|2| Ucapan semangat

11.8K 563 22
                                    

Alvaro menggoyang-goyangkan sedotan jus mangga miliknya. Otaknya pusing sendiri melihat banyaknya siswa maupun siswi yang berlalu lalang kelaparan. Jam istirahat kedua memang puncaknya kantin ramai. Tidak mood, jujur Alvaro kadang ingin menyendiri. Ia tergolong ambivert. Ada saatnya suka keramainan namun juga tak bisa lepas dari kesendirian.

"Al! Bagi dong, ngantre mager gue," ucap salah satu orang dalam meja kantin. Al mendengar namun berpura-pura tuli, ia juga beli butuh perjuangan. Hanya keringat yang menjadi saksi.

Orang bernama Rafael itu menyumpah serapahi Alvaro yang pelitnya sampai DNA, padahal minta paling satu sedot doang. Dengan kesal, Rafael bangkit, baru saja melangkah, Alvaro segera menggagalkan niatnya. Hal sekecil itu bisa saja merusak pertemanan, pasalnya Rafael mudah baper orangnya.

"Nih elah, sini gue beli lagi, tapi duitnya dari lo," ucap Alvaro diikuti cengiran kudanya, lumayan jus baru lebih puas minumnya.

Rafael memutar bola matanya malas dan kembali duduk. Sebelumnya memberi uangnya terlebih dulu pada Alvaro yang sudah menengadahkan tangan ke atas.

Alvaro melangkahkan kakinya menuju penjual jus. Bersiap mengantre ria penuh sesak di sana. Bukan Al namanya kalau tidak ngebarbar, ia menerobos kerumunan seraya berucap, "Awas, kecoa, kecoa." Otomatis para pembeli yang didominasi siswi, 95% menghindar. Celah untuk Al agar masuk.

"Le, jus mangga satu!" tariak Al, seraya menyonsong uang diberikan Rafael tadi ke udara.

Alvaro tak peduli dengan semprotan-semprotan dari arah belakang, yang jelas ia senang bisa menipu orang. Diambil alih segelas jus mangga dari tangan penjual, lalu melenggang pergi dengan mulut sibuk menyedot sambil jalan.

"Di mana-mana lo licik ya, heran gue," Suara seseorang dari arah samping, lantas Al menoleh. Merasa tak asing dengan suara gadis tersebut, Alvira.

Alvira bangkit dari duduknya, membuat Rahma yang berada di sampingnya latah mengikuti. Belum ada yang memulai pembicaraan setelah ajang tatap-tatapan selama beberapa detik tersebut. Hingga akhirnya,

"Alvaro!" panggil seorang siswa memakai baju futsal bernomor punggung 11 seraya menghampiri Alvaro dengan tergesa-gesa.

"Apa Nyet?" tanya Alvaro, hari ini tidak ada jadwal apa pun untuk futsal, apalagi pertandingan.

Tiba-tiba saja Rafael datang, setelah sampai ia menunjukkan ponselnya kepada Alvaro. Alvaro lantas mengernyit bingung dan membaca group chat futsal SMA Wijaya di ponsel Rafael, memang Rafael juga anak futsal.

"Hah? Sekarang?!" kaget Alvaro, matanya membulat sempurna. Dibacanya lagi pesan dari sang coach,

Coach Luis :
Hari ini tanding
Lawan Permai
Di gor sunter
Jam set2

Sekarang Alvaro tahu alasan mengapa Rafael dan Bintang panik, lawannya SMA Permai, cuy! Salah satu SMA di Jakarta yang sering meraih juara dalam bidang olahraga, dominan futsal. Alvaro selaku kapten futsal lantas merasa ada beban berat di pundaknya saat ini. Walaupun jelas tak ada yang bisa melihat.

"Yakin?" Bintang, kipper bernomor punggung 11 tadi, memperburuk suasana.

Rafael mengangguk ragu, diarahkan matanya pada Alvaro yang terlihat sedang berpikir keras. Semua pandangan kini mengarah pada laki-laki itu, menunggu jawaban yang pasti iya atau tidak.

"Iya!" sahut Al, bukan Alvaro namun Alvira. Semua kini teralih pada gadis tersebut, tak terkecuali Alvaro.

Alvaro menimpali, "Bisa!" Setelah keputusan yang valid, Rafael dan Bintang menganguk-anggukkan kepalanya.

Ketua PMR vs Kapten Futsal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang