu UKS, hingga balik lagi. Membuat dirinya malu saja.

Alvaro terkekeh dan ini kesempatannya mengetahui nama ketua PMR galak di depannya. Ia pun mengarahkan matanya pada name tag, bibirnya berucap,

"Alvira Aurohma."

Hai, makasih ya udah mau mampir
Ikuti terus sampai selasai, jgn datang lalu pergi kayak doi

Jakarta,
24 November '18



Ketua PMR vs Kapten Futsal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang